Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sri Ayu Merantau ke Malaysia [Puisi dari Jendela Bis – 06]

1 September 2010   23:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Bagaimana tidak gamang mengelap kaca di tingkat delapan --- Bom terjatuh ia bergelimang darah Ibu Pertiwi ……………..dan menangislah lagi para Ibu-ku)

Mang Baridin bilang gampang --- dia perempuan lima belas tahun

Dia perempuan 18 tahun di katepe  fotokopi

Ia perempuan

Ia tidak perlu tahu tombol mesin cuci, yang penting ia bisa dipaksa membuka pahanya

Sri Ayuningtyas tahu itu --- sejak ia mendapat hadiah bulanan

Dia harus membukakan pahanya di mana saja kalau ia terpaksa, sebagai hamba sahaya, di negeri orang seberang, di perantauan sebagai orang buangan

Mereka golongan miskin penadah raskin

Mereka orang miskin penadah be el te

Mereka harus membuka pahanya kapan saja di mana saja kalau terpaksa

Tamtambuku celeret tanda lima --- kontrak kerja dua tiga tahun di usiamu yang muda --- ia menangis lagi dalam hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun