Minggu 31/7/2022 di Zadar atau Senin dinihari di Indonesia, sekitar 2000 suporter tuan rumah Kroasia yang datang ke Kresimir Cosic Sports Hall bersorak ketika spike keras Samanta Fabris jatuh telak di sudut lapangan Belgia.
Spike yang berbuah poin itu jadi akhir dari perjalanan Kroasia di Volleyball Challenger Cup 2022. Mereka memenangi laga grandfinal kontra Belgia dengan skor 3-1 (25-20, 21-25, 25-22, 25-21) dan berhak promosi ke Volleyball Nations League 2023.
Tim putri Kroasia dan Belgia mengurai jalan yang nyaris serupa sebelum lolos ke grandfinal VCC 2022. Kedua tim sama-sama menang 3-0 atas lawannya di perempat final.
Kroasia yang jumpa wakil Asia, Kazakhstan nampak tak mengalami kesulitan berarti dan menutup laga dengan 25-20, 25-15, 25-20. Sementara Belgia juga menang mudah atas Republik Ceko 25-18, 25-23, 25-15.
Hasil di semifinal pun serupa. Kroasia mampu melewati hadangan Puerto Riko 3-1 (26-24, 25-17, 23-25, 25-17). Sedang Belgia yang sempat tertinggal di set 1 mampu membalikkan keadaan dan unggul 3-1 (21-25, 25-20 25-21 25-16) dari Kolombia.
Tinggal 1 langkah yang harus dilewati Belgia untuk kembali ke VNL. Satu langkah yang tentunya tak akan mudah karena lawan yang dihadapi adalah sang tuan rumah, Kroasia.
Belgia sebenarnya mendominasi di set 1, sayang keunggulan tersebut tak dapat mereka pertahankan. Berawal dari kurang baiknya penerimaan bola pertama membuat Belgia tak mampu membangun serangan yang mematikan.
Tertinggal 11-14, Kroasia justru berbalik memimpin 15-14. Momentum tersebut berhasil anak asuh Ferhat Akbas pertahankan hingga set selesai dan jadi milik Kroasia 25-21.
Namun keunggulan tersebut tak mampu bertahan lama. Belgia yang terus memimpin di set 2 tak ingin lagi kecolongan dan berhasil membuat kedudukan imbang 1-1 usai memastikan set ini jadi milik mereka 21-25.
Pertandingan berjalan semakin seru di set 3. Kroasia unggul jauh 6-1 di awal set. Belgia sempat menipiskan jarak 7-5, tapi melalui floating serve Fabris yang lagi-lagi menyulitkan lawan mengatur serangan, Kroasia kembali mengambil alih pertandingan 12-7.
Set 3 ini nampaknya mutlak akan jadi milik Kroasia saat margin angka semakin melebar 21-18 dan duet block Fabris-Samadan sukses meredam spike keras Britt Herbots dan memastikan Kroasia menang 25-22.
Memimpin 2-1, peluang Kroasia untuk menyudahi laga dengan 4 set saja terbuka lebar. Terutama saat mereka selalu berhasil menjaga jarak angka.
Belgia bukannya tak memberi perlawanan. Yellow Tigers Team -- julukan tim Belgia---sempat menempel ketat 21-22. Sayangnya, harapan Belgia untuk kembali ke VNL musim depan harus dikubur, Kroasia mampu menambah 3 angka beruntun dan menutup pertandingan dengan kemenangan.
Kekalahan yang menyesakkan bagi Belgia membuat para pemainnya tak bisa menyembunyikan kesedihan mendalam mereka selepas pertandingan. Bahkan nampak sang pemain andalan Belgia, Britt Herbots berulang kali mengusap air mata.
Bagi Kroasia, keberhasilan mereka lolos ke VNL 2023 tak hanya sekadar mimpi yang menjadi kenyataan, namun juga jadi pembuka jalan untuk mencicipi lebih banyak pertandingan di level elit.
"Ini pertandingan yang luar biasa. Kami datang dan tahu ini akan jadi (kompetisi) yang berat dan kami memutuskan untuk bertahan serta mencoba menunjukan penampilan terbaik," ujar Samanta Fabris saat wawancara usai pertandingan.
Lebih lanjut opposite yang bermain untuk klub Eczacibasi Dynavit di Liga Turkiye itu turut mengungkapkan rasa bangganya pada rekan, ofisial tim, dan juga organisasi voli Kroasia atas pencapaian mereka.
Kuba yang Berhasil di Percobaan Ketiga
Jika ada satu tim yang paling ditunggu kiprahnya di VNL, bisa jadi Kuba jadi jawaban sebagian besar penggemar voli dunia.
Tim putra yang kini menghuni ranking 12 dunia itu memang layak masuk dalam jajaran tim elit di kompetisi Volleyball Nations League. Namun jalan panjang nyatanya harus lebih dulu dilalui Kuba.
Ikut serta dalam 3 kali penyelenggaraan VCC dan gagal di dua edisi sebelumnya jadi bukti sahih perjalanan penuh sandungan tim yang banyak menelurkan pemain-pemain andal seperti Robertlandy Simon dan Michael Sanchez itu.
Pada 2018 lalu, langkah Kuba harus terhenti di semifinal oleh Portugal dan harus puas menjadi peringkat 4 kompetisi setelah kalah dari Estonia 0-3 (28-30, 21-25, 16-25) di partai terakhir.
Satu tahun berselang giliran Slovenia yang sukses membendung perlawanan Roamy Raul Alonso dkk. Bukan di partai semifinal, namun justru di grandfinal, di tahapan terakhir perebutan tiket promosi.
Saat itu lagi-lagi Kuba harus menyerah dalam 3 set langsung 24-26, 21-25, 21-25.
Kegagalan demi kegagalan yang diderita nyatanya tak mampu meredam pasukan Nicolas Ernesto Vives untuk kembali berjuang di VCC mereka yang ketiga. Asa untuk meraih hasil maksimal tetap mereka jaga meski tanpa diperkuat sang kapten Robertlandy Simon yang gagal berangkat karena terinfeksi Covid-19. Â (Sumber)
Perjuangan tanpa lelah di VCC 2022 ini akhirnya membuahkan hasil maksimal dan yang paling diharapkan, yakni jadi juara dan lolos ke VNL untuk kali pertama.
Berhadapan dengan Turkiye di laga pamungkas, Kuba langsung memimpin perolehan angka 4-0. Menyerang mulai dari serve dan block yang rapat membuat Turkiye cukup kewalahan untuk menembus pertahanan Kuba dan meraih poin.
Hanya 23 menit yang dibutuhkan Kuba untuk mengambil set pertama dengan skor 25-17.
Keadaan justru berbalik di set 2. Turkiye yang giliran bangkit dan memimpin perolehan angka hingga 11-9. Pada poin ini pelatih Turkiye, Nedim Ozbey memasukkan Mirza Lagumdzija untuk menggantikan Burutay Subasi.
Pergantian yang ternyata tepat, sebab Mirza bisa menyumbangkan poin beruntun dan membuat Turkiye makin memperbesar jarak 14-10.
Keunggulan tersebut tak ingin begitu saja disia-siakan Turkiye. Meski Kuba nyaris mampu mendekat dari angka 24-19 menjadi 24-23 melalui block yang kembali sulit ditembus.
Akhirnya set ini mutlak jadi milik Turkiye setelah spike keras opposite mereka, Adis Lagumdjiza mengakhir laga dengan skor tipis 25-23.
Sama-sama meraih kemenangan di dua set sebelumnya membuat pertandingan di set 3 berjalan ketat. Kejar mengejar angka terjadi hingga 18-18.
Defense yang luar biasa ditunjukan libero Garcia Alvarez dan dua serve aces dari Mergarejo Hernandez jadi kunci yang membawa Kuba perlahan tapi pasti menjauhkan margin menjadi 23-18.
Dan (lagi-lagi) set ketat ini selesai dengan spike yang dilakukan oleh Adis Lagumdjiza, serangan yang sayangnya melebar dan menjadi poin untuk Kuba 25-20.
Castro Lopez dan kolega makin menunjukan dominasinya di set 4. Sempat ditempel ketat hingga angka 9-9, Kuba kembali unggul jauh 16-12. Puncaknya terjadi ketika serve sang middle blocker Alonso tidak dapat diterima dengan baik oleh pemain Turkiye dan melambung ke lapangan Kuba.
Kesempatan yang tak disia-siakan oleh Mergarejo yang langsung melakukan spike yang tak bisa terbendung. Bola serangan yang membawa Kuba sekali lagi unggul dari Turkiye dengan 3-1 (25-17, 23-25, 25-20, 25-20).
Kemenangan atas Turkiye adalah jadi kali kedua yang diperoleh Kuba. Sebelumnya pada gelaran VCC edisi 2019 lalu, Kuba juga mampu menang dengan skor tipis 3-2 (22-25, 25-23, 25-22, 20-25, 15-12) di babak semifinal.
Dalam wawancara usai pertandingan, outside hitter sekaligus kapten Kuba, Castro Lopez mengaku senang akhirnya bisa menang dan lolos ke VNL 2023.
"Ini ketiga kalinya kami bermain di VCC, akhirnya kami bisa memenangkannya. Permainan kami lebih baik hari ini, kami menjaga konsentrasi di sepanjang pertandingan dan akhirnya bisa mengalahkan Turkiye," ungkapnya.
Penampilan menawan Kuba memang tak bisa lepas dari peran Lopez dan opposite mereka, Jesus Herrera Jaime. Jika ditotal, kedua pemain menyumbangkan 99 angka untuk timnya.
Kesuksesan Kuba menjuarai VCC 2022 tentunya jadi awal baik sebelum mereka kembali ke event internasional lainnya, yakni Men's World Championship.
Berada satu pool dengan Jepang, Brasil, dan Qatar, bukan hal yang mustahil jika nantinya Kuba menghadirkan kejutan dan meraih hasil yang lebih baik dibandingkan Kejuaraan Dunia sebelumnya.
Pemain Muda Korea yang "Panas" di Kandang Sendiri
Rasanya sudah lama saya tidak melihat penampilan tim putra Korea Selatan. Kalau diingat-ingat Korsel terakhir kali tampil full team adalah ketika Kualifikasi Olimpiade 2020 Zona Kontinental.
Setelahnya Taeguk Warrior tak lagi mengirimkan tim intinya, termasuk saat Asian Men's Senior Championship 2021 lalu. Saat itu mereka hanya mengirimkan tim yang bermaterikan pemain voli muda yang sedang dalam masa wajib militer.
Volleyball Challenger Cup kali ini bisa dibilang jadi ajang kembalinya Korsel ke event internasional setelah vakum 2 tahun, berstatus tuan rumah pula.
Namun sayangnya, harapan untuk bisa melenggang ke grandfinal dan (sekali) lagi mecoba peruntungan untuk bisa kembali ke VNL pupus setelah dikalahkan Turkiye di semifinal dengan 0-3 (24-26, 21-25, 22-25).
Kekalahan yang membuat Han Seonsoo dkk harus puas hanya bisa bermain hingga perebutan peringkat 3 dan berhadapan dengan Republik Ceko yang juga gagal ke grandfinal setelah kalah 0-3 dari Kuba.
Laga perebutan peringkat 3 ini menjadi menarik perhatian saya terutama karena Korsel menurunkan para pemain muda di posisi opposite dan outside hitter. Tiga nama yang jadi perhatian adalah Heo Subong, Im Donghyeok, dan Lim Sungjin.
Di babak perempat final dan semifinal, kontribusi poin Korsel lebih banyak disumbangkan oleh Heo Subong. Tercatat 56 angka yang diberikan pemain asal klub Cheonan Hyundai Capital Skywalkers itu pada saat jumpa Australia dan Turkiye.
Subong bahkan mencetak 33 poin di pertandingan perdana melawan Australia. Catatan rekor yang luar biasa.
Jika Subong begitu bersinar di dua pertandingan awal Korsel. Pada pertandingan terakhir kala bertemu Republik Ceko, giliran Lim Sungjin dan Im Donghyeok yang jadi mesin pencetak poin Korsel.
Kedua pemain yang sama-sama kelahiran 1999 tersebut jadi kartu as Korsel sehingga mampu meredam Adam Zajicek cs melalui pertarungan panjang 5 set.
Korsel sejatinya memiliki peluang untuk menang 3 set langsung. Pada dua set awal anak asuh Im Doheon menunjukan permainan impresif dan menang dengan skor yang cukup jauh 25-19 dan 25-16.
Tetapi harapan untuk menyudahi laga lebih cepat ternyata sirna setelah Republik Ceko gantian memenangi 2 set berikutnya dengan 26-24 dan 25-23.
Ketatnya pertandingan berlanjut ke set 5. Saking sengitnya, pertandingan harus mengalami 7 kali deuce sebelum akhirnya berkesudahan dengan 20-22 untuk Korsel (Pada pertandingan normal, set 5 berakhir di angka 15). Â
Di laga tersebut Im Donghyeok yang berposisi opposite berhasil menyamai rekor angka yang dicetak Heo Subong, yakni 33 angka dalam satu pertandingan. Sementara Lim Sungjin menyumbangkan 15 angka, urutan kedua dalam daftar top skor Korsel di pertandingan yang sama.
Penampilan impresif yang ditunjukan 3 pilar muda Korsel itu tentunya jadi lampu hijau yang baik dalam proses regenerasi yang saat ini nampaknya juga sedang dilakukan skuad Korsel.
***
Jika Korea Selatan yang keluar sebagai tim peringkat tiga VCC 2022, di kategori putri raihan serupa juga ditorehkan oleh tim putri Puerto Riko.
Pada partai yang digelar Minggu, 31/7/2022 pukul 23.00 WIB, Puerto Riko butuh waktu panjang bahkan hingga 2 jam 5 menit untuk menutup perjalanan mereka dengan mengalahkan Kolombia 3-1 (27-25, 23-25, 25-23, 25-18).
Usai VCC 2022 ini, baik Kolombia dan Puerto Riko juga akan ikut serta dalam Women's World Championship yang rencanannya bergulir mulai 23 September -- 15 Oktober 2022 di Belanda dan Polandia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H