Salah eja?Â
Tidak,,,, saya memang ingin mengeja kata 'sadap', bukan 'sayap'. Dan tulisan ini tidak sedang menulis tentang sebuah judul lagu yang populer tahun 80-an yang dilantunkan oleh Iis Sugiarto (kalo ga salah). Tulisan saya kali ini sekali lagi menyoroti tentang hukum, tentang pemberantasan korupsi yang mengandalkan alat sadap.
Nah, saya tak akan mengurai dari segi teori yang njlimet. Saya juga ogah menguraikan pasal per pasal yang penuh dengan langgam frasa yang kaku dan kering. Kali ini saya akan menuliskan ilustrasi sesuai dengan judul tulisan. Mari simak:
Punya Sadap = Punya Sayap
Jika aku punya alat sadap tentu aku bagaikan rajawali yang punya sayap. Aku bisa teropong semua kegiatan di bawahku. Ya, semua berada di bawahku, karena aku dapat terbang tinggi sehingga yang lain persis berada di bawah ketiakku. Dari ketinggian itu aku tinggal melirik untuk memilih mana yang jadi mangsaku. Dan tentu sebagai pemangsa yang bijak, naluriku akan menuntunku untuk menyergap mangsa yang paling mudah disergap, yaitu mereka yang sedang lengah pada hari itu dan tepat berada di atas hamparan terbuka.
Ya, tentu naluriku tak akan menuntunku memilih mangsa semacam tikus yang sering kali bergerak cepat dari satu celah ke celah lain, hal itu akan buang-buang waktu dan tenagaku. Mengintai tikus yang lincah hanya akan aku lakukan jika setelah lepas tengah hari tak ada calon mangsa yang sedang lengah dan sedang berada di hamparan lapang terbuka.
Sungguh, jika aku punya sadap, aku bagaikan punya sayap. Dengan alat sadap aku bisa dengan mudah mengamati gerak gerik orang yang ingin kujerat. Aku bisa tahu apa yang mereka bicarakan dalam satu kali dua puluh empat jam. Tak peduli pembicaraan mereka mengenai apa, aku bisa dengar dan merekam pembicaraan mereka sehingga mereka tak bisa berkelit. Bahkan aku bisa mendengar mereka sedang merayu istri simpanan, atau sedang membohongi calon mertua. Begitulah saktinya sadap.
Para mangsa atau targetku susah bersembunyi dariku. Dari setiap pembicaraan mereka yang aku rekam aku tahu mereka berada dimana dan mereka sedang atau akan melakukan apa. Sungguh digdayalah aku ini. Ya, aku adalah sang penyadap.
Gerbong Koruptor
Sudah sangat jelas kan? Aku sangatlah sakti dengan alat sadap.Â
Maka bukan omong kosong seperti janji politisi, jika aku berkata padamu kawan: "dengan alat sadapku, aku akan bawakan padamu bergerbong-gerbong koruptor".