***
Beberapa minggu berlalu. Musim kemarau telah tiba. Rumput - rumput hijau sangat jarang ditemukan, mata air dan sungai - sungai dangkal pun sudah mulai kering. Pada saat - saat seperti ini, semua hewan disini dalam keadaan sulit, terutama karena sulitnya mendapat makan dan minum yang layak. Udara semakin memanas, kawanan si kancil sedang beristirahat di bawah pepohonan. Dari kejauhan terdengar suara ranting patah, semua kepala menoleh. Terdapat sekawanan singa yang siap menyerang mereka. Kawanan kancil lari sekencang - kencangnya. Si kancil berlari tanpa melihat arah, dan akhirnya ia sadar, kawanan singa itu tak mengikutinya. Ia melihat ke sekeliling, si kancil akhirnya sadar bahwa ia tersesat untuk kesekian kalinya.Â
Beberapa hari berlalu, si kancil hidup dalam ketakutan, berusaha memakan apapun untuk bertahan hidup. Ia benar-benar sendirian di daerah yang luas ini. Ia mulai berjalan menuju padang pasir yang panas. Tak lama kemudian, ia melihat sesuatu dari kejauhan. Si kancil mendekat, ia melihat seekor singa tengah terbaring lemah, singa yang pernah menyelamatkannya dulu.
"Kancil, itukah kamu?", tanya singa
"Ya, apa yang terjadi padamu?"
"Aku belum makan berhari-hari. Bahkan seranggapun mulai bersembunyi. Musim panas tak pernah sepanas ini."
Si kancil merasa iba pada singa itu.Â
"Gigitlah aku, atau kamu akan mati", sahut si kancil.
"Apa kamu serius? bagaimana dengan lukamu? itu juga bisa membunuhmu"
"Sudahlah, lebih baik luka, daripada kamu mati,singa"
Akhirnya singa mengigit sedikit daging dari punduk kancil. Si kancil meringis kesakitan, tapi ia tak bisa membiarkan singa yang pernah menyelamatkanya ini mati. Lagipula, kancil itu merasa benar-benar kesepian.Â