Lain hal dengan Wawan Rohendi yang mencari sampingan ketika orderan sepi. Ia menerima tawaran menjadi supir mobil suruhan atau kuli bangunan. Wawan Rohendi menyebutkan bahwa opang di Caringin juga menjaga parkir untuk mendapat penghasilan tambahan di kala sepinya peminat.
Harapan Opang Tak Berhenti di Hari Raya
Walau sudah hampir tak terlihat eksistensinya, opang di Jatinangor masih tetap beroperasi bahkan ketika hari raya Idulfitri. Demi mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dengan cara yang halal, mereka tetap berjuang di jalanan menawarkan jasa antar-jemput.Â
"Kadang-kadang alhamdulillah, di Kampung Geulis tuh yang punya kosan nyuruh nge-chat mahasiswa untuk nanyain, ada uang kas juga di pangkalan buat menutup kesepian gak dapet orderan, tapi harus bawa pulang uang untuk makan, jadi nanti paling dibagi rata uangnya," beber Aseng.Â
Aseng juga berkata bahwa ketika libur lebaran dan sedang sepi orderan, mereka hanya akan duduk-duduk di pangkalan, ngobrol, dan silaturahmi sesama opang di Kampung Geulis. Namun, ia berharap ke depannya akan banyak yang menggunakan jasa atau setidaknya menghargai keberadaan opang di daerah tersebut, sebagai kecintaan terhadap kearifan lokal.Â
Tak luput juga dari harapan Amar yang meminta keadilan terhadap ruang baginya dan teman-teman opang gerlam Unpad, untuk tetap beroperasi serta bersaing dengan penawaran jasa lainnya.Â
Ojek pangkalan dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga kearifan lokal daerah setempat, terutama Jatinangor. Salah satu kelebihan opang adalah penumpang dapat berlangganan dengan cara menghubungi nomor yang telah diberikan, jadi akan merasa aman ketika diantar kemanapun dan kapanpun, tanpa takut akan mendapat pengendara ojek dengan karakter yang berbeda setiap harinya, tanpa takut tidak mendapatkan pengendara ojek ketika memesan secara daring, dan lain sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H