Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonominet (01) Komentar Ekonomi Indonesia di Internet Akhir 2009 dan Indikasi Saat Ini

16 Mei 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:11 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

m.wislan drs @ Selasa, 17 November 2009 | 15:33 WIB
Perdagangan Internasional---berarti daya saing---berarti masalah dalam negeri ---berarti ekonomi biaya tinggi---berarti infra struktur jelek---berarti birokrasi lagi. Daya saing Dul !

m.wislan drs @ Selasa, 17 November 2009 | 07:05 WIB
Indonesia pun harus cerdas. WTO-G8-G20-APEC itu lapangan trik, alias taktik---hati-hatilah seperti taktik Cina menghadapi AS dan Negara Barat lainnya. Untungnya Cina tidak mau ditekan sejak dulu, tidak mau didikte. Apakah strategi Indonesia sudah dibuat mantap ? Dalam mengatasi krisis finansial/ekonomi global saat ini, Perdagangan Internasional dan Pasar Dalam Negeri harus di kelola dengan optimal. Pertumbuhan, Pengentasan Kemiskinan, dan Lapangan kerja harus dijaga stabil kemajuannya

m.wislan drs @ Rabu, 18 November 2009 | 10:07 WIB
Bagus. Jangan andalkan hot money. Kendalikan tingkat bunga serendah mungkin---kondusifkan Sektor Riil---Jebol Ekonomi Biaya Tinggi---Reformasi organisasi Birokrasi/Metode Kerja---kembangkan InfraStruktur---Tingkatkan Daya Saing---Kendalikan Perdagangan Internasional---Tingkatkan Daya Beli Masyarakat---Pertumbuhan yang riil InsyaAllah. Okay !

m.wislan drs @ Kamis, 19 November 2009 | 07:56 WIB
Bagi Indonesia, perhatikan Rumbia/Sagu, Jagung, sorgum...........itu APA yang bisa dimakan dan bisa dihasilkan sepanjang pantai, di sawah, tanah kering..........dan BAGAIMANA-nya itu kerjaan-nya. Dan kerjakan mulai sekarang, jangan tunggu dunia lapar, Indonesia lapar. Oh !

*Indikasi Krisis Pangan di dunia

m.wislan drs @ Kamis, 19 November 2009 | 08:14 WIB
Pemimpin tingkatkanlah syaraf peka-mu. Indonesia mempunyai momen untuk terus leading dalam "bersurfing" dalam krisis global kini. Tetapi kalau lambat, ditunda-tunda jadi tidak efektif, Deng Xiaopeng berani mengatakan pada Mao Zedong "apa saja warna seekor kucing bukan soal, asal ia bisa menangkap tikus". Mantap !

m.wislan drs @ Senin, 23 November 2009 | 09:00 WIB
He-baca itu berita dari Cina dan dari Obama. Apa kubilang buatlah taktik yang jitu, jangan betengkar saja. di Cina Investasi berkembang, perdagangan Internasional konsumsi jadi andalan. Pak Obama cari pasaran di Pasifik, yang dituju ya-antara lain negeri Pailul ini. Taktik lik. Jadi orang Melayu harus cerdas dan lihai, gitu !

* Masalah Perdagangan Internasional --- mencari pasar

m.wislan drs @ Selasa, 24 November 2009 | 09:05 WIB
He, ini celah lagi ---kepalang Rupiah menguat, beli taruh di luar negeri, ini juga obyek untuk money laundring--- deposito luar negeri, diperlukan untuk jaga-jaga kalau jadi buron. You harus tahu di Mall mewah banyak tukang asong, menawarkan simpan uang di Luar Negeri--- bisa atur la rekeningnya. Ini ilmu "Hong balihong kantong bolong" ! aih !

m.wislan drs @ Rabu, 25 November 2009 | 11:31 WIB
He-buat simulasi klo SOS "Ekonomi Indonesia"---Cadangan devisa hny segitu, dagang komoditi tergtg prkmbangn industri orang---(tukang ngutangi sudah promosi utangan)---musim baru berkabut dan gerimis---bagaimana kalau puting beliung krisis. Ampun Eyang Joyoboyo dan Eyang Ronggowarsito. Tidak boleh ngutang. Coba !

Di Kompasiana saya mulai mengomentari isu Ekonomi (dimulai kasus perbankan) sebagai berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun