Distribusi menjadi penting karena masalah kemiskinan masih menjadi isu negara kita sampai saat ini. Kemiskinan tidak dapat didefinisikan dalam satu definisi, melainkan harus diartikan secara luas. kemiskinan diukur dengan pendekatan ekonomi, sosiologi, dan moralitas.Â
Menurut BPS, pendekatan kemiskinan didasarkan kepada basic need approach yang ditinjau dari sisi pengeluaran, diukur secara individu, dan mengukur kemiskinan absolut bukan kemiskinan relatif.Â
Terdapat banyak faktor penyebab kemiskinan, yang pertama faktor individual yaitu akibat perilaku individu, yang kedua faktor sosial yaitu akibat diskriminasi sosial, yang ketiga faktor kultural yaitu akibat pengaruh budaya buruk di masyarakat, dan yang keempat faktor struktural yaitu akibat ketidakadilan sistem dan kebijakan ekonomi.Â
Sementara itu, kemiskinan dalam perspektif syariah yaitu adanya perbedaan penghasilan dan pendapatan adalah hal yang lumrah, sehingga islam akan mengambil tindakan untuk saling tolong menolong dan saling membantu antar sesama.
Bentuk perhatian islam terhadap kemiskinan salah satunya adalah dengan memberikan keringanan kepada orang miskin untuk tidak menjalankan kewajibannya. Fakir dan miskin memiliki dua arti yang berbeda, fakir artinya tidak memiliki penghasilan sama sekali karena ada udzur syar'i sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Sedangkan miskin artinya tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari individu dan keluarga meskipun memiliki pekerjaan.
Islam, juga sangat memperhatikan kebutuhan pokok dalam pembangunan ekonomi. Kebutuhan pokok ini memiliki tiga indikator, yang pertama yaitu kebutuhan yang membuat seseorang atau keluarga mampu melakukan ibadah, yang kedua terpenuhinya sandang, pangan, dan papan, yang ketiga hilangnya rasa takut ketika menghadapi kondisi tertentu. Kebutuhan pokok dalam islam terdapat dua, yaitu kebutuhan spiritual dan kebutuhan material.Â
Keduanya harus berkembang seiringan agar dapat mencapai kondisi ekonomi yang baik. Seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya disebut sejahtera, tidak mampu memenuhi kebutuhan material tetapi dapat memenuhi kebutuhan spiritual disebut miskin material, tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual tapi mampu memenuhi kebutuhan material disebut miskin spiritual, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material disebut miskin absolut. keempat kondisi itu terdapat pada kuadran I-IV pada kuadran CIBEST, yaitu kuadran I artinya sejahtera, kuadran II artinya miskin material, kuadran III artinya miskin spiritual, dan kuadran IV artinya miskin absolut.Â
Dalam perspektif ekonomi islam cukup banyak indeks yang digunakan sebagai alat ukur suatu kemiskinan. Sebagai contoh headcount ratio menunjukkan persentase jumlah orang miskin dalam populasi, poverty gap ratio dan income-gap ratio  menggambarkan selisih pendapatan rata-rata masyarakat miskin dengan garis kemiskinan, dan sen index poverty  dan FGT index yang menunjukkan distribusi pendapatan/pengeluaran diantara masyarakat miskin.Â
Kemudian ada juga indeks keparahan kemiskinan atau poverty severity index yang berfungsi sebagai pertanda dan pelengkap insiden kemiskinan. Sebagai contoh terdapat kelompok dengan kemiskinan yang tinggi namun jurang kemiskinannya rendah sementara di sisi lain terdapat kelompok dengan kemiskinan rendah namun jurang kemiskinannya tinggi. Dalam indeks ini semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Selanjutnya adalah model cibest, model ini cukup terkenal dikalangan akademisi Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi islam IPB, model yang ditemukan oleh Dr. Irfan Syauqi Beik ini merupakan model perhitungan kemiskinan dan kesejahteraan yang didasarkan pada kemampuan pemenuhan kebutuhan material dan spiritual.Â
Isu pokok yang menjadi perhatian model ini adalah skema penetapan standar pemenuhan kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Model ini mengkategorikan masyarakat muslim dalam kelompok keluarga sejahtera, keluarga miskin material, keluarga miskin spiritual, dan keluarga miskin absolut.Â