Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonominet (01) Komentar Ekonomi Indonesia di Internet Akhir 2009 dan Indikasi Saat Ini

16 Mei 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:11 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

*Konon semula KIB II mempunyai tag line "mengelola perubahan" ---kini tidak pernah terdengar lagi tekad itu --- malah Sekber.

m.wislan drs @ Rabu, 28 Oktober 2009 | 09:17 WIB
Kalau negeri indusri maju tidak toleran terhadap risiko Perubahan iklim. Indonesia, Mentan-nya harus siap-siap menginventarisasi, bahan pokok pangan selain padi, yakni budidaya rumbia, singkong dan umbi-an lain. Tahun-tahun mendatang krisis pangan dunia mengintai. Ingat ya !

*Ini menyangkut indikasi Krisis Pangan di dunia.

m.wislan drs @ Kamis, 29 Oktober 2009 | 17:42 WIB
Ok kita lihat nanti program pemerintah setelah Nat Summit. Apakah action kearah yang minus/penghambat pertumbuhan bisa diatasi : seperti birokrasi yang xyz itu, metode kerja yang tercermin prosedur xyz. Infrastruktur (energi/air) minus, perhubungan tidak efisien, kontinuitas ketentuan/perundang-undang. Semoga pak HR bisa bereskan hambatan itu dalam 100 hari ini. Silakan !

*Pernyataan Gita Wiryawan bahwa Birokrasi korup, bodoh dan jahat (xyz)
m.wislan drs @ Senin, 16 November 2009 | 08:23 WIB
Ngiler deh melihat kemampuan Cina menyiapkan stimulus menghadapi krisis finansial dunia. Kebijakan fiskalnya mantap, dan memperhatikan wilayahnya yang berbeda potensi ekonomi/kepentingannya. Kita konon untuk stimulus infrastruktur yang disediakan pun sistem dan birokrasi tidak bisa menjalankan melebihi 50 persen. huh !

m.wislan drs @ Senin, 16 November 2009 | 08:46 WIB
Kunci pertumbuhan Sektor Riil Indonesia di tingkat bunga yang harus mendorong, hasrat investor Hot Money di Indonesia spread bunga yang tinggi di Indonesia, kemudian bagaimana prospek permainan harga Komoditi---melihat kenyataan krisis finansial/ekonomi di dunia, Indonesia harus BERANI bermain di pertumbuhan sektor riil, karena pengangguran, kemiskinan, dan pasar di dalam negeri cukup luas. Mainkan saja peningkatan daya beli. Jangan terlena dengan WTO, Aspac, G-20, dan G-8, Itu trik !

m.wislan drs @ Senin, 16 November 2009 | 08:29 WIB
Stimulus kita banyak dengan pengurangan pajak, maksud untuk meningkatkan konsumsi, bolehlah---tetapi Fiskal atau Anggaran bisa juga memperbesar jaminan kesehatan---karena pendidikan telah sesuai dengan konstitusi 20 persen. Ayo birokrasi bekerjalah dengan tulus, jangan KKN. Hukumannya berat lho sebentar lagi !

m.wislan drs @ Senin, 16 November 2009 | 09:04 WIB
Laksanakan Konstitusi TAP MPR tentang KKN hukum Birokrat/Organisasinya yang XYZ (menurut Pak Gita Wiryawan)---pasti Indonesia makmur, listrik masuk semua desa, rakyat terdidik, kesehatan rakyat terjamin, Jet Tempur/Kapal Selam Rudal Gaji cukup/pendapatan cukup, semua makmur-happy. Itu AMPERA tahu !

m.wislan drs @ Senin, 16 November 2009 | 08:58 WIB
Kita harus hati-hati membaca data yang menjadi kesimpulan. Jalankanlah Konstitusi TAP MPR tentang KKN "Punishment" bagi Birokrat yang XYZ (Menurut Pak Gita Wiryawan), basmi ekonomi biaya tinggi. Baru cerita pemulihan ekonomi Indonesia ke arah positif. Okay !

m.wislan drs @ Senin, 16 November 2009 | 12:51 WIB
Wah, maju banget Malaysia, bisa jual surplus listriknya, lebih murah lagi dari pada bangun sendiri. Hidup Rumpun Melayu-Hidup ASEAN - Hidup Hang Tuah !

*Indonesia akan membeli surplus listrik dari Malaysia --- pintar, bisa itu negeri jiran meng-ekspor Energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun