" Entah .... " aku berbohong. Tidak mungkin kan, aku berkata bahwa ini sudah ke yang beberapa kalinya aku bertemu dengannya. Mungkin dia tidak sadar, karena kami bertemu pun dari jarak yang tidak terlalu dekat, samar-samar, tapi entah kenapa aku bisa sangat yakin, bahwa memang dia lah orangnya.
" Aku rasa, kamu sedang berbohong .... "
" T-tidak .... ti-tidak ... " timpalku dengan cepat.
" Jangan berbohong ... " ia kembali menyeringai.
" Sudahlah, pikirkan saja caranya bagaimana kita keluar dari sini ! " sahutku sambil bersungut.
" Katakan kepadaku .... apa kamu menyukaiku ? " pertanyaanya membuat jantungku terasa berhenti berdetak lagi. Dia .... dia .... gila ya ?. Kenapa sesantai itu bertanya kepadaku, seperti kami sudah saling kenal lama. Seperti dia bisa membaca pikiranku, dan sepertinya dia sudah terbiasa bertanya seperti itu, kepada tiap gadis yang akan ia patahkan hatinya.
" Hah ? "
" Gak mau jawab ? Malu ? Takut ditolak ? " ia menyeringai lagi. Pipiku mulai memanas, aku membuang muka. Dia memang sudah gila.
" Aku rasa dugaanku benar .... kamu memang menyukaiku, dan sepertinya sudah lama ya, kamu menyimpan perasaan kepadaku ... "
" Kamu gila ya ? Bagaimana mungkin memberikan pertanyaan aneh seperti itu, kepada orang yang baru saja kamu kenal ? Dan lagi, kita tidak tahu kita ada dimana, kita juga tidak tahu bagaimana cara kita keluar dari sini ! Tidak ada jalan keluar, bagaimana caranya keluar dari sini ! " aku nyaris berteriak, dia tidak bisa mendengar ritme jantungku saat ini kan ?. Ya Tuhan, kenapa udara di sini benar-benar panas ?.
Dia beranjak dari tempatnya, kemudian berjalan perlahan menghampiriku.