Mohon tunggu...
Nabilah Aristawati
Nabilah Aristawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maliki Malang

Hobi dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fakta Menarik Hubungan Antara Gender, Seks, dan Seksualitas

2 November 2022   21:46 Diperbarui: 2 November 2022   21:57 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fase ini terjadi sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Poin utama pada fase ini yaitu naluri seks. Lalu Sigmund Freud membagi fase infatile menjadi 3 fase, di antaranya :

  • Fase Oral (0-1 tahun)

Pada fase ini manusia akan mendapatkan kepuasan melalui memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Contoh dari fase oral ini yaitu menghisap jari, makan, dan minum.

  • Fase Anal (1-3 tahun)

Pada fase ini manusia akan mendapatkan kepuasan atau kesenangan dari aktivitas buang air besar. Penyebabnya yaitu hilangnya rasa tidak nyaman dan pada saluran pencernaan.

  • Fase Falik (3-5 tahun)

Pada fase ini manusia akan mendapatkan kepuasan melalui organ kelaminnya. Contoh dari fase falik yaitu manusia akan mulai menyukai lawan jenisnya.

  • Fase Laten (5-12 tahun)

Pada fase ini manusia akan mulai merasa malu dan mementingkan aspek moral. Fase ini juga dikenal sebagai fase pubertas.

  • Fase Genital (12 tahun -- dewasa)

Pada fase ini manusia mulai menyalurkan keinginan seksual dalam dirinya melalui objek luar. Contoh dari fase genital yaitu menikah dengan orang yang dicintai, karier, dan mengikuti sebuah komunitas.

Pada anak usia dini, edukasi seksual penting dilakukan. Mengingat bahwa di Indonesia masih banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak. Salah satunya yaitu kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tiri di Sidoarjo pada anaknya. Maka dari itu dengan adanya edukasi seksual diharapkan anak dapat menghargai dirinya sendiri, mencegah pelecahan seksual, serta memahami konsekuensi.

Edukasi seksual bisa diajarkan kepada anak ketika memasuki usia 3-4 tahun. Karena pada masa ini anak mulai mengenali tubuhnya sendiri, memperhatikan yang ada di sekitarnya, serta membandingkan dirinya sendiri dengan temannya. Edukasi seksual ini harus dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Edukasi seksual yang diajarkan anak sejak usia dini juga membantu agar anak tidak terkejut ketika memasuki fase pubertas, mencegah aktivitas seksual yang tidak benar, serta mencegah kehamilan dini.

Lalu apa yang bisa orang tua ajarkan kepada anak? Orang tuanya hendaknya perlu membangun kebiasaan yang baik pada anak. Misalnya membiasakan anak untuk tidak dalam keadaan telanjang ketika keluar dari kamar mandi. Kemudian orang tua bisa mengajak anak untuk mempelajari nama-nama organ yang ada pada tubuhnya. Yang paling penting ialah beritahu anak bahwa tidak boleh melihat dan menyentuh area intim.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, anak akan mulai bertanya tentang organ reproduksi. Disinilah peran orang tua untuk menjelaskan tentang organ reproduksi dengan tetap memperhatikan usia anak. Anak juga perlu diberikan pemahaman bahwa fisik antara laki-laki dengan perempuan itu berbeda.

Selain edukasi seksual, peran orang tua dalam perkembangan gender pada anak juga tidak kalah penting. Pengasuhan yang baik merupakan kunci utama dalam perkembangan gender anak. Karena anak sejak berusia dini, anak setiap harinya memainkan peran gender dengan pengalaman yang ia miliki dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diingat bahwa anak adalah peniru yang hebat karena anak belajar dengan melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan hak dasar anak, orang tua tidak boleh membeda-bedakan anak perempuan dengan anak laki-laki. Karena pada dasarnya laki-laki dengan perempuan itu setara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun