Didapatkan kesimpulan dari jurnal berikut bahwa penurunan kandungan TSS limbah industri Tepung Ikan "PT Indocitra Putra Samudra" dapat dilakukan dengan menggunakan metode koagulasi dengan koagulan bittern. Nilai optimum dari penelitian ini terhadap penurunan kandungan TSS yaitu pada dosis bittern berada pada 50 ml dengan lama pengadukan 50 detik dengan persentase penurunan TSS sebesar 72,09 %, yang mengandung TSS 1920 mg/l.Â
Nilai optimum dari penelitian ini terhadap penurunan kekeruhan yaitu pada dosis bittern pada penambahan 40 ml dengan lama pengadukan 50 detik menurunkan kekeruhan dengan persentase penurunan sebesar 72,38 % yang mengandung kekeruhan 29 NTU.
Pada tahun 2021 telah dilakukan pengabdian masyarakat berupa pemberian pelatihan keterampilan dalam mengolah limbah produksi garam (bittern). Pengabdian masyarakat ini dilakukan di masyarakat pesisir Kugar Pamungkas, yang berlokasi di Desa Pinggir Papas Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.Â
Di lokasi tersebut terdapat kelompok ekonomi produktif yang sudah dirintis sejak tahun 2011, dimana usaha mitra petambak garam yang menghasilkan garam krosok yang dijual pada pengepul. Fokus pengabdian nya yaitu melakukan sosialisasi dan pelatihan berupa pemberian keterampilan dalam mengolah limbah produksi garam.Â
Tujuannya agar limbah yang dihasilkan dapat memberikan nilai tambah sehingga memiliki nilai jual dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir khususnya mitra. Dengan pengelolaan yang baik dari limbah tentu bisa juga menjadi salah satu solusi mengurangi limbah sehingga pencemaran pada air laut maupun lingkungan sekitar dapat berkurang.
Pelaksanaan pelatihan ini, mitra diberikan pemahaman tentang ruang lingkup bittern, yang meliputi kandungan kimia bittern, manfaat bittern bagi kesehatan, manfaat bittern terhadap bidang farmasi, serta pada peluang bisnis yang dihasilkan dari produk samping bittern. Selama kegiatan berlangsung, mitra merespon dengan materi yang disampaikan narasumber.Â
Berdasarkan kegiatan tersebut, dapat disimpulkan penerapan inovasi teknologi pada pemanfaatan limbah hasil produksi garam (bittern) untuk diolah menjadi produk turunan yang dapat memberikan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan khususnya mitra dan masyarakat pesisir pada umumnya.
Selain bittern, lumpur garam pun menjadi salah satu produk sampingan yang dihasilkan dari proses kristalisasi garam. Dikarenakan tingginya kadar garam, pengolahan lumpur garam menjadi penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan potensi pemanfaatannya. Terdapat beberapa metode yang umum digunakan untuk mengolah lumpur garam.Â
Pertama, dinamakan evaporasi. Teknik ini memanfaatkan sinar matahari untuk menguapkan air dalam lumpur garam. Seiring air menguap, konsentrasi garam dalam lumpur akan meningkat dan akhirnya mengkristal. Endapan kristal garam ini kemudian dapat dipisahkan dari lumpur yang tersisa.Â
Kedua, melakukan kristalisasi bertahap. Lumpur garam dilarutkan dengan air membentuk larutan pekat. Larutan ini kemudian didinginkan secara bertahap untuk mendorong pembentukan kristal garam. Kristal garam yang terbentuk dipisahkan dari larutan sisa yang masih mengandung garam terlarut.Â
Larutan sisa ini dapat kembali dikristalkan atau diproses lebih lanjut. Ketiga, pencucian lumpur garam dengan air tawar. Â Larutan garam hasil pencucian ini kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi garam konsumsi atau garam industri. Sisa padatan lumpur yang tidak larut biasanya dibuang atau dimanfaatkan untuk keperluan lain.