Dalam filsafat Thales segala sesuatunya itu adalah air. Air adalah sesuatu yang bersifat materil. Artinya segala sesuatunya bersifat materil. Namun belum ditemukan penjelasan tentang jawaban filsafat Thales atas ertanyaan apa hubungan antara sesuatu yang bersifat materil atau benda dengan jiwa yang bersifat immaterial. Penjelasan tersebut dijawab oleh kaum materialis bahwa sesuatu yan imaterul seperti jiwa dan daya merupakan konfigurasi dari Gerakan benda materil. Seperti misalnya pikiran kita adalah hasil dari konfigurasi otak kita atau reaksi senyawa dalam otak sehingga daya Listrik bekerja dalam otak kita. Yang dapat kita ketahui dalam filsafat Thales adalah daya merupakan hasil kerja jiwa dalam suatu benda  bukan daya kerja dari benda itu sendiri. Oleh karena itu dalam filsafat Thales kita menemukan pemahaman bajwa terdapat dualisme dalam realitas yaitu yang bersifat materil dan immaterial. Segala sesuatunya dapat bersifat materil atau immaterial.
Dalam pemikiran Thales kita dapat menarik Kesimpulan bahwa segala sesuatu nya itu berdasar. Dan dasarnya itu adalah air. Walaupun pada kenyataannya terdapat benda yang tidak memiliki unsur air di dalamnya seperti logam. Artinya aur tidak menjadi unsur segala sesuatu. Tetapi hal tersebut sudah cukup maju karena mengingatkan kita bahwa segala sesuatu itu ada permulaanya, bahwa segala sesuatu itu memiliki awal yaitu air. Dan juga segala sesuatu juga memiliki akhir karena segala sesuatunya memiliki air. Dan disamping itu dalam pemikiran Thales kita juga dapat menemukan bahwa segala sesuatu itu memiliki hal yang bersifat metafisik atau bersifat esensial seperti jiwa dan memiliki hal yang nyata seperti eksistensi.
Sehingga dengan pemikiran tersebut dewasa ini terdapat suatu proposisi apriori sintetik yang adekuat , yaitu segala sesuatu itu memiliki sebab. Dan sebab itu merupakan permulaan segala sesuatu. Inilah yang menjadi landasan berpikir para ilmuwan dewasa ini dalam dunia ilmiah sehingga munculah konsep yang bernama kausalitas. Hal tersebut secara tidak langung dapat kita temukan dalam filsafat Thales.
Konsep awal, akhir dan eksis dan esensial merupakan ciri umum yang dimiliki oleh segala sesuatu. Karena segala sesuatunya memiliki permulaan dan sekaligus memiliki akhir. Dan juga segala sesuatu itu memiliki eksistensi dan esensi. Dan dalam agama hal tersebut dapat kita temukan dalam konsep awal, akhir, dzohir dan bathin. Hal tersebut juga berlaku bagi segala sesuatu walaupun kadarnya masing-masing berbeda. Seperti misalnya manusia memiliki awal, yaitu berasal dari sari pati makanan dan air mani kemudian menjadi segumpal darah. Dan manusia juga memiliki akhir yaitu kematian sebagai akhir dari cerita hidup. Dan manusia memiliki eksistensi yaitu bentuk keberadaannya di muka bumi dan manusia juga memiliki esensi yaitu jiwa, akhlak, perasaan dan kesadaran. Akan tetapi konsep tersebut berbeda jika berlaku pada tuhan karena tuhan tidak bisa diserupakan dengan makhluk. Walaupun kebenaran dari pemikiran Thales terhadap unsur segala sesuatu masih belum tepat tetapi dari hal tersebut kita dapat menarik makna bahwa segala sesuatunya itu memiliki sebab dan akibat yaitu awal dan akhir, dan memiliki eksistensi dan esensi yaitu objek dan hakikat atau bentuk dan sifat.
Segala sesuatunya itu adalah satu. Premis ini yang melandasi pemikiran filsafatnya Thales. Hal tersebut dapat dibenarkan tetapi bukan air yang menjadi asal segala sesuatu itu. Segala sesuatunya adalah ciptaan tuhan dengan segala tujuan dan fungsi. Sebelum segala sesuatunya tercipta terdapat suatu alam ketunggalan yang tidak ada sesuatu padanya selain dzat yang maha kuasa. Dalam alam tersebut tidak ada sesuatu pun, tidak ada hitam dan tidak ada putih bahkan tidak ruang dan waktu, katena alam tersebut adalah alam Tunggal. Alam tersebut yang selanjutnya dinamakan dengan alam ahadiyah. Hanya dzat yang maha kuasa yang menguasai alam tersebut. Alam tersebut adalah alam pra penciptaan.
Pada suatu ketika tuhan ingin dikenal oleh makhluk nyam aka dari itu diciptakan lah ciptaannya yang pertama sekali dalam alam ahadiyah tersebut. Sesuatu yang pertama kali diciptakan tuhan bukanlah materil seperti air, tetapi suatu nut yang menjadi pembimbing kehidupan kita. Dan menjadi cajaya yang menerangi kehidupan kita dari kegelapan. Nur tersebut berupa esensi yaitu suatu ruh yang menjadi asal-usul moralitas manusia. Setiap manusia mewarisi suatu nur tersebut tetapi nur tersebut terkunur jauh dalam batin manusia, sehingga manusia harus berupaya untuk memperolehnya. Asal usul kehidupan bermoral dan Nurani manusia berasal dari nur tersebut. Nur tersebut yang kemudian kita kenal sebagai suara tuhan dalam hati manusia. Yang membisikan pengakuan dosa disaat kita melakukan maksiat, dan membimbing kita kepada Nurani dan kasih sayang pada sesame. Keadilan, kebijaksanaan dan kebaikan berasal dari nur tersebut. Nur tersebut membawa misi membimbing kehidupan manusia kepada moralitas dan spiritualitas yang tinggi. Yang menjadi asal usul kasih sayang tuhan kepada seluruh makhluknya.
Nur tersebutlah uang diwarisi oleh para nabi sehingga membimbing mereka kepada ketaatan dan ketakwaan yang tinggi. Nur tersebut menjadi awal dan asal usul peradaban manusia sehingga menjadi diri yang autentik yang menjadi tujuan hidup manusia untuk memperolehnya. Nur tersbut adalah awal bagi segala cerita manuisa di dunia. Nur tersebut adalah pembuka Gudang-gudang tersembunyi yaitu Gudang kasih sayang tuhan yang terkunci dalam alam ahadiyah. Nur tersebut juga menjadi akhir yang harus dicapai oleh manusia sehingga menemukan dirinya yang sebenarnya. Nur terseut juga sebagai penutup yang terdahulu yang ditandai dengan akhir dari era kenabian di dunia. Sehingga orang-orang seharusnya berupaya untuk membuka nur tersebut yang terkubur jauh dalam batinnya. Nur tersebut juga bersifat batiniyah karena hanya dapat dirasakan oleh hati yang telah suci dari kedurjanaan. Dan nur tersebut juga nyata dengan ditandai akhlak seorang nabi yang membimbing ketaatan kita. Nur tersebut adalah awal, akhir dzohir dan bathin. Dan asal usul keberadaan manusia adlah moralitas dan kesempurnaan akhlak bukan sesuatu benda materil. Esensi manusia sebagai ruh suci mendahului eksistensinya di dunia dan terkubur saat manusia telah eksis di muka bumi, karena pengaruh dunia dan hawa nafsu yang menghalangi kita untuk sampai pada nur tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H