Fenomena Flexing Pada Remaja
Di beberapa tahun terakhir, kehadiran media sosial menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari dan saat ini media sosial telah menciptakan banyak sekali tren, salah satunya adalah fenomena flexing yang semakin mudah untuk dilakukan. Asal mula munculnya arti kata flexing yang dikutip dari laman Dictionary.com, adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam untuk "menunjukkan keberanian" atau "pamer", yang digunakan sejak tahun 1990-an. Sedangkan flexing dalam istilah yang sering digunakan oleh generasi Z untuk mendefinisikan perilaku seseorang yang senang memamerkan kekayaan, status sosial bahkan penampilan fisik kepada orang lain, terutama di media sosial.
Fenomena flexing semakin populer di kalangan remaja akibat tampilan glamor atau pengaruh dari selebriti dan influencer di media sosial. Penyebab lain seseorang melakukan flexing karena tekanan sosial untuk selalu tampil sempurna. Sejak dulu, sebenarnya sudah banyak orang yang suka memperlihatkan gaya hidupnya yang mewah dengan berbagai tujuan dan tujuan utama seseorang melakukan flexing karena merasa ingin mendapat penghormatan dari orang lain, mereka membutuhkan validasi (pengakuan dan penghargaan) serta ingin dianggap sukses.
Contoh Perilaku Flexing di Media SosialÂ
1. Memamerkan Pakaian Branded
Kegiatan flexing juga dapat terlihat dari pemilihan pakaian yang selalu bermerk atau brand ternama.
2. Memamerkan Kendaraan Mewah
Individu yang melakukan flexing seringkali memamerkan kendaraan mewah yang dimilikinya, seperti mobil sport.
3. Memamerkan Liburan Mewah
Liburan mewah yang sering diunggah di media sosial juga menjadi salah satu cara flexing yang dilakukan oleh banyak orang.
Bagi sebagian orang, flexing merupakan suatu hal yang lumrah, namun dampak negatif yang ditimbulkan tidak bisa diabaikan begitu saja, apalagi jika flexing tersebut dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan keuntungan dengan mengorbankan orang lain dan flexing pada hakikatnya bukanlah suatu tindak pidana, sepanjang tidak dilakukan dengan cara melanggar hukum dan merugikan orang lain. Dalam hukum Islam, flexing atau pamer merupakan suatu sikap riya' (sombong), perbuatan syirik kecil dan neraka adalah tempatnya orang-orang sombong.
Dampak flexing pun berbeda-beda, baik bagi pelaku maupun orang yang melihatnya, hal ini tergantung reaksi individu masing-masing dalam menyikapinya. Bagi diri pelaku flexing atau beberapa orang mungkin merasa lebih percaya diri ketika mereka dapat memamerkan apa yang mereka miliki. Tujuannya secara positif adalah untuk mengapresiasikan hasil dari kerja keras diri sendiri atau memotivasi orang lain bahwa setiap orang bisa mencapai hasil yang baik melalui usaha. Akan tetapi, dampak negatif dari flexing juga dapat membahayakan diri pelaku.
Dampak Negatif Dari Fenomena Flexing
1. Memicu Perbandingan Sosial
Fenomena flexing dapat memicu perasaan tidak memadai dan perbandingan sosial yang merugikan kesejahteraan mental seseorang yang dapat memicu depresi serta kecemasan.
2. Memperburuk Masalah Keuangan
Kehidupan orang flexing akan menjadi semakin konsumtif, mereka akan terus menghabiskan uang mereka dengan membeli barang mewah dan mereka akan sering membeli banyak hal yang dapat mendukung untuk memperoleh kesan tersebut, karena mereka hidup untuk menyenangkan dan mengesankan banyak orang. Sehingga mereka selalu tampil sebagai orang kaya.
3. Kehilangan Jati Diri
Seringkali flexing melibatkan pencitraan pada media sosial yang tidak mencerminkan kehidupan yang sebenarnya. Sehingga menyebabkan seseorang kehilangan jati diri mereka yang sebenarnya.
4. Kurangnya Rasa Empati
Saat seseorang sangat menikmati melakukan flexing, kemungkinan rasa empatinya akan menjadi semakin minim. Karena pelaku flexing tidak memperdulikan orang lain yang sedang kekurangan dan membutuhkan bantuan. Mereka hanya sibuk memamerkan hartanya.
Akan sangat sangat tidak etis dan tidak bermoral jika flexing hanya untuk memuaskan ego pribadi, mencari perhatian dan diakui oleh orang lain. Dengan adanya dampak negatif dari fenomena flexing diharapkan para pelaku flexing sadar apa yang telah diperbuatnya.
Tips Menghindari Pola Pikir Flexing
1. Evaluasi Niat
Periksa niat dibalik tindakan atau pembeliat tertentu untuk menghindari melakukan flexing.
2. Berfokus Pada Nilai Sejati
Ingatkan diri sendiri bahwa nilai sejati terletak dalam kesuksesan kita sebagai pribadi, bukan dalam barang yang kita miliki.
3. Hargai Keunikan Pribadi
Terimalah diri sendiri seutuhnya (mencitai diri sendiri), hargai keunikan yang ada pada diri sendiri tanpa harus melakukan flexing.
Alternatif yang Lebih Positif Dalam Menghadapi Fenomena Flexing
 1. Menggunakan Sosial Media Sesuai Porsinya
Dengan menggunakan media sosial sesuai porsinya, para remaja dapat berinteraksi, membangun koneksi dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
2. Fokus Pada Bakat dan Kemampuan
Dengan fokus pada bakat dan kemampuan mereka dapat membangun rasa percaya diri yang positif dan terus berkembang
3. Belajar Dari Kegagalan
Dengan menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan dan bisa menjadi pengalaman belajar yang berharga.
4. Membantu Orang Lain
Berfokus dengan memberikan kontribusi positif bagi orang lain dapat menjadi alternatif yang lebih baik daripada flexing yang hanya memusatkan pada diri sendiri.
5. Promosikan Kebaikan
Melalui sosial media, mempromosikan kegiatan atau informasi tentang hal-hal positif dapat mempengaruhi orang lain dengan cara yang baik.
Berjuang menjadi pribadi yang tidak suka flexing atau di-flexing-kan memang tidak mudah. Apalagi dengan adanya konten-konten yang menyenangkan mata untuk ditonton. Jadilah individu yang dapat memotivasi orang lain dengan cara yang lebih positif.
Referensi
Arsyad, J. H. (2022). Fenomena Flexing di Media Sosial dalam Aspek Hukum Pidana. Jurnal Cakrawala Informasi, 2(1), 10-28.
Mengenal Flexing. (2022). Diakses pada 23 Oktober 2023 dari https://sohib.indonesiabaik.id/article/mengenal-flexing-SiqVI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI