Mohon tunggu...
Ahmad Muzakki Maruf
Ahmad Muzakki Maruf Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Alumni Mahasiswa

Hidup yang tidak dikaji tidak layak dihidupi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Air dan Substansi segala Sesuatu

20 Desember 2024   13:35 Diperbarui: 20 Desember 2024   13:50 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai dasar segala sesuatu artinya air ini merupakan substansi bagi segala sesuatu. Artinya walaupun bentuknya sudah berubah menjadi variasi materil dalam alam ini substansinya tetap merupakan air. Seperti suatu pintu sudah tidak menjadi kayu dan dinamai kayu walaupun pada dasarnya substansi pintu tersebut adalah kayu.

Menurut thales materil paling autentik dalam ala mini adalah air sebagai sumber segala sesuatu. Dan secara tidak langsung menyatakan bahwa segal sesuatunya itu memiliki substansi dan substansinya itu adalah air. Disamping memiliki substansi segala sesuatu itu juga memiliki jiwa menurut thales uang menjadi esensi segala sesuatu. Karena segala sesuatu ia yakini dapat memiliki daua seperti besi magnet yang dapat menarik logam karena memiliki daya. Karena memiliki daya benda-benda mati dinilai memiliki jiwa di dalamnya.

Pemahaman Thales terhadap daya masih bersifat metafisik, karena mengandaikan bahwa daya adalah kehendak benda yang berjiwa. Dan jiwa menjadi esensi bagi segala sesuatu karena segala sesuatunya itu berjiwa. Jika demikian maka jiwa juga sebagai esensi bagi air yang merupakan substansi segala sesuatu. Tetapi hal tersebut mustahil karena jiwa adalah person atau bersifat individual, sedangkan air tidak bersifat individual, karena air adalah Kumpulan molekuk yang saling berinteraksi dan mudah larut pada zat lainnya. Jadi mustahil sesuatu yang individual seperti jiwa terdapat pada air walaupun air dapat memiliki daya, tetapi argument tersebut tidak cukup untuk menjadi bukti bahwa air memiliki jiwa yang bersifat individual.

Orang-orang yunanu jaman dahulu mempercayai bahwa segala sesuatunya itu ada dewanya atau ada tuhannya seperti Poseidon dewa air dan zeus dewa petir. Maka tidak aneh bahwa Thales masih mempercayai bahwa benda masih memiliki realitas yang bersifat ilahiah yaitu kehendak. Walaupun pada kenyataannya jiwa yang berkehendak dalam filsafat Thales sebenarnya merupakan daya kerja yang dimiliki oleh suatu benda. Dan jiwa ditelusuri sebab utamanya, sebeb pertama segala sesuatu memiliki daya karena realitas bekerja menurut kehendak day yang bersifay Ilahi yaitu tuhan, yang menjadi rantai penggerak pertama. Dan tuhan bersifat esa dapat memberikan seluruh daya pada segala sesuatu menurut kehendakna sendiri. Artinya segala benda memiliki daya atau bekerja menuurut kehendak Ilahi bukan jiwa pada benda itu sendiri. Karena jiwa besifat individual dan bergantung pada bentuk. Seperti jiwa manusia yang bergantung pada bentuk seperti tubuh manusia itu sendiri dan jika berkehendak masih mengandalkan segala baguan tubuhnya.

Tetapi jika tuhan bersifat trasendental dan kehendaknya adalah hukum alam yang disebut takdir dalam agama. Artinya tuhan merupakan person yang menaungi alam semesta. Dan tuhan tidak terikat pada ruang dan waktu seperti jiwa. Artinya tuhan merupakan dzat Tunggal yang mengatur alam semesta bukan jiwa yang memiliki daya. Walaupun demikian Thales telah menemukan bahwa segala materil ini memiliki daya walaupun setidaknya hanya sedikit, itulah yang sekarang ditemukan oleh ahli fisika bahwa segala sesuatu ada dayanya. Dan thales masih berpikir bahwa terdapat suatu yang bersifat metafisik pada benday aitu jiwa, dan ini adlah hal yang dibenarkan walaupun sebenarnya bukan jiwa yang memberikan daya pada benda tetapi dzat yang bersifat ilahiah yaitu tuhan. Dan artinya segala sesuatu seperti benda maupun daya masih bersangkut paut dengan realitas yang trasendental seperti tuhan. Segala sesuatu itu menjadi kehendaknya dan yang nyata itu hanyalah wujudnya.

Jika segala sesuatu ada substansi dan esensinya maka segala sesuatu itu ada bahan dan sifatnya. Menurut Thales segaka sesuatu itu ada bahannya, dan bahannya itu adalah air. Disamping itu segala sesuatu juga memiliki sifat. Sifat dan bahan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Seperti air memiliki sifat yang berupa-rupa tergantung pada kondisinya, seperti sifat cair, padat dan gas. Sehingga sifat dasar yang dimiliki semua benda ada pada air. Oleh karena itu diyakini air merupaan dasar bagi segala sesuatu. Dan menurut ilmu pengetahuan jaman sekarang air adalah benda yang terdiri dari molekul, artinya molekul merupakan bahan dasar yang menjadi komponen air dan sifatnya dapat berupa gas, cair dan padat.

Segala sesuatu memiliki kuantitas dan kualitas nya masing-masing. Dengan demikian segala sesuatu itu ada bahannya dan sifatnya. Seperti manusia yang terbentuk oleh air yaitu segumpal darah dan daging dan memiliki sifat dapat berpikir rasional. Sehingga tidak dapat antara sifat dan bahan karena keduanya saling mengisi. Bahan segala sesuatu menurut Thales adalah air dan sifatnya adalah daya. Artinya bahan segala sesuatu itu berbentuk materil dan sifarnya berbentuk daya. Bahan adalah substansi bagi segala sesuatu sedangkan sifat adalah ciri hakiki atau kualitas bagi segala sesuatu. Seperti kita tidak menilai manusia berdasarkan fisiknya saja tetapi perlu juha dinilai sifatnya. Karena keduanya saling terkait.

Salah satu alasan mengapa batu magnet dapat menarik besi karena memiliki daya yang bersifat menarik. Walaupun Thales masih berpendapat menurut metafisikanya bahwa segala sesuatunya itu memiliki jiwa yang artinya memiliki kehendak. Dan jika diterapkan dalam peroalan moral kita dapat mengambil hikmah bahwa yang kita tingkatkan bukan hanya bentuk fisik agar terlihat bagus di depan orang lain saja, tetapi tingkatkan juga kualitas kita yang menjadi sifat kita. Karena bentuk dan sifat saling terkait. Tidak mungkin ada sesuatu yang tidak memiliki bahan atau bentuk dan tidak mungkin ada sesuatu yang tidak memiliki sifat. Bentuk ideal dari manusia adalah Kesehatan jasmani dan sifat ideal manusia adalah akhlak yang bauk sehingga menjadi manusia yang beradab.

Metafisika yang dianalisis oleh Thales cukup menarik karena kesimpulannya terdapat suatu substansi yang dapat kita temukan dalam keseharian kita yaitu air. Jadi substansi yang dijelaskan filsafat Thales tidak bersifat trasendental tetapi bersifat konkret. Hal ini didasari fakta bahwa segala sesuatu yang hidup membutuhkan air, air menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Di dalam temuan fakta-fakta sehari-hari thales dapat menemukan gagasan metafisika. Dan tentu saja hal yang bersifat metafisik itu juga sebenarnya fisik yaitu air.

Hal ini menunjukan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan diawali dengan pembahasan yang bersifat abstrak atau persoalan alam besar yaitu unsur dasar segala sesuatu. Thalses mengawali dengan menganalisis unsur dasar bagi alam semesta ini, begitu juga para filsuf lain dari miletos.  

Jika kita menelaah filsafat Thales, ternyata filsafatnya tidak terlalu condong pada pemikiran idealism dan tidak terlalu condong kepada pemikiran materialisme. Karena disamping mengemukakan bahwa segala sesuatu itu adalah air, ia juga mengemukakan suatu yang bersifat immateril pada benday aitu jiwa yang menjadi sumber bagi daya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun