Pengawal  : Kalau kamu ngotot tidak mau pulang, sebentar saya masuk dulu
Seketika hati Maruddani sangat senang dia akan bertemu dengan adiknya Maruccina. Namun apa yang terjadi sangat diluar dugaan. Jadi tidak lama kemudian keluarlah seorang pengawal dengan membawa macam-macam perabot rumah tangga seraya berkata dengan nada yang agak keras (seperti dibawah ini):
Pengawal  : Hai,! Apa kau benar-benar ingin bertemu Maruccina?
Maruddani : Iya
Pengawal :Â Kau ingin melihat apanya, kepalanya, tangannya atau rambutnya! (kemudian sang pengawal menyodorkan panci ke Maruddani lalu berkata) ini kepala Maruccina, (terus pengawal itu mengambil lagi spatula dengan ucapan) atau kau mau melihat tangannya, ini tangannya. Â Â
Maruddani : (Hanya geleng-geleng kepala sambil menangis)
Pengawal  : Ooh atau kau mau melihat wajahnya? (kemudian sang pengawal pun mengambil piring dan berkata) ini mukanya Maruccina, (terus mengambil sapu ijuk dengan berkata) ooh hampir lupa kau pasti ingin melihat rambutnya, ini rambutnya. Jadi sekarang pulanglah karena kau sudah bertemu Maruccina.
Maruddani : Tidak, pokoknya aku harus masuk. (kemudian Maruddani masuk seraya memanggil "Maruccina, Maruccina, Maruccina, kau dimana dek! Ini aku Maruddani kakakmu, aku rindu, akau haus, aku lapar, keluar temui kakak sebentaran saja.)
Sementara itu Maruccina yang berada didalam kamar terkunci hanya menangis sejadi-jadinya mendengar suara Maruddani. Kemudian para pengawal menarik tangan Maruddani dan memaksanya keluar sehingga Maruddani terhempas keluar dan terjatuh. Kemudian dengan segenap kekuatan Maruddani bangun dan melangkah tertatih-tatih, mencari-cari semoga saja ada sesuatu yang bisa dimakan entah seperti apa bentuk istana itu namun Maruddani menemukan tempat dimana diatasnya merupakan ruang makan. Hati Maruddani pun sedikit legah semoga saja ada sesuatu yang jatuh yang bisa dimakan, dan ternyata benar ada butiran-butiran nasi yang jatuh pada saat orang selesai makan. Hati Maruddani sangat senang dia langsung mengambilnya namun lagi-lagi Maruddani gagal, semakin diambil butiran nasi itu semakin kebawah dan melengket dengan kotoran debu, tanah, sampah, pasirdan lain-lainnya.
Lanjut daripada itu Maruddani tidak habis akal, ia mencari-cari siapa tahu ada sesuatu yang bisa digunakannya, Â dan alhasil Maruddani menemukan sebuah jarum. Nah, dengan jarum inilah akhirnya Maruddani bisa makan, dia tusuk butiran nasi itu dengan jarum satu demi satu. Walaupun tidak kenyang namun setidaknya bisa untuk bertahan hidup.
Setelah beberapa hari sang Raja merasa terusik dan terganggu dengan kehadiran Maruddani yang terus-menerus menanyakan Maruccina dan ingin bertemu, akhirnya sang Raja memutuskan untuk pindah dan dia pun membangun istana ditempat yang jauh.