"Kamu yang nggak sabar."
"Mana aku tahu kamu akan hadir di hidupku."
"Ya, karena kamu nggak sabar. Kamu terburu-buru membuat keputusan."
"Seandainya aku tahu kamu akan hadir di hisupku. Aku pasti akan bersabar."
"Pada kenyataannya kamu memang tidak sabar."
Pada akhirnya kita tak bisa mengelak, menikmati setiap riak dan tangis menjadi keterikatan yang tak terkatakan. Tiada lain hanya kamu. Kamu menjadi tawaku, kenyangku, dan penawar hausku. Kau menjadi segala yang kubutuhkan. Penghargaan, ketulusan dan kejujuran menjadikanku utuh. Kusandingkan segenap expertiseku untuk mengiringi langkahmu. Menjadi semangatmu, menjadi tempatmu berpaling ketika resah mencuri waktumu. Namun, mengudara di sekitarmu, memiliki setengah waktumu seperti pencuri, was-was dan berkabut takut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H