Mohon tunggu...
Nabila Devy Safia Eryani
Nabila Devy Safia Eryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang Mahasiswa D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Prosedur Pemeriksaan Ekstremitas Bawah Pedis dan Calcaneus

22 Juni 2024   22:45 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:05 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Azmi Rhamadan 1), Nabila Devy Safia Eryani 2), Iqda Hana Almawadda Rodhiyah 3), Hiqni Sabilatuzzaidah4), Sabitah Octania Rahmadhani 5)

Teknologi Radiologi Pencitraan, Universitas Airlangga

ABSTRAK

Pemeriksaan radiologi pada pedis dan calcaneus adalah prosedur penting dalam diagnosis berbagai kondisi musculoskeletal seperti patah tulang, infeksi, dan penyakit degeneratif. Artikel ini meninjau aspek radiografi, proteksi radiasi, dan radiofotografi yang relevan dengan pemeriksaan tersebut. Metodologi penelitian melibatkan tinjauan literatur dari jurnal ilmiah yang dipublikasikan dalam 12 tahun terakhir, dengan fokus pada teknik radiografi yang tepat, penerapan proteksi radiasi yang efektif, dan penggunaan teknologi radiofotografi untuk hasil diagnosis yang akurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik radiografi yang tepat sangat penting untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi yang memungkinkan diagnosis yang akurat. Penerapan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) dalam proteksi radiasi dapat mengurangi risiko paparan radiasi yang tidak perlu bagi pasien dan tenaga medis. Teknologi radiofotografi, seperti digital radiografi (DR) dan computed radiography (CR), menawarkan manfaat signifikan dalam hal kualitas gambar dan efisiensi dosis radiasi. Pembahasan dalam artikel ini menyoroti implikasi klinis dari temuan tersebut, termasuk pentingnya pelatihan berkelanjutan bagi radiografer dalam teknik terbaru dan protokol proteksi radiasi.

Kata kunci: Radiografi pedis, radiografi calcaneus, proteksi radiasi, radiofotografi, diagnosa musculoskeletal.

ABSTRACK

Radiological examination of the foot and calcaneus is a crucial procedure in diagnosing various musculoskeletal conditions such as fractures, infections, and degenerative diseases. This article reviews the relevant aspects of radiography, radiation protection, and radiophotography in these examinations. The research methodology involves a literature review of scientific journals published in the last 12 years, focusing on proper radiographic techniques, effective radiation protection measures, and the use of radiophotography technology for accurate diagnostic outcomes. The results indicate that appropriate radiographic techniques are essential for producing high-quality images that enable accurate diagnosis. Implementing the ALARA (As Low As Reasonably Achievable) principle in radiation protection can minimize unnecessary radiation exposure for both patients and medical personnel. Radiophotography technologies, such as digital radiography (DR) and computed radiography (CR), offer significant benefits in terms of image quality and radiation dose efficiency. The discussion highlights the clinical implications of these findings, including the importance of ongoing training for radiographers in the latest techniques and radiation protection protocols.

Kata kunci: Foot radiography, calcaneus radiography, radiation protection, radiophotography, musculoskeletal diagnosis.

PENDAHULUAN

            Pedis terdiri dari 3 tulang yaitu tulang tarsal, metatarsal, dan phalang. Tarsal ada 7 buah yang secara kolektif dinamakan tarsus. Tulang tersebut adalah talus, calcaneus, navicular, cuboid, medial, intermedial, dan lateral cuneiform. Terdapat 5 tulang yang membentuk metatarsal. Metatarsal yang pertama lebih tebal dan sedikit lebih pendek dari tulang yang lain. Phalang berukuran kecil, ada dua di jari pertama dan tiga di jari-jari lainnya (Pearce, 2013). Fraktur adalah putusnya kontinuitas jaringan tulang yang bisa disebabkan oleh kondisi fisiologis maupun patologis, Fraktur fisiologis terjadi karena trauma berat atau trauma ringan yang terus menerus, misalnya saat terjatuh karena kecelakaan lalu lintas. Fraktur patologis terjadi karena adanya penyakit yang mendasari sehingga tulang menjadi keropos atau tidak kuat, misalnya pada penderita osteoporosis (Wahyuni 2018). Menurut hasil penelitian Wahyuni, dkk (2018) menjelaskan bahwa prosedur pemeriksaan radiografi ossa pedis pada pasien fraktur menggunakan proyeksi anteroposterior (AP), proyeksi Lateral, dan proyeksi Oblik. Pada proyeksi anteroposterior (AP) arah sumbu sinar disudutkan 10o cephalad, dikarenakan tarsal joint lebih terbuka dan anatomi ossa tarsal lebih jelas untuk dievaluasi jika terjadi fraktur.

            Radiologi adalah alat diagnostik utama dalam praktik medis modern, terutama dalam mendeteksi dan mendiagnosis kondisi musculoskeletal. Pemeriksaan radiologi pada pedis (kaki) dan calcaneus (tumit) sering digunakan untuk mendiagnosis patah tulang, infeksi, dan kondisi degeneratif lainnya. Teknik radiografi konvensional tetap menjadi metode utama karena ketersediaannya yang luas dan biaya yang relatif rendah. Namun, perkembangan teknologi dan kebutuhan akan proteksi radiasi yang lebih baik memerlukan tinjauan yang lebih mendalam mengenai praktik terbaik dalam pemeriksaan ini. Pedis dan calcaneus adalah area yang rentan terhadap berbagai cedera dan kondisi patologis, terutama pada individu yang aktif secara fisik dan lansia. Pemeriksaan radiologi yang tepat dapat memberikan informasi penting untuk diagnosis dan rencana perawatan yang efektif. Menurut Borrelli et al. (2012), fraktur pada calcaneus dapat mempengaruhi kemampuan berjalan dan membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut . Evaluasi yang akurat dari kondisi ini sangat penting untuk memastikan hasil klinis yang optimal.

            Teknik radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan pedis dan calcaneus harus memperhatikan beberapa aspek penting untuk menghasilkan gambar diagnostik berkualitas tinggi. Posisi anteroposterior (AP) dan lateral adalah dua posisi utama yang digunakan dalam radiografi area ini. Dixon et al. (2015) menyatakan bahwa kualitas gambar radiografi sangat bergantung pada teknik yang digunakan, termasuk pengaturan posisi pasien dan penggunaan alat bantu seperti filter dan collimation untuk mengurangi dosis radiasi. Proteksi radiasi merupakan aspek krusial dalam setiap prosedur radiologi. Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) harus selalu diterapkan untuk mengurangi risiko paparan radiasi yang tidak perlu bagi pasien dan tenaga medis. Menurut ICRP (2013), penggunaan perisai pelindung dan teknik collimation adalah beberapa metode yang efektif untuk mencapai tujuan ini . Curry et al. (2020) juga menekankan pentingnya pengukuran dosis radiasi yang diterima oleh pasien selama prosedur radiografi pedis dan calcaneus untuk memastikan bahwa dosis tetap dalam batas aman. Perkembangan teknologi radiofotografi, terutama dalam bentuk digital radiography (DR) dan computed radiography (CR), telah membawa peningkatan signifikan dalam hal kualitas gambar dan efisiensi dosis radiasi. Seeram (2019) menunjukkan bahwa teknologi ini memungkinkan pengolahan gambar yang lebih canggih dan analisis yang lebih akurat, yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan diagnostik. Beaman et al. (2016) juga mencatat bahwa metode digital dapat mengurangi dosis radiasi yang diperlukan untuk memperoleh gambar berkualitas tinggi dibandingkan dengan metode konvensional .

            Penelitian ini bertujuan untuk meninjau aspek radiografi, proteksi radiasi, dan radiofotografi dalam pemeriksaan radiologi pada pedis dan calcaneus. Dengan memahami teknik terbaik dan menerapkan proteksi radiasi yang efektif, diharapkan dapat meningkatkan kualitas diagnostik dan keselamatan pasien serta tenaga medis. Berdasarkan literatur yang ada, penelitian ini juga akan mengidentifikasi area di mana teknologi baru dapat diterapkan untuk meningkatkan praktik klinis dan hasil pasien.

            Pada artikel ini ada rumusan masalah yang mencakup aspek-aspek utama yang relevan tanpa memerlukan penelitian mendalam.

1. Bagaimana teknik radiografi yang tepat dapat meningkatkan akurasi diagnosis kondisi seperti fraktur atau infeksi pada pedis dan calcaneus?

2. Apa saja tantangan utama dalam proteksi radiasi selama pemeriksaan radiologi pada kaki ini, dan bagaimana cara mengatasinya?

3. Bagaimana teknologi terbaru dalam radiografi, seperti digital radiography, berkontribusi dalam meningkatkan kualitas gambar dan efisiensi prosedur diagnostik pada pedis dan calcaneus?

            Penelitian tentang pemeriksaan radiologi pada pedis dan calcaneus memberikan manfaat yang signifikan dalam bidang medis. Dengan meningkatkan akurasi diagnosis kondisi seperti fraktur, infeksi, dan penyakit degeneratif, penelitian ini berpotensi untuk membantu dalam perencanaan perawatan yang lebih efektif dan tepat bagi pasien. Selain itu, pemahaman yang lebih baik tentang teknik radiografi yang optimal dapat memperbaiki efisiensi prosedur diagnostik dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk diagnosis. Aspek penting lainnya adalah pengembangan prinsip proteksi radiasi yang lebih baik, yang berkontribusi pada keselamatan pasien dan tenaga medis dengan mengimplementasikan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Dengan menerapkan teknologi terbaru dalam radiografi, seperti digital radiography, penelitian ini juga membuka peluang untuk meningkatkan kualitas gambar radiologi dan memperluas kemampuan diagnostik. Secara keseluruhan, penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi praktik klinis, tetapi juga berkontribusi pada literatur ilmiah dengan menyediakan informasi baru yang berharga untuk pengembangan masa depan dalam bidang radiologi musculoskeletal.

METODOLOGI

Metodologi penelitian ini akan menggunakan pendekatan studi literatur untuk mengumpulkan informasi terbaru tentang teknik radiografi, proteksi radiasi, dan perkembangan radiofotografi terkini yang berkaitan dengan pemeriksaan pada pedis dan calcaneus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Pemeriksaan radiologi pada pedis (tulang kaki) dan calcaneus (tulang tumit) adalah prosedur penting dalam diagnostic imaging muskuloskeletal. Teknik radiografi tradisional, seperti anteroposterior (AP) dan lateral, masih menjadi metode utama untuk mengevaluasi struktur dan kondisi patologis di kedua area ini. Dalam konteks ini, penelitian telah memberikan banyak kontribusi penting untuk meningkatkan efektivitas diagnosa dan meningkatkan praktik radiologi yang lebih aman dan efisien. Penelitian terbaru menyoroti beberapa temuan signifikan terkait dengan pemeriksaan radiologi pada pedis dan calcaneus. Salah satu hasil utama adalah efektivitas teknik radiografi dalam mendeteksi fraktur dan kondisi patologis lainnya. Studi yang dilakukan oleh Borrelli Jr. et al. (2012) menunjukkan bahwa kombinasi antara teknik AP dan lateral memberikan gambaran yang komprehensif, memungkinkan identifikasi yang lebih akurat terhadap fraktur yang mungkin terjadi di tulang kaki dan tumit. Penggunaan teknologi digital radiography (DR) juga telah memperlihatkan kemajuan signifikan dalam praktik radiologi modern. Curry TS et al. (2020) menjelaskan bahwa DR tidak hanya meningkatkan kualitas gambar radiologi, tetapi juga mempercepat proses pengambilan gambar dan interpretasi hasil. Teknologi ini memberikan keuntungan dalam hal efisiensi diagnostik dan pengurangan paparan radiasi yang tidak perlu bagi pasien, sejalan dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang dianjurkan oleh ICRP (International Commission on Radiological Protection). Selain itu, perbandingan antara teknik konvensional dan digital juga diperkuat oleh studi oleh Seeram E. (2019), yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital memiliki potensi untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan kemudahan penggunaan di berbagai setting klinis.

            Hasil penelitian ini memiliki implikasi yang luas dalam praktik klinis radiologi. Kemampuan untuk mengidentifikasi fraktur dengan lebih akurat dan efisien tidak hanya mempercepat diagnosa tetapi juga meningkatkan perawatan pasien. Dalam konteks ini, pembahasan juga mencakup tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan teknologi terbaru dan memastikan kepatuhan terhadap pedoman proteksi radiasi yang ketat. Berbicara mengenai proteksi radiasi, penelitian ICRP (2013) menekankan pentingnya untuk mengurangi paparan radiasi sesedikit mungkin tanpa mengorbankan kualitas gambar diagnostik. Hal ini menuntut perhatian ekstra dalam pengaturan dosis radiasi yang tepat dan penggunaan peralatan pelindung yang efektif. Selain itu, dalam mengembangkan praktik radiologi yang berkelanjutan, pelatihan yang terus-menerus bagi radiografer dan profesional kesehatan lainnya adalah kunci.

            Davies AM et al. (2015) menyoroti pentingnya pendidikan kontinu dalam menghadapi perkembangan teknologi dan penemuan baru dalam imaging muskuloskeletal. Selain mengungkapkan efektivitas teknik radiografi dan penggunaan teknologi terbaru, penelitian ini juga menyoroti beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam praktik pemeriksaan radiologi pada pedis dan calcaneus. Salah satu tantangan utama adalah pengaturan dosis radiasi yang optimal untuk mencapai gambaran yang cukup untuk diagnosis tanpa mengorbankan keselamatan pasien. Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) menjadi panduan utama dalam upaya untuk meminimalkan paparan radiasi tanpa mengurangi kualitas gambar diagnostik. Perbedaan antara teknik konvensional dan digital juga memunculkan pertimbangan terkait biaya dan manfaat. Meskipun teknologi digital menawarkan keunggulan dalam kualitas gambar dan efisiensi proses, biaya awal investasi dan pemeliharaan teknologi ini dapat menjadi hambatan dalam adopsi yang luas, terutama di setting kesehatan yang kurang berkembang. Namun, penelitian yang terus menerus dalam pengembangan teknologi dan peningkatan pemahaman tentang keamanan radiasi diharapkan dapat mengatasi hambatan ini. Selain itu, perlunya pelatihan yang intensif bagi radiografer dan staf medis lainnya juga menjadi sorotan penting. Pelatihan yang baik tidak hanya mengenai teknik pemeriksaan, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang prinsip proteksi radiasi dan kepatuhan terhadap pedoman yang ada. Studi oleh Smith et al. (2018) menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan dan keterampilan praktisi medis dalam radiografi dapat mengurangi risiko kesalahan interpretasi dan meningkatkan akurasi diagnosa.

            Penelitian ini memberikan landasan ilmiah yang kuat untuk pengembangan praktik pemeriksaan radiologi pada pedis dan calcaneus yang lebih baik dan lebih aman. Dengan mempertimbangkan temuan hasil penelitian dan tantangan yang dihadapi, langkah-langkah selanjutnya termasuk terus menerapkan prinsip ALARA dalam pengaturan dosis radiasi, meningkatkan aksesibilitas teknologi radiografi digital, dan memperkuat pendidikan serta pelatihan bagi tenaga medis. Dengan cara ini, praktik radiologi pada kaki dapat terus berkembang untuk memberikan perawatan yang lebih baik dan lebih aman bagi pasien, serta memberikan kontribusi positif yang signifikan bagi perawatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

KESIMPULAN

Dalam artikel ilmiah ini dapat di simpulkan bahwasannya artikel ini memberikan panduan yang bermanfaat bagi kita sebagai radiografer dalam melakukan pemeriksaan radiografi pada pedis dan calcaneus. Teknik yang dijelaskan juga dapat membantu memastikan bahwa gambar yang dihasilkan berkualitas tinggi dan akurat, yang dapat membantu dokter mendiagnosis dan mengobati kondisi patologis yang memengaruhi kaki dan pergelangan kaki. Selain itu, keberlangsungan di rumpun radiologi tidak luput dari proteksi radiasi dan radiofotografi karena kaitannya erat dengan keselamatan kerja pada radiologi.

REFERENSI

Borrelli Jr., J. Jr., DeMaio, M., Mendicino, R. W., Catanzariti, A. R., & Lamm, B. M. (2012). Radiographic Evaluation of the Foot and Ankle: Adult Flatfoot,      Cavus Foot, and Stress Fractures. Foot & Ankle Specialist, 5(3), 168-177.  doi:10.1177/1938640012450930

Curry, T. S., Dowdey, J. E., & Murry, R. C. (2020). Christensen's Physics of Diagnostic Radiology. Lippincott Williams & Wilkins.

International Commission on Radiological Protection (ICRP). (2013). Radiation Protection and Safety in Medicine: ICRP Publication 105. Annals of the ICRP, 37(6).

Seeram, E. (2019). Digital Radiography: An Introduction for Technologists. Cengage Learning.

Smith, J., & Jones, L. (2018). Training and education in radiography. In A. Adam & B. Dixon (Eds.), Clark's Positioning in Radiography (14th ed., pp. 131-148). CRC Press.

Davies, A. M., Sundaram, M., & James, S. L. (2015). Imaging of Bone Tumors and  Tumor-Like Lesions: Techniques and Applications. Springer.

Pearce, E. C. (2013). Anatomi Fisiologi Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Wahyuni, F., Abdurrohman, Novitasari, Yuke Ima. (2018). Pengaruh Pemeriksaan  Os Pedis Proyeksi Anteroposterior Dengan Arah Sinar Tegak Lurus 0 Dan      Axial 10 Terhadap Hasil Radiograf Ossa Tarsal. Jurnal Health Care Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun