"Kebetulan kemarin sudah ada mahasiswa baru, jadi ada beberapa orang tua mahasiswa minta diantar ke kosan atau dikawal masuk ke dalam Unpad," ujar Amar.Â
Di daerah Kampung Geulis dan Gerbang lama Unpad memiliki pengendara opang yang terbilang banyak. Amar mengatakan bahwa terdapat 52 anggota opang yang bergilir mangkal di Gerbang Lama Unpad, sedangkan di daerah Kampung Geulis terdapat 32 anggota.Â
Perbedaan Cara Mengatasi Sepi Peminat
"Sebelum ada ojol, asik tuh bisa satu hari dapat seratus ribu, kalau sekarang mah dapat lima puluh ribu sudah juara," ungkap Aseng.Â
Awal mulanya, ojek pertama kali di Jawa Tengah dan Jakarta menggunakan sepeda kuno yang besar, namun seiring berjalannya teknologi, ojek sudah menggunakan motor canggih inovasi terbaru yang mengikuti perkembangan zaman. Terlebih dengan adanya kemajuan internet dan terciptanya ojek online.Â
Dengan begitu adanya, opang di Jatinangor memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengatasi sepinya peminat. Mulai dari promosi menggunakan spanduk hingga kartu nama.
"Promosi di Gerlam nih minimal ongkos tujuh ribu, bisa pakai e-wallet bayarnya dan bisa nego juga," ucap Amar.Â
Ia dan pengendara opang gerlam lainnya juga membuat spanduk di depan Brooklyn serta pamflet di dinding dekat gerlam. Tujuannya, agar mahasiswa maupun tenaga pendidik mendapat informasi mengenai tarif jasa opang.Â
Tidak mau kalah, Aseng dan opang di Kampung Geulis juga memiliki promosi tersendiri. Biasanya mereka memberikan kartu nama dan nomor ponsel kepada mahasiswa maupun Ibu kos yang berada di daerah Kampung Geulis.Â
"Sekarang yang bertahan banyak opang tuh cuma di Kampung Geulis, sisanya udah pada bubar diganti ojol, kita mah masih bisa tawar-menawar harga, kalau ke kampus kita pasang lebih murah dari ojol, paling kurangnya kan cuma gak ada aplikasi doang," ujar Aseng.
Hal tersebut yang membuat mahasiswa yang tinggal di Kampung Geulis hampir tidak pernah telat, karena dapat langsung menghubungi opang melalui nomor ponsel yang sudah diberikan.Â