Perlahan, saya bisa lebih berbaur dan tidak sekaku dulu. Dulu saya milih teman humoris karena saya ga ada humoris-humorisnya, saya pilih banyakin teman laki-laki karena mereka pola pikirnya simpel dan enggak banyak pertikaian. Dulu saya mikir dan mau nya yang sederhana saja, terpenting tetap solid.Â
Hingga satu titik teman dekat marah dan berkata kalau saya adalah sosok yang baperan. Padahal ia salah satu teman dekat saya banget. Dari situ saya mulai berbenah, berkaca diri dan sempat datang ke ahli juga buat memastikan apa betul pengamatan sekitar.Â
Hasilnya hanya sekian persen betul, bahwa saya memang punya tingkat sensitifitas yang agak lumayan, namun ini berkaitan dengan empati dan kepedulian saya terhadap orang lain dan sekitar. Syukurlah, sejak saat itu saya coba lebih mengenali diri sendiri secara keseluruhan. Terutama terkait kekurang dan kelebihan. Kemudian rasa memiliki atau kemelekatan dengan sesuatu seperti posisi, jabatan, kelas sosial. Terutama ketika harus membawahi beberapa mahasiswa dan mahasiswi magang di kantor terdahulh, mereka Gen Z dan saya harus beradaptasi, alhamdulillah selaku milenial saya mudah berbaur dengan mereka, bahkan sampai saat ini masih suka kontakan, mereka menganggap saya teman. Alhamdulillah, ada juga nilai positif dari sebuah upaya adaptasi dan pendekatan yang tepat.Â
Ilmu yang saya berikan bermanfaat dan mereka merasa nyaman berdiskusi, adalah sebuah anugerah.Â
Berikut kiat-kiat jitu menghalau Kemelekatan :
1. Hidup sederhanaÂ
2. Kurangi sifat perfeksionis, terhadap sekitar
3. Tidak perlu berekspektasi
4. Jadi diri sendiri yang jujur & apa adanya
5. Beradaptasi sesuai situasi dan kondisi
6. Memahami kekurangan dan kelebihan diri