Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stageira, suatu kota di Yunani utara. Ayahnya mewarisi kedudukan sebagai dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Kira-kira pada umur 18 tahun Aristoteles tiba di Athena dan menjadi murid Plato. Ia belajar di Akademia selama hampir 20 tahun hingga wafatnya Plato pada tahun 348-7 SM. Sebagai filsuf dalam banyak hal Aristoteles jauh berbeda dengan para pendahulunya, sebab dialah filsuf pertama yang menulis seperti seorang professor. Karya-karya Aristoteles antara lain, Categoriac, De interpretation, Analytics Priora, Analytica Posteriora, Topica, Phisica, De caelo, De generatione et corruption, Meteorologica, De anima, Parva Naturalia, De partibus animalium, De mutu animalium, De incessu animalium, De generatione animalium, Ethica Nicomache, Magna Moralia, Ethica Eudemia, Politics, Economics, Rhetorica, Poetica, dan masih banyak lagi. Risalah-risalahnya sistematis, telaahnya dipilah-pilah menjadi sejumlah bagian dan ia juga menjadi seorang guru profesional dan bukan semacam nabi yang mendapat ilham. Karya-karyanya bersifat kritis, seksama, wajar dan tanpa terlihat adanya jejak agama Bachus yang penuh gelora.
Aristotle's Ethnic, khususnya Ethica Nicomachea (EN), merupakan salah satu karyanya yang paling terkenal. Dalam kitab ini, Aristotle membahas tentang konsep eudaimonia---yang artinya "kebahagiaan"---dan bagaimana manusia dapat mencapainya. Setiap orang ingin bahagia. Dengan pikiran, per-kataan dan perbuatannya, manusia ingin meraih kebahagiaan. Dengan harta-kekayaannya, manusia mau bahagia. Bahkan demi kebahagiaan, ada orang yang rela mempertaruhkan nyawa. Ia berkorban sedemikian supaya dirinya dan sesama di sekitar dapat bahagia. Kebahagiaan dicari dan senantiasa diimpikan manusia karena ia merupakan kebaikan tertinggi (the ultimate good) yang selalu menjadi tujuan terakhir setiap tindakan khas manusia. Tindakan khas manusia adalah tindakan berkeutamaan yang senantiasa dilakukan dalam terang pemikiran yang lurus (orthos logos; correct reason). Aktualisasi keutamaan moral dan keutamaan intelektual sebagai bagian utuh dari aktivitas jiwa manusia dalam bentuk tindakan moral dan aktivitas kontemplasi hal-hal luhur memastikan manusia menggapai kebahagiaan. Dengan lain perkataan, manusia yang makin manusiawi dapat merasakan dan mengalami kebahagiaan.
Apa itu Etika Kebahagiaan Aristoteles?
Konsep Umum Kebahagiaan
Bahagia adalah keadaan atau perasaan gembira dan damai, perasaan terbebas dari segala kekhawatiran dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Sedangkan kebahagiaan adalah kegembiraan dan kedamaian dalam hidup (lahir dan batin). Oleh karena itu, kebahagiaan adalah keadaan pikiran jasmani dan rohani serta perasaan gembira dan damai dalam hidup, yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat. Kebahagiaan timbul dari pemenuhan akan kebutuhan dan harapan. Melalui rasa kepuasan ini, seseorang memperoleh kepuasan sebagai tanda kebahagiaan. Oleh karena itu, kita dapat menikmati hidup dengan kedamaian dan ketenangan pikiran. Kebahagiaan adalah upaya paling mendasar dari semuanya. Manusia selalu ingin mengalami hal-hal yang menyenangkan, dan pada saat yang sama, manusia juga ingin menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan atau tidak mengenakkan.
Kebahagiaan pada dasarnya mempunyai sifat yang sangat subjektif, artinya hanya orang tersebutlah yang memahami kebahagiaannya sendiri.5 Maka setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam mengartikan kebahagiaan. Bahkan untuk mencapai kebahagiaan seseorang memiliki jalan yang masing-masing yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Makna Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti adat kebiasaan, watak atau kelakuan manusia. Etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berupaya untuk menyelidiki tindakan atau perilaku baik dan buruk, benar atau salah. Maka dengan demikian etika berupaya untuk menjawab mengenai pertimbangan-pertimbangan kategoris dari suatu tindakan baik dan buruk, benar atau salah yang didasari atas aturan moral tertentu. Maka dari itu, etika seringkali dikaitkan dengan filsafat moral. Kata moral berasal dari bahasa Latin "mos", "moris" yang memiliki arti adat kebiasaan.
Etika dapat diartikan  dalam tiga kategori: etika sebagai sistem nilai, etika sebagai kode etik, dan etika sebagai ilmu. Etika sebagai suatu sistem nilai  berupa nilai-nilai normatif yang dijadikan  asas, pegangan, atau pedoman  dalam suatu komunitas (masyarakat) tertentu dan berfungsi untuk mengatur tingkah laku anggota masyarakat tersebut. Etika sebagai kode etik adalah seperangkat pedoman teknis dan praktis yang diterapkan dalam upaya mengendalikan perilaku. Etika sebagai suatu ilmu yang bersifat sistematik, bertujuan mempelajari baik  buruknya perbuatan, hak dan kewajiban moral, sedangkan etika disebut  filsafat moral atau pencerminan filosofis moralitas.
Etika Kebahagiaan Aristoteles
Etika kebahagiaan Aristoteles sering disebut dengan eudaimonia, sebuah konsep yang menekankan pentingnya mencapai kebahagiaan melalui kebajikan. Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir hidup manusia. Eudaimonia bukan sekadar kenikmatan atau kenikmatan sementara, tetapi merupakan keadaan berfungsi dengan baik dan memenuhi potensi seseorang.
Aristoteles mengatakan bahwa untuk mencapai eudaimonia seseorang harus hidup sesuai dengan kebajikan. Kebajikan ini terbagi dalam dua kategori: kebajikan intelektual dan kebajikan moral. Kebajikan intelektual mengacu pada pengetahuan dan pemahaman, contohnya adalah hikmah, logika, dan pengetahuan. Kontemplasi atau pikiran yang murni, merupakan cara hidup yang ideal untuk mencapai kebahagiaan. Sedangkan kebajikan moral mengacu pada tindakan dan perilaku, contohnya adalah keberanian, sabar, dan adil. Aristoteles percaya bahwa keutamaan moral dapat dikuasai melalui Latihan dan pengalaman hidup.
Selain itu, Â menurut Aristoteles, kunci untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan mengembangkan kebijaksanaan praktis (phronesis). Kebijaksanaan praktis mengacu pada kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang cermat tentang apa yang baik dan benar dalam situasi-situasi kehidupan sehari-hari. Hubungan antara kebijaksanaan dan kebahagiaan dapat dilihat dalam pemikiran etika Aristoteles. Aristoteles berpendapat bahwa kebijaksanaan adalah kualitas penting yang membantu kita dalam memahami apa artinya menjadi manusia yang baik dan mencapai kebahagiaan. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita dapat membuat keputusan yang tepat dan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang benar. Aristoteles berpendapat bahwa kebijaksanaan tidak dapat diperoleh dengan sendirinya, tetapi harus dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Dalam hal ini, penting untuk belajar dari orang lain yang memiliki ketelitian moral yang kuat dan berperilaku dengan bermartabat.
Aristoteles juga percaya bahwa moralitas merupakan bagian integral dari kehidupan bermasyarakat. Menurutnya, masyarakat yang berfungsi dengan baik adalah masyarakat di mana orang-orang hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan kebajikan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mempraktikkan etika virtue dan membantu menciptakan sebuah masyarakat yang adil dan harmonis.
Mengapa Penting untuk menjadi Sarjana dan menciptakan etika kebahagiaan?
Menjadi sarjana dan menciptakan etika kebahagiaan saling berkesinambungan. Keduanya merupakan perjalanan yang kompleks namun berharga. Dengan menjadi sarjana, memberikan kita pengetahuan dan keterampilan yang kita butuhkan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Jika kita memegang pengetahuan dan keterampilan yang cukup, akan memudahkan kita untuk menjadi orang sukses yang bahagia. Serta pendidikan tinggi memungkinkan kita untuk lebih mudah memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika, termasuk gagasan Aristoteles tentang kebahagiaan.
Berikut alasan mengapa penting untuk menciptakan etika kebahagiaan:
- Dalam proses menjadi sarjana, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tantangan dan pilihan. Dengan menerapkan etika kebahagiaan Aristoteles, mahasiswa dapat membangun karakter yang kuat. Karakter ini penting tidak hanya untuk kesuksesan akademik tetapi juga untuk hubungan sosial dan profesional di masa depan.
- Mencapai eudaimonia memungkinkan individu untuk merasakan kepuasan yang mendalam. Dalam dunia yang penuh tekanan, seperti lingkungan akademis yang kompetitif, fokus pada kebahagiaan yang dihasilkan dari tindakan baik dan kebajikan dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
- Aristoteles menekankan bahwa kebahagiaan tidak hanya bersifat individu, tetapi juga sosial. Seorang sarjana yang menerapkan etika kebahagiaan cenderung lebih peduli terhadap kesejahteraan orang lain dan berkontribusi positif pada masyarakat.
Bagaimana Cara Menciptakan Etika Kebahagiaan?
Ada beberapa cara menciptakan Etika Kebahagiaan, yang pertama dengan cara membentuk karakter, pendidikan bertujuan tidak hanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga untuk membentuk karakter Institusi pendidikan harus memasukkan pendidikan moral dan etika ke dalam kurikulumnya Diskusi tentang nilai-nilai, integritas, dan tanggung jawab sosial sangat penting untuk membangun kebajikan moral.
Yang kedua dengan cara refleksi diri, mahasiswa harus melakukan refleksi diri secara teratur. Dengan merenungkan tindakan dan keputusan yang diambil, kita dapat menilai apakah keputusan tersebut konsisten dengan nilai-nilai luhur kita. Refleksi ini dapat terjadi melalui jurnal pribadi, diskusi kelompok, atau bimbingan akademis.
Cara yang ketiga adalah dengan cara sering berpartisipasi dalam Kegiatan Sosial, partisipasi dalam kegiatan sosial seperti kerja sukarela dan organisasi kemahasiswaan membantu mahasiswa mempraktikkan kebajikan moral. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman tetapi juga meningkatkan empati dan kasih sayang terhadap sesama.
Cara yang keempat adalah dengan cara pembinaan dan pendampingan. Memiliki seorang mentor yang dapat memberi nasihat kepada kita mengenai etika dan kesejahteraan bisa sangat membantu. Mentor membantu mahasiswa mengatasi tantangan dan memberikan wawasan berharga dalam menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari
Cara yang terakhir adalah dengan cara menumbuhkan Kebajikan Intelektual, selain kebajikan moral, penting juga untuk memupuk kebajikan intelektual. mahasiswa harus didorong untuk berpikir kritis, mengejar pengetahuan, dan berusaha untuk memahami dunia lebih dalam. Dengan menerapkan cara ini akan membantu kita memahami lebih baik dan  membuat keputusan yang lebih baik
Kesimpulan
Aristoteles, lahir pada 384 SM, adalah seorang filsuf yang menekankan pentingnya eudaimonia atau kebahagiaan sebagai tujuan hidup. Dalam karya terkenalnya, Ethica Nicomachea, ia menjelaskan bahwa kebahagiaan dicapai melalui aktualisasi kebajikan moral dan intelektual, serta pengembangan kebijaksanaan praktis (phronesis). Menjadi sarjana dan menerapkan etika kebahagiaan adalah proses saling melengkapi. Serta, pendidikan tinggi memberikan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung individu untuk berkontribusi kepada masyarakat. Pentingnya etika kebahagiaan tercermin dalam kemampuan mahasiswa untuk membangun karakter yang kuat, merasakan kepuasan yang mendalam, dan peduli terhadap kesejahteraan orang lain. Untuk menciptakan etika kebahagiaan, penting bagi institusi pendidikan untuk membentuk karakter, mendorong refleksi diri, serta partisipasi dalam kegiatan sosial, sambil juga mengembangkan kebajikan intelektual. Dengan demikian, individu dapat membuat keputusan yang baik dan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral yang dipegang.
Daftar Pustaka
Hardiyati, M. (2020). Sejarah Perkembangan Ilmu Dunia Barat. 11-16.
Kapitan, A. (2023). Menimbang Kebahagiaan Bersama Aristoteles: Sebuah Tinjauan Filosofis. 27-30.
Rosifa, M. (2022). Konsep Kebahagiaan dalam Perspektif Etika Epikureanism. Jurnal Moderasi.
Aristoteles. (2004). Nicomachean Ethics. Terjemahan W. D. Ross. Kitchener: Batoche Books.
Kraut, Richard. (2018). Aristotle on the Human Good. Princeton University Press.
Rorty, Richard. (1999). Philosophy and Social Hope. Penguin Books.
MacIntyre, Alasdair. (1981). After Virtue: A Study in Moral Theory. University of Notre Dame Press.
https://caruy.desa.id/pemikiran-etika-aristoteles-menggapai-kebahagiaan-melalui-kebijaksanaan
http://repo.uinsatu.ac.id/9234/5/BAB%20II.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H