Mohon tunggu...
Nabila Soraya
Nabila Soraya Mohon Tunggu... Jurnalis - UIN JAKARTA

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Muslimah Feminis: Penjelajah Multi Identitas

6 Juni 2022   09:18 Diperbarui: 6 Juni 2022   09:39 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di masa orde baru kelompok Islam NU mulai mengalami peminggiran di mana ayah Neng Dara diintai oleh militer ketika sedang memberikan ceramah diberbagai tempat. 

Muncullah berbagai tekanan yang membuat ayah penulis terpaksa ikut bergabung ke partai golkar, namun ayahnya sangat pintar beliau memanfaatkan partai Golkar untuk tempat penyebaran dakwah melalui organisasi keagamaan dalam partai melalui Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) yang ia pimpin se­lama lebih dari dua puluh tahun dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di sisi lain, banyak pihak yang kecewa ketika sang ayah bergabung ke dalam partai tersebut sebab golkar adalah partai sekuler yang tidak berafiliasi ke­pada agama tertentu. 

Pihak keluarga menyangka apabila Kyai masuk partai golkar beliau bisa menjadi orang yang netral, namun pada kenyataannya tidak. Beliau berdalih bahwa ke­kuasaan akan mendapat peran yang lebih besar, misalnya mem­pe­nga­ruhi para pengambil kebijakan seperti bupati, gu­bernur dan aparat pemerintah lain sehingga banyak pihak yang menganggap Kyai mendukung negara sekuler.

b. Sudut Pandang Metode Fenomenologi

Fenomenologi merupakan studi filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena dan menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna dari sesuatu yang telah dialaminya. 

Bab kedua berjudul "Aku Sebagai Muslim" yang menceritakan tentang kehidupan keluarga beliau dalam nuansa Islam.Penulis tidak pernah memilih agama yang sudah dianutnya sejak ia dilahirkan sebab telah hadir dan melekat begitu saja sebagai identitas penulis. Kakek buyut dari ayah dan ibu penulis adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam meng­ajarkan ilmu-ilmu keislaman di lingkungan sekitar. 

Selain itu, penulis juga menceritakan mengenai pengalamannya di sekolah dasar Islam yang dikelola oleh keluarganya di mana pelajaran yang dominan adalah ilmu-ilmu keislaman, seperti Ilmu Tauhid yang mempelajari sifat-sifat Tuhan, Ilmu Fiqih yang mengajarkan tata cara solat dan mandi wajib, Ilmu Akhlak yang mengajarkan agar manusia bisa berbicara dan berperilaku baik, Ilmu Hadits yang mengajarkan tentang ucapan Nabi Muhammad, dan Sejarah yang mempelajari kisah Nabi Muhammad dan para sahabat-sahabatnya.

Di usianya yang masih remaja beliau bergabung ke dalam gerakan ikhwanul muslimin, namun beliau mengikutinya secara diam-diam karena kelompok pengajian tersebut sangat eksklusif. Setelah beberapa kali mengikuti pengajian, penulis merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam batinnya, beliau seringkali merasa takut berdosa karena selalu berbohong ketika ingin mengikuti pengajian dan tentu saja beliau sempat menyebarkan ajaran tersebut kepada teman-teman santrinya.  

Hal ini diketahui oleh ibu Nyai dan penulis mulai merasa takut sehingga ia meminta kedua orang tuanya untuk pindah ke pondok pesantren lain dengan alasan mencari kualitas pendidikan yang jauh lebih baik.Kemudian, ada teman ayahnya yang menginformasikan bahwa memiliki anak yangbersekolah di suatu pesantren di Tasikmalaya dan akhirnya penulis pun tertarik untuk bergabung di sekolah tersebut. 

Di sekolah barunya penulis merasa betah karena sudah mulai belajar latihan dakwah (muballighin), tiap malam Jumat melakukan wiridan, membacakan sejarah hidup Nabi (barjanji), kitab kuning, dan lain sebagainya. Setelah lulus dari pesantren, Neng Dara memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke IAIN Jakarta. Awalnya beliau ingin mengambil jurusan Agama dan Filsafat, namun pamannya malah mendaftarkan ke jurusan Perbandingan Agama. 

Ketika dinyatakan lolos di IAIN, beliau mulai mengenal beberapa organisasi yang tentunya saling bersaing untuk menjaring mahasiswa agar dapat ikut ke dalam kelompoknya, seperti HMI, PMII, dan IMM. Penulis lebih memilih untuk bergabung ke organisasi PMII, namun ternyata di organisasi tersebut penulis mengalami kekecewaan sehingga beralih ke organisasi yang lain yaitu bergabung ke dalam Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun