Mohon tunggu...
Fidel Dapati Giawa
Fidel Dapati Giawa Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Nulis dangkadang, tergantung mood

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seandainya Kupunya Sadap

24 Juli 2015   14:13 Diperbarui: 24 Juli 2015   14:13 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, jika aku punya alat sadap, aku bisa menangkap koruptor minimal seorang dalam sehari. Tak peduli apakah korupsi yang ia lakukan itu sekelas kakap, sekelas teri, atau hanyi sekelas cacing yang gampang terkulai di bawah terik matahari.

Dengan alat sadapku, aku akan bikin sibuk semua kantor-kantor penegak hukum disentaro negeri. Bahkan kantor kepolisian setingkat polsek (kepolisian sektor) pun akan kewalahan menerima 'oleh-oleh' dariku setiap kali aku mampir. "Ini, silahkan kalian beresin ni nDan", kataku pada petugas piket yang terkantuk-kantuk sambil menyerahkan hasil OTT (Operasi Tangkap Tangan) yang aku lakukan kemudian menyerahkan hasil rekaman sadap berikut barang kejahatan yang aku temukan. Sudah ada dua alat bukti toh? Mereka tinggal ngorek keterangan dari oknum yang tertangkap tangan itu.

Jika petugas polisi atau jaksa yang menerima 'buah tangan' dariku serius menindaklanjut titipanku, tentu mereka bisa mengembangkan kepada pelaku-pelaku lain yang terkait. Jika mereka enggan menangani dan justru berniat memeras si-terduga, itu terserah mereka. Tugasku adalah menangkap dan menangkap sebanyak-banyaknya dengan alat sakti yang aku miliki. 

Pekerjaanku sangatlah mudah. Bagaimana tak mudah? Aku tak perlu bertele-tele menelaah jejak-jejak kejahatan. Aku cukup merekam pembicaraan, membuntuti dan menunggu hingga mereka melakukan kejahatan korupsi, lalu dengan beberapa orang pengangguran yang lagi keluyuran aku melakukan penyergapan. Niscaya pelaku tak berkutik. Aku dan kawan-kawan tak perlu dibekali surat tugas dari lembaga ini itu. Itu tak perlu, karena terlalu bertele-tele. Lagipula, dalam peristiwa tertangkap tangan siapa saja boleh malakukan penangkapan kok, tidak harus petugas yang resmi.

Satu dua orang mungkin ada yang bernyali besar dan mencoba melawan. Tapi itu hanyalah sebagian kecil orang. Sebagian besarnya pasti terkulai iabarat kerbau dicocok hidung saat terpergok berbuat kesalahan atau kejahatan. Percaya deh. Benarlah pepatah yang sering kudengar dibangku sekolah dasar dulu yang berbunyi: "berani karena benar, takut karena salah". Jika kalian tak percaya, cobalah sekali-kali ajak beberapa teman menonton sebuah razia lalu lintas dan dekati setiap kali ada orang yang diperiksa lakukan beberapa kali, Anda pastilah diajak ngobrol oleh komandan razia, berpura-pura tanya ini itu dan berusaha membuat Anda pergi dari lokasi dan jika mereka tak berhasil niscaya paling lama 30 menit razia tersebut pasti bubar, kecuali memang razia resmi.

Maka dengan alat sadapku, aku berani sesumbar bahwa aku bisa bawa bergerbong koruptor ke hadapan penegak hukum. Namun demikian aku tak bisa berjanji bahwa aku bisa melenyapkan koruptor.

Hikmah Sadap

Nah, dengan alat sadapku Anda sekalian tahu sekarang bahwa aku bisa menangkap koruptor secara massiv kan? Jika ada beberapa orang semacamku dan melakukan gerakan serupa tahulah Anda sekarang betapa banyak yang bisa diboyong ke kantor Polisi. Terlebih bila orang semacamku diberi wewenang dan terorganisir pula, tak terbayanglah akibatnya. Mungkin sebagian besar ruang-ruang tahanan dan penjara dihuni oleh para koruptor.

Namun demikian aku tak berani sesumbar bahwa aku akan menghentikan perbuatan korup. Kenapa? Karena segala sesuatu perbuatan manusia di muka bumi ini ada batasnya. 

Dengan alat sadap yang canggih itu, aku hanya bisa menangkap mereka yang baru akan berbuat. Sedangkan yang sudah terlanjur terjadi dan perbuatannya sudah selesai saat aku sedang fokus pada orang lain maka tak dapat aku kejar dan tangkap. Dan lagi pula tak mungkin semua pegawai negeri dan warga negara bisa kupasangi alat penyadap sekaligus sehingga aku dan konco-konco bisa mempecundangi setiap orang yang tengah berbuat korup. 

Begitulah alat sadap. Dengan keterbatasan jumlah alat dan personel, aku harus bisa memilih dan memilah mana yang aku prioritaskan. Secara naluri, seperti aku ceritakan di atas, aku bisa saja memprioritaskan yang mudah dulu. Tapi untuk sebuah pemberitaan mungkin aku prioritaskan yang bernilai kakap. Atau bisa jadi aku memprioritaskan yang punya nilai sensasi, misalnya karena ada skandal sex yang heboh dalam rekaman sadap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun