Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisakah Sukabumi Dijadikan Tempat Slow Living?

26 Desember 2024   17:40 Diperbarui: 26 Desember 2024   17:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi secara demografi memang di dominasi sama anak-anak usia balita-sekolah, sedikit muda-mudi, usia produktif pun hanya ada sekian persen dan sisanya menjelang lansia. Lapangan pekerjaan di sana memang masih agak jarang. Sektor pertanian yang luas pun terbatas, secara mayoritas setiap keluarga memiliki sawah, kebun dan peternakan buat keseharian. Sayuran, lauk-pauk bisa diambil dari area lahan masing-masing. Uang cash tidak beredar secara berlebihan seperti di perkotaan, musim panen jadi momen mereka punya banyak uang cash atau kiriman dari anak-anak yang kerja di kota pun bisa membuat para orangtua pegang uang cash. 

Bukan berarti mereka kekurangan dan miskin ya. Memang kebanyakan uang mereka simpan di bank, atau pegang secukupnya saja. Lebih fokus ke kebutuhan harian dan mereka tetap membeli makanan di warung atau pedagang yang keliling. Hanya tidak se-royal orang-orang perkotaan yang sehari bisa ngopi di cafe berkali-kali atau jajan makanan fancy (walaupun ini tidak berlaku pada semua orang perkotaan) Pastinya balik lagi sama gaya hidup setiap orang. 

Warga desa Cipeuteuy pun sudah memiliki elektronik memadai, bahkan kendaraan seperti motor dan mobil mereka miliki. Mobil kebanyakan untuk mengangkut hasil panen yang kemudian di jual ke pasar atau ke perkotaan. Budaya jalan kaki kalau bepergian jarak dekat masih lumah juga.

Sekitar tahun 2021 sampai 2023 awal, Mama dan bapak memang tinggal di Sukabumi. Mereka menjalani kehidupan slow living. Saya dan kedua adik sesekali menginap sambil membesuk mereka berdua. Di halaman rumah, ada banyak sekali tanaman untuk di olah sehari-hari, sawah tertanam padi dan area kebun tertanam kacang tanah serta beberapa pepohonan berukuran besar. 

Bangun tidur sebelum adzan subuh, menyalakan tungku sambil merebus air putih untuk menyeduh susu/teh. Sholat subuh, memetik sayuran, memotong sayuran dan mengeluarkan lauk yang sudah di marinasi dari kulkas. Memberi makan ayam peliharaan, membuka jendela dan pagi pun tiba. Rasanya sangat santai, namun tetap produktif. Sekitar pukul 07.00 pagi mama dan bapak lanjut berkebun hingga pukul 11.30 WIB setelah itu membersihkan badan untuk sholat dzuhur. Lanjut mengurusi kolam ikan, ayam dan mengangkat jemuran. Setelah ashar pergi mengaji ke majelis taklim dan bersosialisasi sama warga desa. 

Tau-tau senja tiba, makan bersama sebelum maghrib dan lanjut menjalankan ibadah. Usai isya, nonton sebentar lalu bersiap untuk tidur. Sungguh hidup yang seimbang, penuh ketenangan dan tidak lelah di perjalanan. Mungkin bagi sebagian orang rutinitas seperti ini akan terasa membosankan. Waktu berjalan lebih lambat, namun bagiku yang sudah cukup penat sama kecepatan di kota rasanya seperti angin surga. Beneran refresh sejenak.

Untuk kebutuhan harian tidak ada kesulitan, namun jika musim kemarau tiba. Air bersih memang agak sulit diperoleh, syukurnya saat ini sudah masuk PAM ke area tempat mama besar. Kebetulan kami ada rumah juga di sana, kebun dan sawah. Jadi semisal memasuki usia 45 tahunan atau sekitar 14 tahun kedepan, saya akan berpindah tempat tinggal di sana. Untuk saat ini saya harus bersabar sambil memperbanyak bekal. Tentunya saat tinggal di sana saya akan membuka usaha juga supaya tetap produktif serta menghasilkan. Rencana nya ingin sambil terus nulis blog, artikel, ngonten dan mengelola usaha serta perkebunan dari lahan yang sudah ada atau semoga nambah luas ya kebunnya.

Persiapan Untuk Menerapkan Gaya Hidup Slow Living 

Nah, supaya tidak jet-lag atau kaget untuk memulai kehidupan slow living ada baiknya sobat mulai : 

Memulai Hari dengan Lebih Tenang & Tidak Teburu-buru

Dari sekarang, coba biasakan untuk bangun tepat waktu dan hindari buru-buru dalam memulai hari. Tenangkan diri, mulai dari hal-hal mendasar secara bertahap sambil tidak melupakan sarapan. Jika pagi hari dijalani dengan penuh ketenangan dan ras syukur, jika memungkinkan coba olahraga sekitar 10 menit sebelum bersiap berangkat ngantor atau memulai pekerjaan. Hal-hal tersebut akan menimbulkan rasa bahagia serta semangat nyata. Pastinya bakalan bikin makin produktif dan sehat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun