Seperti yang disebutkan pada paragraf sebelumnya, metode tersebut merupakan metode fisik. Terdapat 2 metode lain yaitu metode biologis dan metode kimia. Metode biologis meliputi pengolahan anaerobik dan pengolahan aerobik. Pengolahan anaerobik memanfaatkan mikroorganisme anaerob untuk menguraikan bahan organik dalam lumpur garam, menghasilkan biogas (metana dan karbon dioksida) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.Â
Di satu sisi, pengolahan aerobik Memanfaatkan mikroorganisme aerob untuk menguraikan bahan organik dalam lumpur garam, menghasilkan biomassa yang dapat diolah menjadi pupuk atau bahan baku lainnya. Untuk metode kimia, dilakukan presipitasi dan adsorpsi.Â
Menambahkan bahan kimia seperti kalsium hidroksida untuk mengendapkan garam terlarut dalam lumpur garam, menghasilkan endapan padat yang dapat dipisahkan dan diolah disebut sebagai presipitasi. Lalu dengan memanfaatkan bahan adsorben seperti karbon aktif atau zeolit untuk menyerap garam terlarut dalam lumpur garam, menghasilkan air bersih dan padatan kaya garam yang dapat diolah disebut adsorpsi.
Perlu diberikan catatan penting bahwa pemilihan metode pengolahan lumpur garam tergantung pada kandungan garam, komposisi lumpur, dan tujuan akhir dari pengolahan. Beberapa penelitian juga menjajaki pemanfaatan langsung lumpur garam, misalnya sebagai bahan pembuatan keramik atau sebagai pupuk dengan kandungan magnesium yang tinggi.Â
Tantangan utama dalam pengolahan lumpur garam adalah kandungan garam yang tinggi, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang biasanya digunakan dalam metode pengolahan biologis pada air limbah biasa. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas metode pengolahan lumpur garam. Menemukan metode baru yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya juga dilakukan, serta memanfaatkan lumpur garam secara optimal untuk berbagai keperluan.