Pernah suatu ketika teman satu kamarnya menemuinya dan berkata, "Maaf ya, Sri. Selama ini aku memata-mataimu."
"Oh, gak papa. Karena pakaianku ini ya?" tanya Sri.
"Iya, aku diminta untuk memata-mataimu karena takutnya kamu itu dari Islam liberal."Â
Walaupun sampai dicurigai sebagai jaringan islam liberal, Sri tak lantas goyah dengan keputusannya untuk tetap berjilbab.
Bagi Sri, jilbab adalah identitasnya sebagai orang muslim. Mengapa harus takut dengan omongan atau cemoohan orang. Ia hanya ingin mendapat ridho dari Tuhan-Nya.Â
Menjadi Guru Pengusaha
Tinggal  di tempat yang baru dan berhasil menjadi salah satu tokoh masyarakat yang disegani bukanlah perkara mudah. Sri tak hanya berprofesi sebagai guru. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia melakoni usaha tambahan seperti berjualan sembako, furnitur, baju, kalau bisa dibilang usaha yang dilakukan adalah palugada (apa yang orang inginkan ada)
Sri kini sudah memiliki usaha yang cukup besar, yakni usaha dekorasi pernikahan. Ia masih tetap berada di Desa Karangkobar ketika guru PNS yang lain sudah bolak-balik bermutasi. Kini ia menjadi guru yang paling lama berada di sekolah tersebut, dari awal sekolah tersebut hingga sekarang
PNS berbisnis? Apa kunci suksesnya?
Kunci sukses Sri adalah memperlakukan karyawannya layaknya memperlakukan keluarga. Karena bagi Sri, karyawan adalah partner bukan bawahan.Â
Prinsip yang dipegang teguh oleh Sri ini telah membawanya menjadi seorang guru PNS yang sukses berbisnis. Karyawannya pun loyal di saat usaha yang lain harus bergonta-ganti karyawan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H