Seorang Maiko adalah orang yang mirip Geisha di Kyoto dan Jepang Barat. Maiko bekerja untuk mementaskan lagu, tarian, dan memainkan shamisen atau alat musik Jepang tradisional lainnya kepada para pengunjung pada Ozashiki.
Maiko biasanya berusia 15 sampai 20 tahun dan menjadi Geisha setelah belajar cara menari tarian tradisional, memainkan shamisen, dan mempelajari Kyō-kotoba (dialek Kyoto), tanpa memandang asal mereka.
Untuk menjadi seorang Maiko bukanlah hal mudah. Mereka harus menjalani pelatihan yang ketat, dan memulai pelatihan sedari muda.
Sumire, dan Kiyo berangkat dari Aomori menuju Kyoto. Sesampai disana mereka disambut ibu asuh mereka. Selama pelatihan mereka dilarang keluar asrama tanpa ijin, dilarang menggunakan smartphone sehingga akses komunikasi mereka terbatas.
Mereka hanya diizinkan untuk mengirim surat ke keluarga mereka, walaupun sebenarnya dalam asrama tersebut memiliki akses telepon rumah.
Sumire yang masih belia namun, sudah mendapatkan apresiasi dari para pengajar ia digadang-gadang akan menjadi Maiko yang hebat dimasa depan. Berbeda dengan Kiyo yang terkesan cuek tentang menjadi Maiko.
Kiyo hanya sekedar ikut-ikutan saja. Berbeda dengan dedikasi yang ditunjukkan Sumire untuk menjadi Maiko.
Hal itulah yang menyebabkan Kiyo mendapatkan teguran dari pengajar. Dari yang awal teguran menjadi pemberhentian.
Ibu asrama mengatakan kalau Kiyo sudah tidak bisa menjadi Maiko karena, tidak ada peningkatan yang baik selama pelatihannya.
Kiyo yang mendengar hal itu terkesan biasa saja bahkan tidak ada raut kekecewaan namun, Sumire yang mengetahui hal itu sedih hingga meneteskan air mata.
Ternyata Sumire dan Kiyo sudah mengikat janji akan menjadi Maiko bersama-sama saat masih di Aomori.