Banyak orang yang berpikir bahwa metafisika adalah ilmu yang pelik. Dan tidak sedikit yang salah mengartikan bahwa metafisika adalah ilmu ghaib. Metafisika adalah ilmu yang mempelajari hakikat dari realita. Setiap kesadaran manusia terhadap suatu realitas membawa kita untuk memahami segala bentuk fenomena didalamnya. Segala sesuatu yang manusia amati memiliki hakikat atau esensi. Pada dasarnya manusia mula-mula menangkap objek lewat pancaindranya kemudian objek itu hadir dalam benak kita sebagai imajinasi perseptual. Dan selanjutnya dari imajinasi perseptual manusia dapat menangkap ciri hakiki yang terdapat pada suatu objek sehingga lahirlah proses absrtaksi suatu objek dalam pikiran manusia. Pada dasarnya manusia tidak perlu membedakan sapi yang satu dengan sapi lainnya dalam benaknya. Karena terdapat ciri hakiki yang dimiliki seluruh sapi, dan pembentukan ciri hakiki tersebut dapat dikatakan hasil dari absrtaksi pikiran manusia.
Pada dasarnya hal tersebut menunjukan bajwa terdapat esensi atau hakikat pada segala sesuatu. Sehingga membawa manusia untuk mencoba menelusuri apa yang menjadi hakikat bagi segala sesuatu. Penulisan ini mencoba memahami bahwa apa yang menjadi buah piker manusia terhadap abstraksinya terhadap realitas sehingga melahirkan Kesimpulan tentang hakikat bagi realitas. Untuk mempelajari hakikat bagi segala sesuatu tidak bisa dicermati dengan observasi atau eksperimen dalam laboratorium. Tetapi membutuhkan daya penalaran dalam mengabstraksi segala konsep sehingga melahirkan hal paling absrtrak bagi realitas.
Thales adalah seorang filsuf yang pertama sekali menemukan gagasan tanpa bersandar pada mitos. Thales disebut sebagai bapak filsafat yang pertama sekali berfilsafat pada era Yunani kuno. Kita pasti dapat menemukan gagasan thales pada saat belajar filsafat dasar. Gagasan filsafat thales yang terkenal adalah mengenai unsur atau bahan yang membentuk segala sesuatu atau realtas di alam ini. Dia berpendapat bahwa segala sesuatunya itu adalah air. Air adalah asal bagi segala sesuatu dan segala sesuatu akan Kembali kepada air. Air adalah awal atai pangkal sekaligus akhir bagi segala sesuatu.
Gagasan tersebut muncul karena refleksi pemikirannya terkait persoalan alam besar atau fenomena dihadapannya. Dapat dilihat dari pengalaman sehari-hari bahwa segala sesuatu yang hidup membutuhkan air. Air adalah sumber kehidupan bagi segala sesuatu. Air dapat menghidupkan sekaligus mematikan. Seperti buah atau binit pohon yang dihanyutkan oleh air sehingga bibit dan buah tersebut dapat berpindah tempat sehingga dapat mengantarkan kepada kehidupan yang baru bagi spesies tumbuhan. Dan air sekaligus dapat mematikan karena dapat menenggelamkan makhluk hidup seperti saat bencana banjir atau tsunami. Bahkan manusia sendiri berasal dari air yaitu air sperma manusia dan akan Kembali menjadi air dan tanah jika manusia sudah mati.
Nyata lah bahwa kehidupan sangat bergantung pada air. Segala sesuatu memiliki kelembapan tertentu karena mengandung air. Bahkan api saja tidak dapat menyala jika tidak memiliki kelmbapan tertentu. Kebenaran bagi filsafat Thales tidak menjadi perhatian disini, tetapi kita dapat melihat kemajuan berpikir pada saat orang-orang Yunani kuno masih menjelaskan fenomena alam  bersandar pada mitos.
Selain dengan dalil bahwa segala sesuatu berasal dari air, Filsafat Thales juha memiliki buah pikir kepercayaan animisme terhadap benda mati. Dia berpikir bahwa segalanya memiliki jiwa termasuk benda mati. Dan prinsip ini yang kita kenal sebagai prinsip hylezoisme. Kepercayaan yang menganggap bahwa segala sesuatu itu memiliki Jiwa.
Dengan thales menjelaskan bahwa segala sesuatu itu adalah air atas dasar pertanyaan apa yang menjadi bahan bagi segala sesuatu?, secara tidak langsung thales berpikir bahwa segala sesuatu itu satu. Selain itu segala sesuatu memiliki dasar, asas dan pangkal. Dan tentu saja segala sesuatunya itu adalah air. Proses berpikir semacam ini membuat kita menyadari bahwa segala sesuatu itu ada dasarnya. Tanpa dasar tidak mungkin ada sesatu.
Seperti misalnya kita memahami motor yang pada dasarnya adalah benda-benda materil yang terdapat dalam bumi. Sehingga kita berkesimpulan bahwa motor adalah benda mati, karena bumi hanya terhimpun dari benda-benda mati yang disinggahi oleh makhluk hidup. Oleh karena benda mati kita tidak mungkin menuntut motor untuk berpikir karena kita memiliki pemahaman dasar bahwa motor pada dasarnya benda mati. Tanpa pemahaman dasar tersebut kita tidak akan dapat mengenali motor.
Oleh karena itu kita menjadi tahu bahwa segala objek yang ingin kita kenali harus ada pemahaman dasarnya bagi diri kita. Dan dasar adalah ciri karakteristik yang hakiki bagi objek yang kita amati. Kita tidak perlu mengenali segala hukum Gerakan yang dijelaskan ilmu fisika pada motor dan senyawa kimia apa yang bereaksi pada motor untuk menggunakannya. Cukup hanya dengan pemahaman dasar karakterisitik motor dan pemahaman dasar menggunakan motor orang-orang dpat menggunakan motor.
Begitu juga dengan segala sesuatu pasti memiliki dasar. Dan dasar yang membentuk segala sesuatu adalah air dalam pandangan thales. Jika dikembangkan pemahaman seperti ini dapat menjadi acuan hukum evolusi yang sudah mapan dalam ilmu pengetahuan seperti misalnya segala makhluk hidup dimulai dari spesies yang sederhana sampai spesies yang paling kompleks. Dasar adalah permulaan bagi sesuatu yang kompleks seperti realita. Dan air adalah bahan paling sederhana bagi segala sesuatu karena pada dasarnya segala sesuatu itu terbentuk dari air menurut pandangan thales.
Proses berpikir semacam ini juga menjadi bentuk dalam Pendidikan di negara kita, karena kita dididk mulai dari Pelajaran dan pemecahan masalah yang sederhana sampai ke perguruan tinggi yang memiliki Pelajaran yang lebih kompleks. Begitu juga dalam segala permasalahan filsafat dalam sejarahnya Thales menjadi filsuf yang menhawali dengan persoalan dasar bagi filsafat, dan saat ini filsafat sudah membahas persoalan yang jauh lebih kompleks. Sesuatu yang sederhana adalah awal dari segala sesuatu. Dasar adalah sesuatu yang sederhana.
Sebagai dasar segala sesuatu artinya air ini merupakan substansi bagi segala sesuatu. Artinya walaupun bentuknya sudah berubah menjadi variasi materil dalam alam ini substansinya tetap merupakan air. Seperti suatu pintu sudah tidak menjadi kayu dan dinamai kayu walaupun pada dasarnya substansi pintu tersebut adalah kayu.
Menurut thales materil paling autentik dalam ala mini adalah air sebagai sumber segala sesuatu. Dan secara tidak langsung menyatakan bahwa segal sesuatunya itu memiliki substansi dan substansinya itu adalah air. Disamping memiliki substansi segala sesuatu itu juga memiliki jiwa menurut thales uang menjadi esensi segala sesuatu. Karena segala sesuatu ia yakini dapat memiliki daua seperti besi magnet yang dapat menarik logam karena memiliki daya. Karena memiliki daya benda-benda mati dinilai memiliki jiwa di dalamnya.
Pemahaman Thales terhadap daya masih bersifat metafisik, karena mengandaikan bahwa daya adalah kehendak benda yang berjiwa. Dan jiwa menjadi esensi bagi segala sesuatu karena segala sesuatunya itu berjiwa. Jika demikian maka jiwa juga sebagai esensi bagi air yang merupakan substansi segala sesuatu. Tetapi hal tersebut mustahil karena jiwa adalah person atau bersifat individual, sedangkan air tidak bersifat individual, karena air adalah Kumpulan molekuk yang saling berinteraksi dan mudah larut pada zat lainnya. Jadi mustahil sesuatu yang individual seperti jiwa terdapat pada air walaupun air dapat memiliki daya, tetapi argument tersebut tidak cukup untuk menjadi bukti bahwa air memiliki jiwa yang bersifat individual.
Orang-orang yunanu jaman dahulu mempercayai bahwa segala sesuatunya itu ada dewanya atau ada tuhannya seperti Poseidon dewa air dan zeus dewa petir. Maka tidak aneh bahwa Thales masih mempercayai bahwa benda masih memiliki realitas yang bersifat ilahiah yaitu kehendak. Walaupun pada kenyataannya jiwa yang berkehendak dalam filsafat Thales sebenarnya merupakan daya kerja yang dimiliki oleh suatu benda. Dan jiwa ditelusuri sebab utamanya, sebeb pertama segala sesuatu memiliki daya karena realitas bekerja menurut kehendak day yang bersifay Ilahi yaitu tuhan, yang menjadi rantai penggerak pertama. Dan tuhan bersifat esa dapat memberikan seluruh daya pada segala sesuatu menurut kehendakna sendiri. Artinya segala benda memiliki daya atau bekerja menuurut kehendak Ilahi bukan jiwa pada benda itu sendiri. Karena jiwa besifat individual dan bergantung pada bentuk. Seperti jiwa manusia yang bergantung pada bentuk seperti tubuh manusia itu sendiri dan jika berkehendak masih mengandalkan segala baguan tubuhnya.
Tetapi jika tuhan bersifat trasendental dan kehendaknya adalah hukum alam yang disebut takdir dalam agama. Artinya tuhan merupakan person yang menaungi alam semesta. Dan tuhan tidak terikat pada ruang dan waktu seperti jiwa. Artinya tuhan merupakan dzat Tunggal yang mengatur alam semesta bukan jiwa yang memiliki daya. Walaupun demikian Thales telah menemukan bahwa segala materil ini memiliki daya walaupun setidaknya hanya sedikit, itulah yang sekarang ditemukan oleh ahli fisika bahwa segala sesuatu ada dayanya. Dan thales masih berpikir bahwa terdapat suatu yang bersifat metafisik pada benday aitu jiwa, dan ini adlah hal yang dibenarkan walaupun sebenarnya bukan jiwa yang memberikan daya pada benda tetapi dzat yang bersifat ilahiah yaitu tuhan. Dan artinya segala sesuatu seperti benda maupun daya masih bersangkut paut dengan realitas yang trasendental seperti tuhan. Segala sesuatu itu menjadi kehendaknya dan yang nyata itu hanyalah wujudnya.
Jika segala sesuatu ada substansi dan esensinya maka segala sesuatu itu ada bahan dan sifatnya. Menurut Thales segaka sesuatu itu ada bahannya, dan bahannya itu adalah air. Disamping itu segala sesuatu juga memiliki sifat. Sifat dan bahan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Seperti air memiliki sifat yang berupa-rupa tergantung pada kondisinya, seperti sifat cair, padat dan gas. Sehingga sifat dasar yang dimiliki semua benda ada pada air. Oleh karena itu diyakini air merupaan dasar bagi segala sesuatu. Dan menurut ilmu pengetahuan jaman sekarang air adalah benda yang terdiri dari molekul, artinya molekul merupakan bahan dasar yang menjadi komponen air dan sifatnya dapat berupa gas, cair dan padat.
Segala sesuatu memiliki kuantitas dan kualitas nya masing-masing. Dengan demikian segala sesuatu itu ada bahannya dan sifatnya. Seperti manusia yang terbentuk oleh air yaitu segumpal darah dan daging dan memiliki sifat dapat berpikir rasional. Sehingga tidak dapat antara sifat dan bahan karena keduanya saling mengisi. Bahan segala sesuatu menurut Thales adalah air dan sifatnya adalah daya. Artinya bahan segala sesuatu itu berbentuk materil dan sifarnya berbentuk daya. Bahan adalah substansi bagi segala sesuatu sedangkan sifat adalah ciri hakiki atau kualitas bagi segala sesuatu. Seperti kita tidak menilai manusia berdasarkan fisiknya saja tetapi perlu juha dinilai sifatnya. Karena keduanya saling terkait.
Salah satu alasan mengapa batu magnet dapat menarik besi karena memiliki daya yang bersifat menarik. Walaupun Thales masih berpendapat menurut metafisikanya bahwa segala sesuatunya itu memiliki jiwa yang artinya memiliki kehendak. Dan jika diterapkan dalam peroalan moral kita dapat mengambil hikmah bahwa yang kita tingkatkan bukan hanya bentuk fisik agar terlihat bagus di depan orang lain saja, tetapi tingkatkan juga kualitas kita yang menjadi sifat kita. Karena bentuk dan sifat saling terkait. Tidak mungkin ada sesuatu yang tidak memiliki bahan atau bentuk dan tidak mungkin ada sesuatu yang tidak memiliki sifat. Bentuk ideal dari manusia adalah Kesehatan jasmani dan sifat ideal manusia adalah akhlak yang bauk sehingga menjadi manusia yang beradab.
Metafisika yang dianalisis oleh Thales cukup menarik karena kesimpulannya terdapat suatu substansi yang dapat kita temukan dalam keseharian kita yaitu air. Jadi substansi yang dijelaskan filsafat Thales tidak bersifat trasendental tetapi bersifat konkret. Hal ini didasari fakta bahwa segala sesuatu yang hidup membutuhkan air, air menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Di dalam temuan fakta-fakta sehari-hari thales dapat menemukan gagasan metafisika. Dan tentu saja hal yang bersifat metafisik itu juga sebenarnya fisik yaitu air.
Hal ini menunjukan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan diawali dengan pembahasan yang bersifat abstrak atau persoalan alam besar yaitu unsur dasar segala sesuatu. Thalses mengawali dengan menganalisis unsur dasar bagi alam semesta ini, begitu juga para filsuf lain dari miletos. Â
Jika kita menelaah filsafat Thales, ternyata filsafatnya tidak terlalu condong pada pemikiran idealism dan tidak terlalu condong kepada pemikiran materialisme. Karena disamping mengemukakan bahwa segala sesuatu itu adalah air, ia juga mengemukakan suatu yang bersifat immateril pada benday aitu jiwa yang menjadi sumber bagi daya.
Dalam filsafat Thales segala sesuatunya itu adalah air. Air adalah sesuatu yang bersifat materil. Artinya segala sesuatunya bersifat materil. Namun belum ditemukan penjelasan tentang jawaban filsafat Thales atas ertanyaan apa hubungan antara sesuatu yang bersifat materil atau benda dengan jiwa yang bersifat immaterial. Penjelasan tersebut dijawab oleh kaum materialis bahwa sesuatu yan imaterul seperti jiwa dan daya merupakan konfigurasi dari Gerakan benda materil. Seperti misalnya pikiran kita adalah hasil dari konfigurasi otak kita atau reaksi senyawa dalam otak sehingga daya Listrik bekerja dalam otak kita. Yang dapat kita ketahui dalam filsafat Thales adalah daya merupakan hasil kerja jiwa dalam suatu benda  bukan daya kerja dari benda itu sendiri. Oleh karena itu dalam filsafat Thales kita menemukan pemahaman bajwa terdapat dualisme dalam realitas yaitu yang bersifat materil dan immaterial. Segala sesuatunya dapat bersifat materil atau immaterial.
Dalam pemikiran Thales kita dapat menarik Kesimpulan bahwa segala sesuatu nya itu berdasar. Dan dasarnya itu adalah air. Walaupun pada kenyataannya terdapat benda yang tidak memiliki unsur air di dalamnya seperti logam. Artinya aur tidak menjadi unsur segala sesuatu. Tetapi hal tersebut sudah cukup maju karena mengingatkan kita bahwa segala sesuatu itu ada permulaanya, bahwa segala sesuatu itu memiliki awal yaitu air. Dan juga segala sesuatu juga memiliki akhir karena segala sesuatunya memiliki air. Dan disamping itu dalam pemikiran Thales kita juga dapat menemukan bahwa segala sesuatu itu memiliki hal yang bersifat metafisik atau bersifat esensial seperti jiwa dan memiliki hal yang nyata seperti eksistensi.
Sehingga dengan pemikiran tersebut dewasa ini terdapat suatu proposisi apriori sintetik yang adekuat , yaitu segala sesuatu itu memiliki sebab. Dan sebab itu merupakan permulaan segala sesuatu. Inilah yang menjadi landasan berpikir para ilmuwan dewasa ini dalam dunia ilmiah sehingga munculah konsep yang bernama kausalitas. Hal tersebut secara tidak langung dapat kita temukan dalam filsafat Thales.
Konsep awal, akhir dan eksis dan esensial merupakan ciri umum yang dimiliki oleh segala sesuatu. Karena segala sesuatunya memiliki permulaan dan sekaligus memiliki akhir. Dan juga segala sesuatu itu memiliki eksistensi dan esensi. Dan dalam agama hal tersebut dapat kita temukan dalam konsep awal, akhir, dzohir dan bathin. Hal tersebut juga berlaku bagi segala sesuatu walaupun kadarnya masing-masing berbeda. Seperti misalnya manusia memiliki awal, yaitu berasal dari sari pati makanan dan air mani kemudian menjadi segumpal darah. Dan manusia juga memiliki akhir yaitu kematian sebagai akhir dari cerita hidup. Dan manusia memiliki eksistensi yaitu bentuk keberadaannya di muka bumi dan manusia juga memiliki esensi yaitu jiwa, akhlak, perasaan dan kesadaran. Akan tetapi konsep tersebut berbeda jika berlaku pada tuhan karena tuhan tidak bisa diserupakan dengan makhluk. Walaupun kebenaran dari pemikiran Thales terhadap unsur segala sesuatu masih belum tepat tetapi dari hal tersebut kita dapat menarik makna bahwa segala sesuatunya itu memiliki sebab dan akibat yaitu awal dan akhir, dan memiliki eksistensi dan esensi yaitu objek dan hakikat atau bentuk dan sifat.
Segala sesuatunya itu adalah satu. Premis ini yang melandasi pemikiran filsafatnya Thales. Hal tersebut dapat dibenarkan tetapi bukan air yang menjadi asal segala sesuatu itu. Segala sesuatunya adalah ciptaan tuhan dengan segala tujuan dan fungsi. Sebelum segala sesuatunya tercipta terdapat suatu alam ketunggalan yang tidak ada sesuatu padanya selain dzat yang maha kuasa. Dalam alam tersebut tidak ada sesuatu pun, tidak ada hitam dan tidak ada putih bahkan tidak ruang dan waktu, katena alam tersebut adalah alam Tunggal. Alam tersebut yang selanjutnya dinamakan dengan alam ahadiyah. Hanya dzat yang maha kuasa yang menguasai alam tersebut. Alam tersebut adalah alam pra penciptaan.
Pada suatu ketika tuhan ingin dikenal oleh makhluk nyam aka dari itu diciptakan lah ciptaannya yang pertama sekali dalam alam ahadiyah tersebut. Sesuatu yang pertama kali diciptakan tuhan bukanlah materil seperti air, tetapi suatu nut yang menjadi pembimbing kehidupan kita. Dan menjadi cajaya yang menerangi kehidupan kita dari kegelapan. Nur tersebut berupa esensi yaitu suatu ruh yang menjadi asal-usul moralitas manusia. Setiap manusia mewarisi suatu nur tersebut tetapi nur tersebut terkunur jauh dalam batin manusia, sehingga manusia harus berupaya untuk memperolehnya. Asal usul kehidupan bermoral dan Nurani manusia berasal dari nur tersebut. Nur tersebut yang kemudian kita kenal sebagai suara tuhan dalam hati manusia. Yang membisikan pengakuan dosa disaat kita melakukan maksiat, dan membimbing kita kepada Nurani dan kasih sayang pada sesame. Keadilan, kebijaksanaan dan kebaikan berasal dari nur tersebut. Nur tersebut membawa misi membimbing kehidupan manusia kepada moralitas dan spiritualitas yang tinggi. Yang menjadi asal usul kasih sayang tuhan kepada seluruh makhluknya.
Nur tersebutlah uang diwarisi oleh para nabi sehingga membimbing mereka kepada ketaatan dan ketakwaan yang tinggi. Nur tersebut menjadi awal dan asal usul peradaban manusia sehingga menjadi diri yang autentik yang menjadi tujuan hidup manusia untuk memperolehnya. Nur tersbut adalah awal bagi segala cerita manuisa di dunia. Nur tersebut adalah pembuka Gudang-gudang tersembunyi yaitu Gudang kasih sayang tuhan yang terkunci dalam alam ahadiyah. Nur tersebut juga menjadi akhir yang harus dicapai oleh manusia sehingga menemukan dirinya yang sebenarnya. Nur terseut juga sebagai penutup yang terdahulu yang ditandai dengan akhir dari era kenabian di dunia. Sehingga orang-orang seharusnya berupaya untuk membuka nur tersebut yang terkubur jauh dalam batinnya. Nur tersebut juga bersifat batiniyah karena hanya dapat dirasakan oleh hati yang telah suci dari kedurjanaan. Dan nur tersebut juga nyata dengan ditandai akhlak seorang nabi yang membimbing ketaatan kita. Nur tersebut adalah awal, akhir dzohir dan bathin. Dan asal usul keberadaan manusia adlah moralitas dan kesempurnaan akhlak bukan sesuatu benda materil. Esensi manusia sebagai ruh suci mendahului eksistensinya di dunia dan terkubur saat manusia telah eksis di muka bumi, karena pengaruh dunia dan hawa nafsu yang menghalangi kita untuk sampai pada nur tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H