Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cuitan Menghadapi Fase Quarter Life Crisis

7 Juni 2021   21:42 Diperbarui: 7 Juni 2021   21:47 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://rekreartive.com/

Dulu aku mengira bahwa kehidupan setelah lulus kuliah akan berjalan mulus. Memasuki dunia kerja yang penuh tantangan bakal sepadan dengan adanya pendapatan upah alias gaji. Dulu aku berpikir bahwa menjadi 'manusia dewasa' adalah suatu hal yang menyenangkan dan bebas.
Ya! Bebas melakukan apa saja yang kita mau. Beli sesuatu yang kita mau tanpa mikir, pergi kemana saja yang kita mau tanpa was-was restu dari orang tua. Ini berkaca dari aku yang memiliki kehidupan keluarga tidak terlalu posesif. Orang tuaku percaya padaku.

Meski mereka memberiku kepercayaan, aku tidak pernah menyalahgunakannya. Aku tidak ingin menyakiti hati mereka karena ulahku. Jadi, kemana pun aku pergi selalu pamit. Itu bukan aturan mereka, itu adalah aturanku sendiri. Belajar bertanggung jawab ketika diberi kepercayaan oleh mereka.

 Selain menjadi manusia dewasa bisa bebas kemana pun kita mau, juga bisa melakukan hal-hal baru yang bisa didapatkan untuk menambah value dalam diri kita. Hai... jangan salah paham dulu., ini adalah pemikiranku pada saat kuliah dulu. Beberapa tahun lalu ketika mindsetku benar-benar masih naif sekali.

Hari berganti demi hari, bulan berganti demi bulan, dan tahun-tahun pun berlalu. Semakin bertambah umurku, rasanya semakin complicated. Semakin kompleks sekali kehidupan ini. 

Saat ini aku merasa dikelilingi oleh dunia yang sangat-sangat random. Mulai dari kisah pertemanan, percintaan, karir, finansial, dan mau dibawa kemana masa depanku nanti. 

Mungkin karena aktivitasku yang kurang sibuk, poin-poin itu selalu menghantuiku setiap saat. Entah pada saat bangun pagi, siang hari, atau malam sebelum tidur.

Begitu menyesakkan. Seperti bait sebuah lagu, "kapan terakhir kamu dapat tertidur tenang?" . hahaha aku tidak ingat kapan terakhir kali hidupku terlihat baik-baik saja. 'mereka' selalu mengganggu hari-hariku hingga saat ini. 

Selalu muncul rasa cemas, takut dan tergesa-gesa hingga kadangkala membuat aku kesusahan bernafas saking engapnya.  Seringkali mengeluh pada Tuhan dengan perasaanku yang makin tidak terkontrol. Apakah aku butuh psikiater?

Kata orang-orang yang pernah mengalami, aku sedang mengalami fase quarter life CRYsis. Masa peralihan menuju seperempat abad alias usia 25 tahun. 

Yap! Sebentar lagi usiaku menginjak ke 25 tahun. Rasanya begitu cepat sekali, perasaan baru kemarin aku merasakan masa-masa SMP dapet surprise ulang tahun dari para sahabatku, masa-masa SMA dimana kuhabiskan waktuku menjelajah alam, dan masa-masa kuliah disibukkan dengan Tugas Akhir yang bikin aku setengah mampus.

Segala kenangan di usia belasan hingga dua puluh tahun kemarin masih tersimpan rapih di memoriku. Rasanya aku ingin kembali ke masa-masa itu. Masa-masa menyenangkan bersama teman-teman. Apakah aku gamon, alias gagal move on?

Dimana aku masih terlibat dengan kenangan-kenangan masa remajaku, tetapi teman-teman sudah pada move on dengan kehidupan mereka masing-masing. Rasanya seperti itu, hingga akhirnya kadang sering merasakan pahitnya kesendirian. Sungguh pilu.

Entah sampai kapan quarter life CRYsis ini akan menghantui pikiranku. Apakah pada saat nanti ketika menikah? Tapi urusan pernikahan kan lebih complicated,bukan? Ah entah.. hal pasti yang membuatku makin galau dan ngenes adalah saat ini musim orang lamaran dan menikah. 

Hampir tiap hari aku menemui story di whatsapp maupun instagram yang isinya dekor, cincin, dua insan yang saling mencintai, dan juga orang tua muda mengabadikan baby. Maka, untuk mengatasi kecemasan itu, aku memutuskan untuk jarang membuka instagram pribadiku.

Sampai segitunya aku sensitif dan baper saat melihat dunia maya mendeklarasi para pengguna medsos sedang berbahagia di dunia nyata. Bukan mereka yang toxic, tetapi pikiranku yang saat ini benar-benar kalut dan toxic untuk diriku sendiri. Maka dari itu, aku hanya sesekali membuka media sosial hanya untuk check dan upload produk jualan saja.

 Aku akan tahu respon dari mereka jika bercerita tentang apa yang ku alami akhir-akhir ini. Mungkin mereka yang punya prinsip sok menyamaratakan semua keadaan akan respon seperti ini, "ih apaan..gitu aja baper" . 

Tetapi nyatanya dengan jarang membuka media sosial, aku tidak perlu mencemaskan soal psikisku. Itu cukup mengurangi beban pikirku. Rasanya begitu damai.

Disela-sela kondisi saat ini, aku hanya meminta pada Tuhan agar dijauhkan dari sifat iri dan dengki. Saat ini hanya berusaha untuk selalu membersihkan hati maupun pikiran. 

Menurutku itu sudah tips dasar untuk menguatkan segalanya. Biarlah mereka bahagia karena itu sudah garis takdirnya. Sedangkan bahagiaku saat ini sedang aku ciptakan sendiri. Setidaknya aku ingin menegakkan kakiku sendiri dulu sebelum orang lain membantu menegakkan kebahagiaan bersama.

Mencoba memohon pada-Nya bahwa saat ini yang aku ingin miliki adalah teman-teman baru. Bertemu dengan orang-orang baru dan sharing bersama dengan kisah kehidupan masing-masing agar aku dapat menemui hikmah, sehingga dapat belajar dari kisah tiap-tiap orang.

Disamping itu juga aku memohon semoga teman-teman lamaku saat ini tetap setia saling menghubungi, se-sibuk apapun mereka. Semoga Tuhan mendengar pintaku, semoga Tuhan tidak membiarkan hari-hariku terus terpuruk.

Do'a adalah obat mujarabku saat ini. Kata mereka yang pernah menghadapi fase ini, hal yang paling dibutuhkan adalah mendekatkan diri pada Pencipta dan selalu sibukkan diri. Fase quarter life CRYsis, bila tidak diimbangi dengan kegiatan positif bisa jadi akan memiliki dampak fatal. 

Tak jarang ada kasus manusia-manusia muda seusiaku yang memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan problem mental yang masih dianggap sepele.

Quarter life CRYsis, Ia cukup menyerang fisik dan psikisku. Sempat beberapa waktu yang lalu aku panik berlebihan tanpa sebab, takut sendirian di rumah dan membayangkan jika melakukan hal-hal aneh. 

Pernah melihat benda-benda tajam, membayangkannya seandainya ia menggores pergelangan tanganku dan memunculkan darah segar.

Naudzubillah.. beruntung sekali akal sehat ini masih berfungsi. Ketakutan ini masih ada. Semoga siapapun yang saat ini sedang terpuruk sepertiku atau bahkan mengalami hal yang lebih rumit dari kisahku ini segera tergantikan kebahagiaan dan rezeki yang tidak kita sangka. Aku selalu percaya dengan kalimat mujarab ini,,,

"setelah kesulitan akan ada kemudahan".

"dan apabila ada satu kesulitan akan ada dua kemudahan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun