Segala kenangan di usia belasan hingga dua puluh tahun kemarin masih tersimpan rapih di memoriku. Rasanya aku ingin kembali ke masa-masa itu. Masa-masa menyenangkan bersama teman-teman. Apakah aku gamon, alias gagal move on?
Dimana aku masih terlibat dengan kenangan-kenangan masa remajaku, tetapi teman-teman sudah pada move on dengan kehidupan mereka masing-masing. Rasanya seperti itu, hingga akhirnya kadang sering merasakan pahitnya kesendirian. Sungguh pilu.
Entah sampai kapan quarter life CRYsis ini akan menghantui pikiranku. Apakah pada saat nanti ketika menikah? Tapi urusan pernikahan kan lebih complicated,bukan? Ah entah.. hal pasti yang membuatku makin galau dan ngenes adalah saat ini musim orang lamaran dan menikah.Â
Hampir tiap hari aku menemui story di whatsapp maupun instagram yang isinya dekor, cincin, dua insan yang saling mencintai, dan juga orang tua muda mengabadikan baby. Maka, untuk mengatasi kecemasan itu, aku memutuskan untuk jarang membuka instagram pribadiku.
Sampai segitunya aku sensitif dan baper saat melihat dunia maya mendeklarasi para pengguna medsos sedang berbahagia di dunia nyata. Bukan mereka yang toxic, tetapi pikiranku yang saat ini benar-benar kalut dan toxic untuk diriku sendiri. Maka dari itu, aku hanya sesekali membuka media sosial hanya untuk check dan upload produk jualan saja.
 Aku akan tahu respon dari mereka jika bercerita tentang apa yang ku alami akhir-akhir ini. Mungkin mereka yang punya prinsip sok menyamaratakan semua keadaan akan respon seperti ini, "ih apaan..gitu aja baper" .Â
Tetapi nyatanya dengan jarang membuka media sosial, aku tidak perlu mencemaskan soal psikisku. Itu cukup mengurangi beban pikirku. Rasanya begitu damai.
Disela-sela kondisi saat ini, aku hanya meminta pada Tuhan agar dijauhkan dari sifat iri dan dengki. Saat ini hanya berusaha untuk selalu membersihkan hati maupun pikiran.Â
Menurutku itu sudah tips dasar untuk menguatkan segalanya. Biarlah mereka bahagia karena itu sudah garis takdirnya. Sedangkan bahagiaku saat ini sedang aku ciptakan sendiri. Setidaknya aku ingin menegakkan kakiku sendiri dulu sebelum orang lain membantu menegakkan kebahagiaan bersama.
Mencoba memohon pada-Nya bahwa saat ini yang aku ingin miliki adalah teman-teman baru. Bertemu dengan orang-orang baru dan sharing bersama dengan kisah kehidupan masing-masing agar aku dapat menemui hikmah, sehingga dapat belajar dari kisah tiap-tiap orang.
Disamping itu juga aku memohon semoga teman-teman lamaku saat ini tetap setia saling menghubungi, se-sibuk apapun mereka. Semoga Tuhan mendengar pintaku, semoga Tuhan tidak membiarkan hari-hariku terus terpuruk.