Mohon tunggu...
Rr.Isyamirahim
Rr.Isyamirahim Mohon Tunggu... Penulis - Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Aku, Rein, dan Wanita Itu (1)

15 Juni 2024   07:35 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Noelle Otto/pexel.com

                                                                                                           1 : Awal mula aku menyukaimu.

Aku tersenyum sumringah melihat kotak kecil berbalut kertas kado di atas ranjang, kamarku.

" Wah, apa itu ? " tanyaku membatin sambil berlari kecil, kemudian menjatuhkan diriku di atas ranjang, sambil memutar-mutar kotak itu, berharap menemukan kertas kecil berisi petunjuk. Tetapi, ternyata tidak tertulis apa-apa. Memang hanya sebuah kotak dengan kertas kado bermotif bunga.

" Sayang, lagi apa ? " tiba-tiba suara mama terdengar dari balik pintu kamarku. Aku mengangkat wajahku, senyumanku masih bertengger dibibir tipisku, seraya mengangkat tanganku perlahan, memamerkan benda kecil itu kearah mama. Mamaku tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

" Kok bisa suka ? Kan belum tahu isinya apa .... "

" Terimakasih mama ! Mama memang mama yang terbaik di dunia ini .... " aku melompat ke arahnya, memeluknya erat-erat, seketika aroma melati menusuk hidungku. Tapi aku tidak merasa risih, selama aroma itu berkaitan dengan mama, aku menyukainya.

" Sama-sama sayang .... yasudah, kamu buka dulu kadonya. Mama mau ke dapur ya, nyiapin makan siang " ucap mama sambil mengacak-acak rambutku. Aku mengangguk-angguk, kembali ke ranjangku, lalu dengan cepat merobek kertas kado itu, mataku berbinar ketika mengetahui apa isi kotak tersebut. Kotak music berbentuk snowball, di dalam snowball itu ada seekor unicorn yang sedang berdiri di samping pohon sakura. Kuputar lagu yang ada di snowball kotak musik itu, suaranya sangat merdu sekali, selain itu, tiba-tiba pohon sakura di dalam snowball itu mengeluarkan bola air salju yang berputar mengelilingi pohon sakura dan unicorn tersebut. Cantik sekali !!! Ya ampun, aku sangat suka sekali !! Aku berteriak kegirangan, buru-buru keluar dari kamarku, ingin mengucapkan terimakasih lagi kepada mamaku, dan juga kepada papaku --- setiap hari ulang tahun papaku, mama selalu memberikan kado untukku. Awalnya aku bingung, kenapa aku yang mendapat kado, padahal yang ulang tahun papa. Tapi, lama kelamaan, aku tidak mempersoalkan masalah itu, aku takut mama berubah pikiran, dan tidak memberiku kado lagi, jadi lebih baik aku diam saja kan ? Supaya mama tetap memberiku kado, di hari ulang tahun papa.

" Mama .......... terimakasih kadonya ya !!! Luna SUKAAA BANGET !!!!!!!!! " pekiku kegirangan ketika sudah berada di dapur. Namun tiba-tiba langkahku terhenti, aku terkesiap melihat mama menatap papa dengan pandangan berbeda. Dari ekspresinya, mama terlihat tidak senang. Ekspresi yang baru aku lihat hari ini. Sementara papa, papa hanya menunduk. Ia tidak berkata apa-apa, namun dari ekspresinya, papa terlihat sedih. Entah apa yang membuat papa sedih. Apakah papa akhirnya menyadari, bahwa seharusnya yang mendapat kado adalah papa, karena ini kan hari ulang tahunnya. Apakah papa marah kepadaku, karena setiap papa ulang tahun, malah aku yang mendapat kado ? Tapi tunggu dulu, itu bukan ekspresi marah, itu ekspresi sedih. Jadi, papa sedih ya , karena tidak dibelikan kado ?

Baiklah, supaya papa tidak sedih, dan mama tidak menunjukan ekspresi yang tidak ku mengerti itu, aku melangkahkan kaki ku menuju ke arah mereka, masih mengenggam snowball music boxnya, hendak memberikannya kepada papa. Tiba-tiba langkahku terhenti. Aku tercengang, melihat mama tiba-tiba mengguyur tubuh papa dengan air yang ada di botol. Aroma air dalam botol itu tidak mengenakan, baunya sangat menyengat. Pantas saja papa sedih, ternyata selain papa tidak mendapat kado, papa malah disiram air yang bau --- sama mama. Haduh, gimana sih mama ? Kan tadi pagi papa sudah mandi, kok malah disiram sama air bau ?.

" Mbak, istighfar ! " tiba-tiba om Tian keluar dari pintu kamar mandi, buru-buru mencegah mamaku. Ekspresi mama masih sama, bahkan sekarang perubahan ekspresinya begitu terlihat jelas. Ternyata mama marah. Aku masih bingung, papa yang disiram, kenapa mama yang marah ?. Apakah mama marah, karena papa sedih tidak dapat kado dari mama, di hari ulang tahunnya ?.

" Mbak, sudah ! Istighfar ! Ada Luna .... " ucap om Tian --- adik mamaku, dengan suara lembut. Seperti baru sadar dengan keberadaanku, mama buru-buru menatap langit-langit dapur. Menyeka kedua matanya dengan tangannya. Aku masih bingung dengan situasi ini. Ada apa sih ?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun