Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Trik Jitu Supaya Bebas Baper

23 Januari 2024   23:32 Diperbarui: 23 Januari 2024   23:50 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gitu aja baper" Kalimat tersebut nggak asing bahkan sering kita dengarkan, baik sebagai candaan atau memang ingin mengingatkan. 

Baper, merupakan singkatan dari bawa perasaan. Seseorang yang cenderung sensitif dan mudah merasa terbawa perasaan. 

Di akhir tahun lalu, saya dan seluruh rekan kerja diminta untuk saling menuliskan 1 kata yang menggambarkan diri masing-masing rekan dari sisi positif dan negatif. Jadi setiap orang mendapatkan 2 kerta dari satu orang, yang satu opini positif dan yang satu opini negatif. 

Saat menuliskan opini positif tentang seseorang, rasanya mudah banget. Tapi pas harus menuliskan opini negatif tentang seseorang rasanya agak mengerikan, karena jujur merasa tidak pantas untuk memberikan komentar kurang baik kepada orang lain. 

Sebisa mungkin, saya berkomentar terkait kinerja atau cara orang tersebut dalam bekerja, bahkan ada beberapa yang saya enggak tau dimana cela nya dia, maka saya tulis "tidak ada". Namun saya cukup kaget, ketika mendapati kertas opini buat saya, sisi negatif " Baperan" Saya sejenak tertegun karena kertas nya 75% berisikan kata tersebut. 

Namun, saya coba netralisir dan flashback apa sih penyebab saya di cap baperan kemudian seberapa parah tingkat baperan saya? Saya meluangkan waktu di sepertiga malam, mengoreksi diri sendiri. Dalam hening kita mampu berpikir lebih jernih dan menangkap segala hal diluar kendali. Penilaian orang lain tidak dapat kita kendalikan. 

Hal-hal yang sifatnya dari luar, tentu tidak bisa kita kendalikan. Namun saat menerima ada baiknya kita menelaah juga. Mana yang merupakan masukan positif dan mana yang merupakan masukan negatif dan sebetulnya sangat tidak sesuai dengan fakta. 

Bahkan, saya pun suka memastikan segalanya berdasrkan fakta, maka beberapa kali mengikuti test hasilnya saya bukan tipe Plegmatis. Secara pola pikir pun rasanya jarang bawa perasaan. Kecuali rasa saya terhadap seni memang lumayan, jujur suka banget sama yang namanya visit ke museum, menyaksikan pertunjukan seni, terutama kisah pewayangan. Suka puisi, pantun dan ragam cerita di novel. 

Dalam beberapa case memang sangat sensitif, apalagi jika ada keluarga sakit atau keluarga meninggal. Saya pasti akan fokus ke perasaan tentang situasi dan kondisi tersebut, larut hanyut merasakan pedih. Jika ada teman kesulitan pun saya mudah menangis, merasa lebih empati. Mungkin terlihat cengeng juga ya, mudah menitikan air mata. 

Apa sih penyebabnya dan apakah saya berusaha merubahnya? Tentu saja. Jaman SD sampai kuliah, saya tidak terlalu mudah bergaul dengan sesama perempuan, kaya jarang ada yang klop. Hasilnya lebih suka gabung sama temen laki-laki. Semester 6 saya mulai merubah pola pikir dan mencoba lebih memahami para perempuan, berteman dengan cukup baik dengan beberapa mahasiswi bahkan rekan kerja, karena saya bekerja sambil kuliah. 

Perlahan, saya bisa lebih berbaur dan tidak sekaku dulu. Dulu saya milih teman humoris karena saya ga ada humoris-humorisnya, saya pilih banyakin teman laki-laki karena mereka pola pikirnya simpel dan enggak banyak pertikaian. Dulu saya mikir dan mau nya yang sederhana saja, terpenting tetap solid. 

Hingga satu titik teman dekat marah dan berkata kalau saya adalah sosok yang baperan. Padahal ia salah satu teman dekat saya banget. Dari situ saya mulai berbenah, berkaca diri dan sempat datang ke ahli juga buat memastikan apa betul pengamatan sekitar. 

Hasilnya hanya sekian persen betul, bahwa saya memang punya tingkat sensitifitas yang agak lumayan, namun ini berkaitan dengan empati dan kepedulian saya terhadap orang lain dan sekitar. Syukurlah, sejak saat itu saya coba lebih mengenali diri sendiri secara keseluruhan. Terutama terkait kekurang dan kelebihan. Kemudian rasa memiliki atau kemelekatan dengan sesuatu seperti posisi, jabatan, kelas sosial. Terutama ketika harus membawahi beberapa mahasiswa dan mahasiswi magang di kantor terdahulh, mereka Gen Z dan saya harus beradaptasi, alhamdulillah selaku milenial saya mudah berbaur dengan mereka, bahkan sampai saat ini masih suka kontakan, mereka menganggap saya teman. Alhamdulillah, ada juga nilai positif dari sebuah upaya adaptasi dan pendekatan yang tepat. 

Ilmu yang saya berikan bermanfaat dan mereka merasa nyaman berdiskusi, adalah sebuah anugerah. 

Berikut kiat-kiat jitu menghalau Kemelekatan :

1. Hidup sederhana 

2. Kurangi sifat perfeksionis, terhadap sekitar

3. Tidak perlu berekspektasi

4. Jadi diri sendiri yang jujur & apa adanya

5. Beradaptasi sesuai situasi dan kondisi

6. Memahami kekurangan dan kelebihan diri

7. Menghargai sesama, tanpa memandang posisi atau rupa. 

8. Memahami kalau hidup di dunia sementara & yang di punya hanyalah titipan.

Poin ke-8 amat penting ya, seringnya kita lupa dan merasa sangat atau paling memiliki terhadap sesuatu, sehingga saat hilang atau pergi sesuatu nya maka kita jatuh terpuruk, sedih dan kecewa. 

2023, saya belajar poin ke-8. Rasa memiliki berlebihan membuat saya tersungkur ketika kehilangan. Poin 8 adalah sebuah tantangan yang bisa dibilang tidak mudah tapi tidak susah juga, kalau ada rasa kesadaran. 

Tips supaya tidak mudah bawa perasaan atau baper :

1. Tidak perlu menduga-duga

2. Hindari menebak pemikiran ataupun penilaian orang lain terhadap kita

3. Jika mendapatkan serangan, jangan langsung ambil hati. Coba buat tarik nafas dan tenang.

4. Pandai memilah-memilih apa yang pantas dipikirkan

5. Konsentrasi pada tujuan

6. Sempatkan menikmati komedi, supaya hidup tidak kaku dan lebih fun

7. Jika ada waktu luang, gunakan untuk belajar ataupun upgrade skill. 

8. Sering-sering olahraga yoga, buat ngatur tingkat ketenangan jiwa serta raga. 

9. Tidak ambil hati atau menganggap serius omongan orang-orang

10. Berhenti mengendalikan hal-hal di luar kendali kita selaku manusia. 

11. Perbanyak berpikir positif.

Semoga bisa di terapkan secara perlahan dan konsisten ya. Kemelekatan merupakan sebuah rasa berlebihan yang sepatutnya kita pangkas secara perlahan namun pasti. Sejatinya kita manusia biasa ada kalanya lupa dan merasa diri paling memiliki, ini awal dari kepahitan yanh nyata. Saat lupa, please jangan lama-lama langsung inget lagi ya. 

Baperan, merupakan kondisi yang lumayan bikin diri sendiri tidak nyaman, berimbas orang lain pun tidak nyaman. Apalagi saat kita tidak mampu mengendalikan perasaan baper tersebut. Impact nya lumayan panjang. 

Yuk, lebih semangat mengenali diri secara utuh. Memperbaiki hal-hal yang kurang serya konsultasi ke ahli jika merasakan hal-hal berlebihan dan terindikasi membahayakan diri sendiri baik secara fisik maupun mental. 

Semoga dari hari ke hari, kita lebih bisa membumi serta menyadari potensi baik dalam diri supaya makin bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun