Restoran favorit Tengku Houd itu sangat istimewa --- Sang Tengku senang karena arsitektur bangunan dan contour landscape-nya sangat permai --- apalagi di malam hari, sungguh romantis mengintip lampu-lampu Bandung di bawah sana.
“Bang, ketiga macam sarung plekat pesanan abang telah dikirim ke Pengangkut di Luwipanjang pagi tadi”
“Berapa banyak, bisa terkirim semuanya”
“Sudah bang, masing-masing seribu kodi --- seperti contoh yang telah abang tentukan itu. Corak al Jawi kotak-kotak kecil seribu, corak ala Songket seribu kodi dan seribu lagi corak Donggala --- sudah beres boss ! Kapan mampir ke Majalaya ?
“Kaulah kemari --- ke restoran favorit-ku, tahu ‘kan ?
“ Ya, iya boss --- sekarang saya meluncur, menginap di depan to ? Pak, semua jadi rekening kami boss !”
Tengku Houd menutup pembicaraan --- ia ingin menelepon Tetty. (Bersambung dalam
Saptalogi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H