Mohon tunggu...
Nada Heppy
Nada Heppy Mohon Tunggu... Penulis - Meaningful Muslimah

Mencari kesederhanaan dalam hidup. Menulis sebagai sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bangkit dari Depresi: Kisah Kelam Dua Natrium

25 Juni 2021   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:49 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dua gadis yang mengalami depresi (Sumber: themighty.com)

Masa sekolah memang di rasa sangat sulit untuk di jalani, pada masanya. Berbagai permasalahan cinta, persahabatan, bahkan keluarga akan dimasukkan ke dalam hati dan pikiran, yang membuatnya stress atau lebih.

Tak terkecuali dua orang ini. Sebut saja mereka 'Dua Natrium'. Bukan semacam kisah yang dilalui bersama oleh dua teman atau sahabat dari awal hingga akhir, melainkan cara mereka melalui berbagai hal yang dirasa menyakitkan dalam hidup.

Mereka satu sekolah ketika berada di bangku SMP. Tidak ada masalah apapun. Bukan, yang tepat adalah tidak ada masalah yang 'dipikirkan' dalam-dalam. Semua berjalan layaknya orang biasa yang ingin menjalani kehidupan dengan tenang tanpa dibuat pusing.

Namun, mungkin itulah yang menjadi pemicu masalah yang akan datang ke depannya. Sewaktu berada di SMP ini, Natrium 1 memiliki masalah keluarga yang berat, sedangkan Natrium 2 terkadang di bully oleh teman-temannya. Ketika masalah datang, mungkin air mata akan mengalir dalam beberapa menit atau jam, namun setelahnya sudah. Masalah selesai.

Mereka pun menginjak bangku SMA. Sekarang, mereka berpisah. Namun, di persatukan kembali satu tahun setelahnya. Apa yang terjadi?

Natrium 1 menjalani hari-harinya yang biasa, berangkat sekolah, belajar, lalu pulang. Terkadang, Ia masih belajar giat seorang diri di dalam kelas ketika semua murid telah pulang. Benar, Natrium 1 ini sangat pendiam dan suka akan kesunyian. Awal yang indah, ia selalu membayangkan akan kehidupan yang biasa semasa di SMA, nilai bagus, murid teladan, dan aktif.

Tidak terlalu lama, hal-hal tersebut mulai hilang. Keinginannya semakin hari semakin pudar. Ia menjadi memikirkan masalah keluarganya yang terus memburuk hingga mempertanyakan untuk apa kehadirannya dalam keluarga tersebut.

Namun masalah itu selalu Ia pendam dan terus ditahan, Ia harus terus belajar agar tetap mendapatkan nilai baik dan masuk ke salah satu universitas dalam atau luar negeri.

Natrium 2 pun demikian, menjalani hari-hari yang biasa lalu berubah setelah beberapa bulan berada di sekolahnya. Dia juga mengalami pem-bully-an. Setelah Ia bergabung di OSIS, banyak kekerasan di dalamnya, Ia tidak sanggup menghadapinya dan menganggap itu sudah bukan hal yang wajar. Karena telah mengalami hal serupa sejak SMP, Ia menjadi terus berpikir dan memendam dalam hati dan hal tersebut akhirnya membuatnya depresi.

Bisa dibilang, Natrium 2 ini fanatik dengan berbagai hal dari Jepang, mulai dari anime, cosplay, dan sejenisnya. Jadi, beberapa menganggap bahwa ia terlalu terbawa akan hal-hal yang ada di dalamnya, seperti depresi, kesendirian, menyakiti diri, sampai bunuh diri. Namun, hal tersebut disalahkan, keadaannya diakibatkan dari lingkungannya yang sudah tidak bisa ia kendalikan.

Selama semester dua, Natrium 2 tidak masuk sekolah ataupun menjalani ujian, otomatis Dia harus pindah ke sekolah. Dan, ya, Ia pindah ke sekolah Natrium 1 dan mengulangi pelajaran satu tahun. Sekarang mereka menjadi berteman kembali, namun berbeda dari yang dulu karena mereka harus menjadi kakak dan adik kelas.

Dari sinilah terdapat persamaan hal yang mereka lakukan tanpa sepengetahuan orang lain. Mereka mulai menyalahkan diri mereka sendiri, merasa tidak ada yang ingin berteman dengannya, menganggap dunia sangat kejam, hingga selalu menyakiti diri sendiri.

Dari apa yang pernah aku baca, tujuan dari menyakiti diri sendiri ini adalah sebagai pengalihan agar fisik saja yang tersakiti, jangan jiwanya. Karena memang sangat-sangat sakit. Tak dapat dilepas, diobati, dan diredakan saat itu juga. Bahkan, sayatan yang dilakukan tersebut tidak mendapatkan rasa sakit apapun.

Hanya air mata yang terus mengalir.

Hari demi hari, sekarang Natrium 1 telah menginjak kelas 11. Terdapt hari dimana ia tidak masuk sekolah, dan tanpa sepengetahuan orang tua dan temannya, ia perki ke psikolog sendirian. Dari terapi yang ia jalani, ia menjadi memiliki kebiasaan baru yaitu membuat bintang dari kertas sebagai pengalihan saat ingin menyakiti diri sendiri. Ia selalu merasa benar-benar sendiri, tanpa bisa mengatakan apapun. Selalu tertutup.

Seorang guru menyadari terdapat aura berbeda dan wajah yang selalu lesu dari dirinya. Hingga pada suatu hari guru itupun mengajaknya berbicara dan mencoba menyadarkannya bahwa di dunia ini kita tidak hidup sendiri. Terdapat teman-teman yang secara tidak langsung memberi perhatian kepada kita, terdapat orang tua yang harus dibanggakan, keterhubungan kita dengan manusia juga penting, bukan hanya keterhubungan dengan Sang Pencipta.

Dari perbincangan yang panjang tersebut, Natrium 1 menyadari bahwa mungkin dirinyalah yang salah karena telah menjadi seseorang yang apatis, selalu hidup dalam dunianya sendiri. Lalu Ia mencoba untuk mulai berbaur dengan temannya kembali dan menjalani aktivitas biasa setiap harinya. Walau di sisi lain ia harus menderita, malam yang gelap menjadi semakin gelap, dan tak ada satupun yang tahu.

Namun dari kejadian ini membuatnya memiliki sahabat. Teman yang selalu ada di kala butuh, dan pundak yang selalu sedia untuk menampung air mata dan perkataan akan pedihnya kehidupan.

Natrium 2 masih di tempatnya. Berbagai terapi telah dijalani dengan didampingi orang tuanya. Berbagai obat dari psikiater telah di minumnya dengan maksud mengendalikan emosinya.

Hingga ketika menginjak di kelas 11, Natrium 2 memiliki sebuah penyakit baru yaitu skizofrenia, dimana ia merasa selalu ada suara-suara yang terdengar di telinganya yang membuat pikirannya kacau. Berbeda dari Natrium 1, Ia menampakkan segalanya di depan, yang membuat semua orang menghindarinya dan inilah yang menjadi penyebab utama pem-bully-an itu muncul.

Di dalam kelas ia selalu sendiri, hanya ponsel yang menemani. Penjelasan guru di depan dirasa tidak berarti, apatis adalah pilihannya untuk tidak terlalu terbebani. Terkadang, pemicunya kambuh dan membuat ia perlu untuk menyayat tangannya di kamar mandi. Suatu hari ini membuat kehebohan dan dibawa ke dalam ruang BK. Tangisan yang histeris tak terelakkan. Para murid hanya mempertanyakan apa yang terjadi dan menganggapnya gila.

Untunglah ada salah satu guru yang memahami kondisinya dan selalu memberi perhatian padanya. Hari demi hari, ia membaik dan dapat pergi ke sekolah setelah beberapa minggu melakukan absen. Ia merasa bahwa satu orang yang benar-benar memberi perhatian yang tulus sangatlah berharga untuk membangun semangatnya lagi dalam menghadapi dunia.

Pada suatu hari, Dua Natrium ini bertemu untuk bercerita. Natrium 2 menceritakan semua masalah yang terjadi pada dirinya, tanpa Ia tahu bahwa Natrium 1 pun juga melakukan hal yang sama (namun tidak dengan skizofrenia). Sekarang ia berusaha untuk tetap tegar dan menjalani hari-harinya dengan kuat. Ia butuh teman untuk terus membersamai perjalanannya.

Dari cerita yang didengar, Natrium 1 sadar dan perlu bergerak, bahwa ia disini tidak sendiri. Ia harus menjadi bermanfaat bagi orang lain. Ada ketika seseorang membutuhkan pundaknya untuk menangis.

Sekarang, Natrium 1 sudah lulus sekolah dan menjalani hari-harinya untuk bekerja, cita-citanya untuk kuliah terganti akibat kondisi keluarga yang tidak memungkinkan. Pada saat bekerja ini, Ia menjadi tahu bahwa dunia itu luas, apa yang Ia lakukan semasa sekolah memang terlihat sia-sia. Namun, itulah yang membuatnya selalu tetap kuat dan tidak menjadi orang yang cengeng lagi. Setiap masalah selalu dianggapnya biasa dan dapat diselesaikan dengan baik-baik, bukan dengan menyakiti diri sendiri.

Kini mereka masih tetap terhubung, selalu bertemu, dan berbagi cerita. Masalah yang telah dialami bertahun-tahun seakan menjadi cerita yang berharga untuk disimpan dalam hati mereka.

Kamu yang sekarang sedang mengalami hal yang sama, tetaplah berjuang. Apapun masalahnya, pasti aka nada jalan keluar. Temukan jalan tersebut dengan punggung yang kuat untuk menahan beban. Jangan lupa untuk bersujud agar beban tersebut semakin berkurang.

Jangan pernah menyerah, kamu selalu bisa. Kamu adalah manusia hebat yang dipilih-Nya untuk menjalani hari indah di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun