Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sri Ayu Merantau ke Malaysia [Puisi dari Jendela Bis – 06]

1 September 2010   23:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Skenario Bandara Soetta di Indonesia ---Sri Ayuningtyas di tunggu di Bandara Soekarno Hatta – biar ditelan para calo dan para lanun, dia kalau kembali akan ditelan seperti dulu dia bayangkan di kamar-kamar para hamba sahaya --- mengapa begitu kejam dunia ini untuk gadis cilik dari Indonesia --- jadi hamba sahaya di mana saja karena kemiskinan di negeri-nya).

Tamtambuku celeret tanda lima --- Indonesia adalah negeri miskin para hamba sahaya.  Ia tergeletak di dasar ghetto para pete --- para majikan di mana saja.

Tidak pandai kerja dan berkata --- ia akan disetrika dan didera --- kalau dia cantik dan bersih --- bukan diperkosa --- dia bekerja suka sama suka.

(Sri Ayuningtyas anak Indonesia berumur lima belas dan delapan belas (dalam ghetto, A city area populated largely by people of a minority group, usually to financial or social restrictions imposed by the majority group……………..) Baca dan maknailah.

Dia sama saja terhina di sini atau di sana ………..ia terpaksa membuka pahanya !

Sama saja ia harus bersedia kapan saja, membuka pahanya. Itu ijazah asli-nya.

                                                                                                            (MWA)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun