Mohon tunggu...
Nabila Indah Prilia
Nabila Indah Prilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010057

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak.,M.Si.,CIFM.,CIABV.,CIABG

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Aristotles

10 Oktober 2024   08:09 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul Ruang Publik Prof Apollo

Etika kebahagiaan Aristoteles sering disebut dengan eudaimonia, sebuah konsep yang menekankan pentingnya mencapai kebahagiaan melalui kebajikan. Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir hidup manusia. Eudaimonia bukan sekadar kenikmatan atau kenikmatan sementara, tetapi merupakan keadaan berfungsi dengan baik dan memenuhi potensi seseorang.

Aristoteles mengatakan bahwa untuk mencapai eudaimonia seseorang harus hidup sesuai dengan kebajikan. Kebajikan ini terbagi dalam dua kategori: kebajikan intelektual dan kebajikan moral. Kebajikan intelektual mengacu pada pengetahuan dan pemahaman, contohnya adalah hikmah, logika, dan pengetahuan. Kontemplasi atau pikiran yang murni, merupakan cara hidup yang ideal untuk mencapai kebahagiaan. Sedangkan kebajikan moral mengacu pada tindakan dan perilaku, contohnya adalah keberanian, sabar, dan adil. Aristoteles percaya bahwa keutamaan moral dapat dikuasai melalui Latihan dan pengalaman hidup.

Selain itu,  menurut Aristoteles, kunci untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan mengembangkan kebijaksanaan praktis (phronesis). Kebijaksanaan praktis mengacu pada kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang cermat tentang apa yang baik dan benar dalam situasi-situasi kehidupan sehari-hari. Hubungan antara kebijaksanaan dan kebahagiaan dapat dilihat dalam pemikiran etika Aristoteles. Aristoteles berpendapat bahwa kebijaksanaan adalah kualitas penting yang membantu kita dalam memahami apa artinya menjadi manusia yang baik dan mencapai kebahagiaan. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita dapat membuat keputusan yang tepat dan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang benar. Aristoteles berpendapat bahwa kebijaksanaan tidak dapat diperoleh dengan sendirinya, tetapi harus dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Dalam hal ini, penting untuk belajar dari orang lain yang memiliki ketelitian moral yang kuat dan berperilaku dengan bermartabat.

Aristoteles juga percaya bahwa moralitas merupakan bagian integral dari kehidupan bermasyarakat. Menurutnya, masyarakat yang berfungsi dengan baik adalah masyarakat di mana orang-orang hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan kebajikan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mempraktikkan etika virtue dan membantu menciptakan sebuah masyarakat yang adil dan harmonis.

Mengapa Penting untuk menjadi Sarjana dan menciptakan etika kebahagiaan?

Menjadi sarjana dan menciptakan etika kebahagiaan saling berkesinambungan. Keduanya merupakan perjalanan yang kompleks namun berharga. Dengan menjadi sarjana, memberikan kita pengetahuan dan keterampilan yang kita butuhkan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Jika kita memegang pengetahuan dan keterampilan yang cukup, akan memudahkan kita untuk menjadi orang sukses yang bahagia. Serta pendidikan tinggi memungkinkan kita untuk lebih mudah memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika, termasuk gagasan Aristoteles tentang kebahagiaan.

Berikut alasan mengapa penting untuk menciptakan etika kebahagiaan:

  • Dalam proses menjadi sarjana, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tantangan dan pilihan. Dengan menerapkan etika kebahagiaan Aristoteles, mahasiswa dapat membangun karakter yang kuat. Karakter ini penting tidak hanya untuk kesuksesan akademik tetapi juga untuk hubungan sosial dan profesional di masa depan.
  • Mencapai eudaimonia memungkinkan individu untuk merasakan kepuasan yang mendalam. Dalam dunia yang penuh tekanan, seperti lingkungan akademis yang kompetitif, fokus pada kebahagiaan yang dihasilkan dari tindakan baik dan kebajikan dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
  • Aristoteles menekankan bahwa kebahagiaan tidak hanya bersifat individu, tetapi juga sosial. Seorang sarjana yang menerapkan etika kebahagiaan cenderung lebih peduli terhadap kesejahteraan orang lain dan berkontribusi positif pada masyarakat.

Bagaimana Cara Menciptakan Etika Kebahagiaan?

Ada beberapa cara menciptakan Etika Kebahagiaan, yang pertama dengan cara membentuk karakter, pendidikan bertujuan tidak hanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga untuk membentuk karakter Institusi pendidikan harus memasukkan pendidikan moral dan etika ke dalam kurikulumnya Diskusi tentang nilai-nilai, integritas, dan tanggung jawab sosial sangat penting untuk membangun kebajikan moral.

Yang kedua dengan cara refleksi diri, mahasiswa harus melakukan refleksi diri secara teratur. Dengan merenungkan tindakan dan keputusan yang diambil, kita dapat menilai apakah keputusan tersebut konsisten dengan nilai-nilai luhur kita. Refleksi ini dapat terjadi melalui jurnal pribadi, diskusi kelompok, atau bimbingan akademis.

Cara yang ketiga adalah dengan cara sering berpartisipasi dalam Kegiatan Sosial, partisipasi dalam kegiatan sosial seperti kerja sukarela dan organisasi kemahasiswaan membantu mahasiswa mempraktikkan kebajikan moral. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman tetapi juga meningkatkan empati dan kasih sayang terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun