Mohon tunggu...
Nabilah Aristawati
Nabilah Aristawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maliki Malang

Hobi dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fakta Menarik Hubungan Antara Gender, Seks, dan Seksualitas

2 November 2022   21:46 Diperbarui: 2 November 2022   21:57 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://id.pngtree.com/

Q.S 49:13

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Terjemah :

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan 2 jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan dan tidak lebih dari itu. Pada hakikatnya manusia sama derajatnya di hadapan Allah SWT dan tidak ditentukan berdasarkan perbedaan jenis kelamin, melainkan dari kadar keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Pada kali ini kita akan membahas mengenai hubungan antara gender, seks, dan seksualitas yang nantinya akan membahas lebih dalam pada konteks anak usia dini. Istilah gender, seks, dan seksualitas secara sekilas terdengar serupa. Tetapi sebenarnya ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan di dalamnya.

Kata gender secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu genus yang berarti tipe atau jenis. Sedangkan menurut Kemenppa, gender dapat didefinisikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat atau lingkungan sekitar melalui proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dengan seks. Seks merupakan pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis sejak lahir. Sedangkan gender mengacu pada persepsi atau pandangan oleh masyarakat secara sosial terhadap identitas seseorang. Sehingga seks sifatnya mutlak sedangkan gender tidak.

Istilah gender sendiri berhubungan bagaimana seseorang mendeskripsikan atau mengekspresikan dirinya dalam banyak hal. Baik dari segi berpakaian, memilih potongan rambut, bersuara, dan berperilaku tanpa harus berpatokan pada jenis kelamin. Masyarakat pada umumnya lebih mengenal hal ini dengan istilah maskulin dan feminin.

Dalam perkembangan gender, seorang ahli bernama Kohlberg membagi perkembangan gender menjadi 3 fase. Di antaranya sebagai berikut :

  • Identifikasi gender (2-3 tahun)

Pada masa ini anak mulai mengklasifikasikan dirinya sebagai perempuan dan laki-laki.

  • Stabilitas gender (4-5 tahun)

Pada masa ini anak sudah mulai paham tentang gender.

  • Konsistensi gender (6-7 tahun)

Berbicara mengenai gender tentunya tak lepas dari yang namanya identitas gender. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa identitas gender merupakan persepsi atau pandangan terhadap gender yang dimiliki seseorang, terlepas dari jenis kelamin yang dimilikinya sejak lahir. Berikut ini merupakan macam-macam identitas gender, di antaranya :

Cisgender ialah seseorang yang merasa bahwa identitas gender pada dirinya sesuai dengan jenis kelamin yang ia miliki. Cisgender sendiri bisa dibilang paling normal di antara yang lain.

  • Transgender

Transgender ialah seseorang yang merasa bahwa identitas gender pada dirinya berbeda dari jenis kelamin yang ia miliki.

  • Nonbiner

Nonbiner ialah seseorang yang tidak ingin identitas dirinya dikategorikan sebagai perempuan maupun laki-laki.

  • Bigender

Bigender ialah seseorang yang memiliki 2 identitas gender baik secara bersamaan maupun tidak.

  • Genderfluid

Genderfluid ialah seseorang yang mengubah-ubah gendernya seiring berjalannya waktu.

Setelah tadi telah membahas mengenai gender dan seks, selanjutnya akan membahas mengenai seksualitas. Seksualitas atau disebut juga sebagai orientasi seksual merupakan ketertarikan seseorang secara seksual atau emosional terhadap orang lain dengan jenis kelamin tertentu. Faktor-faktor yang memengaruhi orientasi seksual meliputi faktor biologis, lingkungan, hormonal, dan emosional.

Orientasi seksual memiliki banyak jenisnya. Berikut ini macam-macam dari orientasi seksual :

Heteroseksual merupakan orientasi seksual yang dianggap paling normal dan umum di antara yang lainnya. Heteroseksual merupakan ketertarikan seksual atau emosional terhadap lawan jenis seperti perempuan tertarik dengan laki-laki dan laki-laki tertarik dengan perempuan.

Namun heteroseksual bisa terjadi pada perempuan yang tertarik dengan transpria (transgender laki-laki) dan laki-laki yang tertarik dengan transpuan (transgender perempuan).

  • Homoseksual

Homoseksual merupakan ketertarikan seksual atau emosional terhadap jenis kelamin yang sama seperti perempuan tertarik dengan perempuan (lesbian) dan laki-laki tertarik dengan laki-laki (gay). Namun homoseksual bisa terjadi apabila transpuan hanya tertarik dengan perempuan dan transpria hanya tertarik dengan laki-laki.

  • Biseksual

Biseksual merupakan ketertarikan seksual atau emosional terhadap 2 jenis kelamin atau lebih seperti seorang laki-laki tertarik dengan perempuan sekaligus dengan laki-laki.

  • Panseksual

Panseksual merupakan ketertarikan seksual atau emosional terhadap terhadap siapapun tanpa memandang jenis kelamin dan orientasi seksual. Seseorang yang panseksual bisa saja tertarik terhadap transgender, laki-laki, perempuan, dsb. Orang yang memiliki orientasi panseksual umumnya tertarik dengan seseorang berdasarkan kepribadian dan karakter yang dimiliki, bukan berdasar gender.

  • Aseksual

Aseksual merupakan seseorang yang tidak memiliki ketertarikan seksual atau emosional terhadap orang lain dari jenis kelamin apapun. Meskipun aseksual ini tidak memiliki ketertarikan seksual tetapi masih tertarik menjalin hubungan yang romantis.

  • Demiseksual

Demiseksual merupakan ketertarikan seseorang secara seksual dan emosional terhadap orang lain ketika mereka menjalin hubungan emosional yang erat dengan mereka.

  • Sapioseksual

Sapioseksual merupakan ketertarikan seksual atau emosional terhadap orang lain yang cerdas dan memiliki IQ yang tinggi.

Selanjutnya yaitu mengenai teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud menggunakan teori psikoanalisis. Teori psikoanalisis merupakan ketidaksadaran individu memiliki peran yang penting dalam dirinya. Sigmund Freud lalu membagi struktur kepribadian menjadi 3 bagian. Di antaranya sebagai berikut :

  • Id

Id berasal dari bahasa latin is yang berarti es. Sigmund Freud menyebut kepribadian ini berasal dari bawaan sejak lahir karena terdapat dorongan yang didasari pemenuhan kebutuhan biologis untuk kepuasan dirinya sendiri. Contoh dari id yaitu hasrat seksual, nafsu, perasaan ingin berkuasa atau superior, dsb.

  • Ego

Ego terjadi akibat dari pengaruh apa yang seseorang dapatkan di lingkungannya. Jika id lebih mementingkan kebutuhan sendiri, ego lebih memperhatikan kebutuhan orang lain.

  • Superego

Superego lekat dengan moral atau nilai kehidupan. Superego berisi batasan untuk membedakan mana yang baik dengan yang buruk. Oleh karena itu, superego menjadi penengah antara id dengan ego.

Sementara itu, menurut Sigmund Freud perkembangan kepribadian pada manusia dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

  • Fase Infatile

Fase ini terjadi sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Poin utama pada fase ini yaitu naluri seks. Lalu Sigmund Freud membagi fase infatile menjadi 3 fase, di antaranya :

  • Fase Oral (0-1 tahun)

Pada fase ini manusia akan mendapatkan kepuasan melalui memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Contoh dari fase oral ini yaitu menghisap jari, makan, dan minum.

  • Fase Anal (1-3 tahun)

Pada fase ini manusia akan mendapatkan kepuasan atau kesenangan dari aktivitas buang air besar. Penyebabnya yaitu hilangnya rasa tidak nyaman dan pada saluran pencernaan.

  • Fase Falik (3-5 tahun)

Pada fase ini manusia akan mendapatkan kepuasan melalui organ kelaminnya. Contoh dari fase falik yaitu manusia akan mulai menyukai lawan jenisnya.

  • Fase Laten (5-12 tahun)

Pada fase ini manusia akan mulai merasa malu dan mementingkan aspek moral. Fase ini juga dikenal sebagai fase pubertas.

  • Fase Genital (12 tahun -- dewasa)

Pada fase ini manusia mulai menyalurkan keinginan seksual dalam dirinya melalui objek luar. Contoh dari fase genital yaitu menikah dengan orang yang dicintai, karier, dan mengikuti sebuah komunitas.

Pada anak usia dini, edukasi seksual penting dilakukan. Mengingat bahwa di Indonesia masih banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak. Salah satunya yaitu kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tiri di Sidoarjo pada anaknya. Maka dari itu dengan adanya edukasi seksual diharapkan anak dapat menghargai dirinya sendiri, mencegah pelecahan seksual, serta memahami konsekuensi.

Edukasi seksual bisa diajarkan kepada anak ketika memasuki usia 3-4 tahun. Karena pada masa ini anak mulai mengenali tubuhnya sendiri, memperhatikan yang ada di sekitarnya, serta membandingkan dirinya sendiri dengan temannya. Edukasi seksual ini harus dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Edukasi seksual yang diajarkan anak sejak usia dini juga membantu agar anak tidak terkejut ketika memasuki fase pubertas, mencegah aktivitas seksual yang tidak benar, serta mencegah kehamilan dini.

Lalu apa yang bisa orang tua ajarkan kepada anak? Orang tuanya hendaknya perlu membangun kebiasaan yang baik pada anak. Misalnya membiasakan anak untuk tidak dalam keadaan telanjang ketika keluar dari kamar mandi. Kemudian orang tua bisa mengajak anak untuk mempelajari nama-nama organ yang ada pada tubuhnya. Yang paling penting ialah beritahu anak bahwa tidak boleh melihat dan menyentuh area intim.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, anak akan mulai bertanya tentang organ reproduksi. Disinilah peran orang tua untuk menjelaskan tentang organ reproduksi dengan tetap memperhatikan usia anak. Anak juga perlu diberikan pemahaman bahwa fisik antara laki-laki dengan perempuan itu berbeda.

Selain edukasi seksual, peran orang tua dalam perkembangan gender pada anak juga tidak kalah penting. Pengasuhan yang baik merupakan kunci utama dalam perkembangan gender anak. Karena anak sejak berusia dini, anak setiap harinya memainkan peran gender dengan pengalaman yang ia miliki dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diingat bahwa anak adalah peniru yang hebat karena anak belajar dengan melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan hak dasar anak, orang tua tidak boleh membeda-bedakan anak perempuan dengan anak laki-laki. Karena pada dasarnya laki-laki dengan perempuan itu setara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun