Mohon tunggu...
Nabila Putri Syasabil
Nabila Putri Syasabil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Fatum Brutum Amorfati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (Jilid I: Tanah di Bawah Angin): Sebuah Ulasan Buku

6 Oktober 2020   01:00 Diperbarui: 5 November 2020   22:31 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta Keramaian dan Dunia Hiburan

Bagi orang Asai Tenggara, partisipasi dalam pesta keramaian, ritus, dan pesta makan tampaknya merupakan suatu kewajiban sosial yang sama pentingnya dengan kerja produktif itu sendiri. Orang Thai rnaupun orang Melayu menggunakan kata sehari-hari "work" (ngan dalam bahasa Thai, kerja dalam bahasa Melayu) untuk menggambarkan partisipasi mereka dalam pesta keramaian maupun ritus.

Bab 5 sekaligus menjadi bab terakhir dalam buku ini banyak membahas tentang kesenian, kesusastraan, teater, tari, musik, hingga permainan rakyat yang ada di Asia Tenggara. Pusat-pusat pemerintahan pada saat itu ternyata mendapat pengaruh oleh kebudayaan India seperti Birma, Siam, Karnboja, Jawa, dan Bali.

Teater-teater Asia Tenggara lainnya menggunakan tema-tema epos India yang mungkin diperkenalkan selama tahun seribuan, khususnya Ramayana yang dikenal sedunia. Akan tetapi, bentuk-bentuk teater yang akrab di zaman modem sama sekali tidaklah setua itu. Bukti-bukti pertama dari wayang kulit memang bisa dilacak hingga ke suatu prasasti abad ke-9 dan pada suatu kronik yang lebih eksplisit dari abad ke-11 (Kats 1923: 35-31 ). Namun para penulis Jawa menekankan bahwa para wali dan penyebar Islam di Jawalah yang memberi wayang kulit bentuk modernnya sekitar abad ke-16 sebagaimana mereka telah menciptakan wayang topeng.

Kesimpulan

Bangsa-bangsa Asia Tenggara tetap merupakan pelaku utama dari perluasan niaga yang menjadi inti dari transformasi ini hingga abad ke-17. Perdagangan telah memupuk kota-kota itu dengan berbagai gagasan dari dunia luar, mempcrkuat kalangan elite dan negara-negara yang paling ccpat menarik manfaat dari itu semua. Akan tetapi, "revolusi niaga" pada pertengahan abad ke-17 secara radikal telah mengalihkan sekian dampak dari kegiatan perniagaan di kawasan itu. Namun, tatkala pasang naik imperialis medan kapitalisme membanjiri mereka pada akhir abad ke-19, negeri-negeri ini tidak lagi mampu bersaing atas patokan-patokan yang sama dengan bangsa-bangsa pengusik, seperti yang berlaku selama kurun niaga mereka.

Buku ini menjelaskan banyak mengenai Asia Tenggara secara lengkap. Para pembaca diajak untuk melihat Asia Tenggara lebih jauh dengan gambar-gambar yang menarik. Hal-hal yang terjadi pada zaman sekarang memiliki kaitan yang erat dengan yang terjadi pada zaman dahulu yang dijelaskan pada buku ini. Asia Tenggara tidak kalah maju dengan bangsa Eropa, namun seiring dengan perkembangan zaman, dengan adanya kolonialisme dan imperialism dari bangsa Barat menjadikan sebagian besar negara di Asia Tenggara tertinggal oleh bangsa Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun