“Lagipula apa?”
Dirga terdiam saat kini kedua mata itu menatap lurus kearahnya. “Lagipula, satu-satunya gadis yang ingin kuajak kencan sudah ada disini, jadi untuk apa membuat janji dengan gadis lain.”
Ada senyum yang perlahan terurai dari bibir mungil gadis itu. Senyum termanis dan tercantik yang selalu membuat Dirga tidak ingin beranjak. Senyum yang kini menular dan membuat kedua sisi bibir Dirga juga ikut tertarik untuk membalasnya.
“Eh, gerimis..” ujar gadis itu saat merasakan sebuah bulir air jatuh di punggung tangannya. Keduanya menatap ke atas secara bersamaan, pada langit yang perlahan makin banyak menurunkan bulir-bulir air.
“Ayo pulang.” Dirga menarik tangan gadis itu untuk bangkit dan bergegas.
“Tunggu sebentar.”
“Kau bisa sakit.” paksa Dirga kembali menarik pergelangan gadis itu.
“Gerimis ini tidak akan menjadi hujan lebat, percayalah hanya sebentar, hmm.” Gadis itu mengangguk dan tersenyum tipis, berusaha menyakinkan Dirga atas apa yang baru saja dikataannya. Dirga menyerah, dia membuka jaket berhoodie yang dia kenakan dan memakaikannya ke bahu Raisa. Mata Raisa mengerjap beberapa kali saat kini tangannya sudah berada dalam gengaman Dirga, berusaha menjalarkan kehangatan dari dinginya angin yang ikut datang bersama gerimis .
***
“Dirga... Dirga Rajasa.”
Dirga menoleh, menghadap pada pemilik suara yang seakan tidak pernah puas memanggilnya.