Mohon tunggu...
Muhammad Zainuddin Badollahi
Muhammad Zainuddin Badollahi Mohon Tunggu... Administrasi - Antropolog

Ethnograpy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Marucinna dan Maruddani: Cerita Melegenda di Desa Wisata Kadingeh

23 Mei 2021   16:52 Diperbarui: 23 Mei 2021   16:57 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada zaman itu terdapat 2 orang bersaudara yang amat saling menyayangi namun sayang mereka sudah yatim piatu. Fisik mereka sangat berbeda Maruddani yang sebagai kakak memiliki kulit sawo matang dan berparas tidak cantik berambut keriting, sedangkan Maruccina berkulit kuning langsat berparas sangat cantik berambut agak lurus bergelombang.

Kecantikan Maruccina telah tersebar kemana-mana hingga akhirnya ke kerajaan. Kemudian datang sang Raja menjemput paksa Maruccina dan bermaksud memisahkannya dengan Maruddani dan sangat-sangat memilukan saat itulah karena Raja tidak mengisinkan Mmaruddani mengizinkan Maruddani iku. Sehingga, Maruddani dan Maruccina sama-sama memberontak dan menangis sejadi-jadinya. Namun sang Adikuasa tidak memperdulikan penolakan Maruccina dan Maruddani, sang Raja justru secepatnya menyuruh para pengawalnya untuk mengangkat Maruccina ke kereta kencana tempat Sang Raja dan rombongan Raja pun meninggalkan Maruddani yang sedang merintih dan menangis.

Lanjut daripada itu, dalam keadaan tak karuan dan menangis Maruddani ikut mengikuti jejak telapak kuda rombongan Sang Raja yang sudah semakin menjauh. Dalam perjalanan Maruddani menahan lapar dan hausnya dan tidak berbekal apa-apa kecuali selembar baju Maruccina yang senantiasa dipeluk dan diciumnya.

Setelah satu minggu di perjalanannya Maruddani sampai pada sebuah istana yang megah, dan jejak kaki kuda yang Maruddani ikuti juga berhenti sampai disitu, hati Maruddani sangat legah dan senang dalam hatinya dia akan bersama Adiknya Maruccina dan hidup bersama-sama lagi.

Kemudian ia pun mendekati pintu gedung itu namun tiba-tiba datang sebuah pengawal dan menghentikan langkahnya. Maruddani berhenti dan meminta tolong pada pengawal itu agar di izinkan masuk.

Seperti inilah percakapannya:

Maruddani : Tolong izinkan saya masuk

Pengawal   : Tidak, lebih baik kamu pulang

Maruddani : Tapi aku mau bertemu Maruccina adikku

Pengawal   : Maruccani tidak ada disini

Maruddani : Bohong,aku yakin dia ada disini

Pengawal   : Kalau kamu ngotot tidak mau pulang, sebentar saya masuk dulu

Seketika hati Maruddani sangat senang dia akan bertemu dengan adiknya Maruccina. Namun apa yang terjadi sangat diluar dugaan. Jadi tidak lama kemudian keluarlah seorang pengawal dengan membawa macam-macam perabot rumah tangga seraya berkata dengan nada yang agak keras (seperti dibawah ini):

Pengawal   : Hai,! Apa kau benar-benar ingin bertemu Maruccina?

Maruddani : Iya

Pengawal : Kau ingin melihat apanya, kepalanya, tangannya atau rambutnya! (kemudian sang pengawal menyodorkan panci ke Maruddani lalu berkata) ini kepala Maruccina, (terus pengawal itu mengambil lagi spatula dengan ucapan) atau kau mau melihat tangannya, ini tangannya.   

Maruddani : (Hanya geleng-geleng kepala sambil menangis)

Pengawal  : Ooh atau kau mau melihat wajahnya? (kemudian sang pengawal pun mengambil piring dan berkata) ini mukanya Maruccina, (terus mengambil sapu ijuk dengan berkata) ooh hampir lupa kau pasti ingin melihat rambutnya, ini rambutnya. Jadi sekarang pulanglah karena kau sudah bertemu Maruccina.

Maruddani : Tidak, pokoknya aku harus masuk. (kemudian Maruddani masuk seraya memanggil "Maruccina, Maruccina, Maruccina, kau dimana dek! Ini aku Maruddani kakakmu, aku rindu, akau haus, aku lapar, keluar temui kakak sebentaran saja.)

Sementara itu Maruccina yang berada didalam kamar terkunci hanya menangis sejadi-jadinya mendengar suara Maruddani. Kemudian para pengawal menarik tangan Maruddani dan memaksanya keluar sehingga Maruddani terhempas keluar dan terjatuh. Kemudian dengan segenap kekuatan Maruddani bangun dan melangkah tertatih-tatih, mencari-cari semoga saja ada sesuatu yang bisa dimakan entah seperti apa bentuk istana itu namun Maruddani menemukan tempat dimana diatasnya merupakan ruang makan. Hati Maruddani pun sedikit legah semoga saja ada sesuatu yang jatuh yang bisa dimakan, dan ternyata benar ada butiran-butiran nasi yang jatuh pada saat orang selesai makan. Hati Maruddani sangat senang dia langsung mengambilnya namun lagi-lagi Maruddani gagal, semakin diambil butiran nasi itu semakin kebawah dan melengket dengan kotoran debu, tanah, sampah, pasirdan lain-lainnya.

Lanjut daripada itu Maruddani tidak habis akal, ia mencari-cari siapa tahu ada sesuatu yang bisa digunakannya,  dan alhasil Maruddani menemukan sebuah jarum. Nah, dengan jarum inilah akhirnya Maruddani bisa makan, dia tusuk butiran nasi itu dengan jarum satu demi satu. Walaupun tidak kenyang namun setidaknya bisa untuk bertahan hidup.

Setelah beberapa hari sang Raja merasa terusik dan terganggu dengan kehadiran Maruddani yang terus-menerus menanyakan Maruccina dan ingin bertemu, akhirnya sang Raja memutuskan untuk pindah dan dia pun membangun istana ditempat yang jauh.

Maka dalam beberapa hari saja berdirilah istana raja yang baru berjarak 7 gunung 7 lembah dari istana yang lama. Kemudian berangkatlah sang Raja dan rombongannya.mengetahui Raja pergi membawa Maruccina, Maruddani bergegas keluar dan berlari sambil berteriak-teriak " Maruccina, Maruccina, Maruccina jangan pergi, jangan tinggalkan kakak dek, kakak tidak punya siapa-siapa. Kakak hanya punya kamu Maruccina " kemudian Maruddani tidak berbuat apa-apa mereka hanya bisa menangis dan menangis.

Sementara itu sang Raja yang melihat Maruddani ikut, segera menyuruh orang-orangnya untuk membuang koin-koin emas dan ditabur disepanjang perjalanannya Maruddani yang melihat banyak koin emas yang bertaburan berhenti dan memungut satu-satu koin itu tapi tidak lama kemudian Maruddani menyadari kalau dia sudah jauh ditinggal rombongan Maruccina. Menyadari itu, Maruddani pun bangkit dan berlari lagi dan begitulah seterusnya sampai akhisrnya Maruddani lelah, capek kemudian dia pun tertunduk, letih, pasrah dan putus asa hingga akhirnya Maruddani memutuskan untuk pulang kerumahnya mencoba hidup tanpa Maruccina. Diperjalanan pulang Maruddani tidak kuat lagi membawa koin-koin emas itu karena berat.

Disisi lain sampailah rombongan Raja dan Maruccina di istana yang baru. Ddisana Maruccina masih dijaga dengan ketat, Maruccina sudah dijadikan permaisyuri namun hati Maruccina tidak pernah tenang. Maruccina terus memikirkan Maruddani, ia terus berpikir bagaimana caranya agar bisa lari dari istana.

Hingga pada suatu malam Maruccina mencoba memulai rencananya untuk mengelabui sang Raja yang pada zaman itu sang Raja dipanggil Dato' (Datue). Dengan perlahan Maruccina berkata "wahai junjungan saya baginda Dato' sepertinya dinda hamil ". Mendengar ratunya hamil, sang baginda kaget dan bahagia tiada tara. Lalu Maruccina berkata lagi " tapi Dato' junjungan hamba, hamba ngidam, hamba sangat menginginkannya tapi hamba tidak berani mengutarakannya ". Raja pun langsung bertanya " jangan sungkan katakan saja padaku dinda ngidam apa pasti akan saya usahakan ". Lalu dengan nada memelas Maruccina menyampaikan maksudnya " Maruccina menyampaikan kalau dia ngidam daging rusa ". Mendengar istrinya ngidam daging rusa, sang Raja pun langsung memerintahkan orang-orangnya pergi berburu ke hutan namun di cegah oleh Maruccina. Maruccina hanya ingin daging rusa hasil buruan sang Raja sendiri bukan dari orang lain.

Dengan demikian sang Raja pun memutuskan untuk pergi berburu ke hutan bersam dengan pengawalnya. Setelah rombongan Raja pergi, Maruccina segera keluar dan mencari cara untuk untuk lari. Mmaruccina berhasil pergi meninggalkan istana, dia pun pulang dan dalam pikirannya hanya ada Maruddani yang kini entah bagaimana nasibnya.

Setelah berhari-hari diperjalanan Maruccina akhirnya sampai dirumahnya, Maruccina memanggil-manggil Maruddani namun dimana-mana tidak ada jawaban. Maruccina berlari ke sumur namun tidak ada juga, Maruccina akhirnya pulang dan naik lagi ke rumahnya yang sudah kotor dan berdebu. Maruccina menangis lagi dan memeriksa semua benda-benda yang ada dirumahnya kemudian Maruccina menemukan koin-koin disudut rumahnya dan tiba-tiba Maruccina dikagetkan dengan menemukan satu ulat yang diyakini kalau itu pasti ulatnya Maruddani. Sejenak Maruccina terdiam lalu mengambil ulat itu dan mengelus ulat itu dan berkata dalam hatinya " kakaku Maruddani apa yang terjadi padamu kak, ini aku Maruccina, aku datang untuk kakak " hati Maruccina sangat sedih seolah tidak semangat lagi untuk hidup.

Kemudian Maruccina membungkus ulat itu dengan kapas lalu diletakkan dibawah lengannya kemudian Maruccina membaringkan tubuhnya ditumpukan kain tempatnya menemukan ulat itu. Ditempat tersebut Maruccina tidur siang hingga malam tanpa makan dan minum, Maruccina tidak peduli dengan keadaanya dan yang ada dipikarannya hanya satu yaitu berharap semoga Maruddani hidup kembali. Siang dan malam silih berganti Maruccina terus berdoa semoga ulat Maruddani berubah menjadi manusia sutuhnya.

Hingga pada suatu malam terjadi keajaiban yang ternyata malam itu malam ke 100 nya Maruccina tidur dengan ulat Maruddani, dan pada saat terbangun Maruccina tiba-tiba menemukan sosok Maruddani tidur pulas didekatnya sedangkan ulatnya pun menghilang. Sontak Maruccina bangkit dan membangunkan Maruddani. Maruddani pun terbangun dan kemudian pecahlah tawa dan tangis bahagia mereka.

Sementara itu, di istana lagi sibuk, sang Dato' memerintahkan orang-orangnya mencari Maruccina sampai dapat, dan membuat sang Raja selalu murung dan marah.

Pada suatu sore, Maruccina dan Maruddani dikagetkan oleh suara kuda yang semakin mendekat, dan ternyata memang benar dugaan Maruccina dan Maruddani kalau orang-orang istana yang datang dan menjemput Maruccina lagi. Namun demikian,  Maruccina menolak dan mengirim pesan pada sang Raja bahwa apapun yang terjadi dia tidak ingin pergi meninggalkan Maruddani kecuali kalau Maruddani juga ikut bersama dan diperlakukan selayaknya.

Kemudian kembalilah rombongan sang Raja dengan membawa pesan yang dibuat oleh Maruccina kepada sang Raja. Mendengar pesan itu, Raja pun terdiam sejenak lalu kemudian dia menyuruh orang-orangnya untuk menyiapkan 2 kereta kencana. Kemudian sang Raja dan rombongannya pergi kerumah Maruccina dan Maruddani untuk menjemput keduanya. Meskipun pergi dan tinggal lagi di istana, tapi Maruddani sudah tidak tersiksa lagi.

Maruccina dan Maruddani kembali bahagia selalu bersama dan tak akan terpisahkan. Maruccina dan Maruddani berjanji dan berpesan untuk tidak dipisahkan bahkan kuburannya sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun