Mohon tunggu...
Nabilah Resaldi
Nabilah Resaldi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Libur Lebaran, Begini Kisah Ojek Pangkalan di Jatinangor

17 April 2024   13:03 Diperbarui: 17 April 2024   13:07 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalah pamor dengan ojek online (Ojol). Libur lebaran maupun tidak, ojek pangkalan (Opang) di Jatinangor tetap sepi peminat, bahkan sudah ada yang bubar. 

Duduk-duduk di pangkalan menunggu penumpang datang, begitulah kegiatan harian Wawan Rohendi (58) dan Aseng (35) sebagai ojek pangkalan (Opang) di Jatinangor. Semakin padat mahasiswa, tetapi pendapatan tidak kunjung bertambah, terlebih lagi di saat libur hari raya Idulfitri.

"Lebaran kemarin Alhamdulillah mangkal, karena saya lagi gak ada aktivitas mudik, ya paling silaturahmi saja dengan yang lain," ujar Aseng, pengendara opang Kampung Geulis.

Lain cerita dengan Wawan Rohendi sebagai pengendara opang Caringin, ia berkata merasa diuntungkan dengan letak pangkalan yang berada di perempatan, jadi ketika hari raya tetap mendapat orderan walau tidak banyak. Saat mangkal, mereka memiliki budaya yang disebut 'nge-tem', artinya adalah ketika ada penumpang, pengendara opang yang pertama kali datang ke pangkalanlah yang boleh mengambil orderan tersebut. Seperti dibuat urutan, jadi tidak ada kecemburuan sosial ketika sedang mangkal. 

Minim Orderan di Hari Raya

Dilansir dari Detik.com, tradisi lebaran di Indonesia salah satunya adalah mudik atau silaturahmi dengan keluarga. Dengan adanya tradisi tersebut, biasanya orang-orang akan libur atau cuti kerja ketika hari raya Idulfitri tiba. 

"Kalo saya pribadi, setelah beres silaturahmi dengan keluarga dan ke makam, baru di hari lebaran ketiga beraktivitas ngojek lagi," ucap Wawan Rohendi. 

Opang ketika hari libur lebaran akan lebih sepi peminatnya, terutama mahasiswa karena biasanya memakai jasa ojol. Wawan Rohendi berkata bahwa yang memakai jasa opang kebanyakan dari warga lokal, biasanya minta antar ke makam. 

Karena sudah kalah eksistensinya dengan ojol, istilah yang mereka pakai adalah 'tiisen' dalam bahasa sunda artinya 'sepi'. Masalah orderan sepi sudah biasa, yang terpenting dari mangkal ketika libur lebaran adalah menjaga tali silaturahmi. 

Berbeda dengan Wawan Rohendi, pengendara opang Kampung Geulis, Aseng, dan pengendara opang Gerbang Lama Unpad, Amar (57), tetap mangkal di hari pertama Idulfitri. Karena merupakan warga lokal yang tidak mudik, jadi mereka memutuskan untuk tetap mangkal dan bersilaturahmi dengan teman sesama pengendara opang. 

"Kebetulan kemarin sudah ada mahasiswa baru, jadi ada beberapa orang tua mahasiswa minta diantar ke kosan atau dikawal masuk ke dalam Unpad," ujar Amar. 

Di daerah Kampung Geulis dan Gerbang lama Unpad memiliki pengendara opang yang terbilang banyak. Amar mengatakan bahwa terdapat 52 anggota opang yang bergilir mangkal di Gerbang Lama Unpad, sedangkan di daerah Kampung Geulis terdapat 32 anggota. 

Perbedaan Cara Mengatasi Sepi Peminat

"Sebelum ada ojol, asik tuh bisa satu hari dapat seratus ribu, kalau sekarang mah dapat lima puluh ribu sudah juara," ungkap Aseng. 

Awal mulanya, ojek pertama kali di Jawa Tengah dan Jakarta menggunakan sepeda kuno yang besar, namun seiring berjalannya teknologi, ojek sudah menggunakan motor canggih inovasi terbaru yang mengikuti perkembangan zaman. Terlebih dengan adanya kemajuan internet dan terciptanya ojek online. 

Dengan begitu adanya, opang di Jatinangor memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengatasi sepinya peminat. Mulai dari promosi menggunakan spanduk hingga kartu nama.

"Promosi di Gerlam nih minimal ongkos tujuh ribu, bisa pakai e-wallet bayarnya dan bisa nego juga," ucap Amar. 

Ia dan pengendara opang gerlam lainnya juga membuat spanduk di depan Brooklyn serta pamflet di dinding dekat gerlam. Tujuannya, agar mahasiswa maupun tenaga pendidik mendapat informasi mengenai tarif jasa opang. 

Tidak mau kalah, Aseng dan opang di Kampung Geulis juga memiliki promosi tersendiri. Biasanya mereka memberikan kartu nama dan nomor ponsel kepada mahasiswa maupun Ibu kos yang berada di daerah Kampung Geulis. 

"Sekarang yang bertahan banyak opang tuh cuma di Kampung Geulis, sisanya udah pada bubar diganti ojol, kita mah masih bisa tawar-menawar harga, kalau ke kampus kita pasang lebih murah dari ojol, paling kurangnya kan cuma gak ada aplikasi doang," ujar Aseng.

Hal tersebut yang membuat mahasiswa yang tinggal di Kampung Geulis hampir tidak pernah telat, karena dapat langsung menghubungi opang melalui nomor ponsel yang sudah diberikan. 

Lain hal dengan Wawan Rohendi yang mencari sampingan ketika orderan sepi. Ia menerima tawaran menjadi supir mobil suruhan atau kuli bangunan. Wawan Rohendi menyebutkan bahwa opang di Caringin juga menjaga parkir untuk mendapat penghasilan tambahan di kala sepinya peminat.

Harapan Opang Tak Berhenti di Hari Raya

Walau sudah hampir tak terlihat eksistensinya, opang di Jatinangor masih tetap beroperasi bahkan ketika hari raya Idulfitri. Demi mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dengan cara yang halal, mereka tetap berjuang di jalanan menawarkan jasa antar-jemput. 

"Kadang-kadang alhamdulillah, di Kampung Geulis tuh yang punya kosan nyuruh nge-chat mahasiswa untuk nanyain, ada uang kas juga di pangkalan buat menutup kesepian gak dapet orderan, tapi harus bawa pulang uang untuk makan, jadi nanti paling dibagi rata uangnya," beber Aseng. 

Aseng juga berkata bahwa ketika libur lebaran dan sedang sepi orderan, mereka hanya akan duduk-duduk di pangkalan, ngobrol, dan silaturahmi sesama opang di Kampung Geulis. Namun, ia berharap ke depannya akan banyak yang menggunakan jasa atau setidaknya menghargai keberadaan opang di daerah tersebut, sebagai kecintaan terhadap kearifan lokal. 

Tak luput juga dari harapan Amar yang meminta keadilan terhadap ruang baginya dan teman-teman opang gerlam Unpad, untuk tetap beroperasi serta bersaing dengan penawaran jasa lainnya. 

Ojek pangkalan dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga kearifan lokal daerah setempat, terutama Jatinangor. Salah satu kelebihan opang adalah penumpang dapat berlangganan dengan cara menghubungi nomor yang telah diberikan, jadi akan merasa aman ketika diantar kemanapun dan kapanpun, tanpa takut akan mendapat pengendara ojek dengan karakter yang berbeda setiap harinya, tanpa takut tidak mendapatkan pengendara ojek ketika memesan secara daring, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun