Mohon tunggu...
Nabila Ramadani Susanto
Nabila Ramadani Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Mahasiswa psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang. Pengalaman berharga saya dimulai ketika bekerja di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palopo, di mana saya mendapatkan wawasan yang mendalam tentang pendidikan inklusif. Saat ini, saya aktif sebagai asisten di Poli Jiwa Psikolog RSUD Sawerigading. Selain itu, saya juga memiliki keinginan dalam berbagi pengetahuan. Saya sering menghasilkan konten edukatif melalui tulisan dan video, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai psikologi dan topik terkait. Saya percaya bahwa pembelajaran adalah investasi terbaik, dan saya berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam bidang ini. Terima kasih sudah membaca tulisan saya dan sehat selalu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Meningkatkan Kepedulian terhadap Mental Health dengan Tidak Melakukan Self Diagnose

20 September 2022   15:42 Diperbarui: 10 Januari 2023   16:51 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

E. Grateful

            Menurut (’Manampiring, 2018) komponen yang satu ini juga tidak kalah pentingnya dengan yang lain. Saat seseorang mempunyai rasa besyukur, maka hidupnya akan selalu dalam kedamaian dan kedamaian erat kaitannya dengan Mental Health. Adakah hal yang bisa membuatmu bersyukur saat ini? Saya sangat percaya setiap orang bisa menemukan satu alasan untuk bersyukur, bahkan di tengah masa sulit seperti sekarang. Kalian sedang membaca artikel ini dalam keadaan yang sehat? Tidakkah ini adalah sesuatu yang layak dirayakan dan disyukuri?

            Kalian sedang membaca artikel ini dalam keadaan sakit? Tidakkah ini juga sesuatu yang bisa disyukuri, bahwa kalian masih memiliki kekuatan dan kesadaran untuk bisa membaca artikel ini, walaupun dalam keadaan sakit.

Menurut (’Ely, 2017) Di dalam emotional focus coping salah satunya terdapat Positive reappraisal dimana individu  mengubah  pemikiran  dirinya  secara  positif  dan  mengandung  nilai  religius. Contohnya  dengan  bersyukur,  seseorang  akan  disentuh  dalam  aspek  kognisi  (cara  berpikir),  emosi  (berempati)  serta  spiritual  (keyakinan).

Bersyukur dan berpikir positif merupakan satu kesatuan, jika kita sering mengisi perasaan dengan rasa bersyukur, secara automatis pikiran positif akan terbentuk di kepala. (Hamilton, 2022) membahas terkait, berpikir positif dapat membantu kesehatan mental, di dalamnya terdapat penjelasan yang mengungkapkan bahwa, perasaan kita akan berdampak pada situasi yang akan terjadi, oleh karena itu sangat penting untuk berpikir positif dan bukan negatif. Menurut (Jaggs-Fowler & Robert M, 2011), dengan berpikir positif dapat memberi kekuatan dalam aspek kesehatan, kebahagiaan, serta kesuksesan. Lanjut ia menjelaskan bahwa kesehatan yang buruk dan kematian yang akan menghampiri, dapat diperjuangkan dengan keberanian dan pikiran positif.

            Contoh lain dari bersyukur yang terkadang masyarakat masih lupakan, masih memiliki atap di atas kepala, atau makanan untuk mengisi perut masyarakat, atau air mengalir lancar untuk mandi dan sikat gigi. Terkadang ada banyak kenikmatan sederhana di sekitar masyarakat yang tertutupi karena masyarakat terlalu sibuk meratapi dan mengutuki hidup. Cara masyarakat melihat dan mengukur segala sesuatu termasuk di bawah kendali masyarakat. Dan, di situ tersimpan banyak alasan untuk tetap bersyukur. Semoga kalian yang membaca artikel ini, selalu menemukan banyak alasan untuk bersyukur.

            

2. Cara Menghindari Tindakan Self Diagnose

Perlu waktu yang sangat lama untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya Mental Health. Sangat membahagiakan kabar kepedulian Mental Health makin bertambah, namun jika tingkat kepedulian Mental Health ini diiringi pula dengan tindakan Self-Diagnose, maka tentu hal ini sangat disayangkan. Tetapi, tentu saja ada cara yang dapat dilakukan untuk menghindari tindakan tersebut. Berikut beberapa cara untuk menghindari tindakan Self-Diagnose dari artikel Allianz (“Allianz,” 2022).

1. Jauhi Tindakan Mencari Tahu Cuma Bermodalkan Internet

Cuma dengan buka hp, kemudian scroll media social, masyarakat dapat memperoleh bermacam tipe data serta konten berguna, tetapi sayangnya tidak satupun yang dapat menjamin keakuratan data tersebut. Selaku pengguna, masyarakat butuh memilah data yang disantap. Dalam hal ini, terdapat baiknya masyarakat memilah konten Mental Health yang memanglah terbuat oleh ahlinya, semacam psikolog, psikiater, ataupun lembaga formal yang menanggulangi keadaan kejiwaan ataupun Mental Health seorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun