Seorang teman memberitahuku bahwa istri dari salah satu temannya wafat dan meninggalkan seorang anak kecil laki-laki. Dia juga mempunyai seekor anjing yang dia pelihara secara pribadi. Suatu hari, dia meninggalkan anaknya di rumah bersama sang anjing dan pergi untuk urusannya. Selang berapa lama dia pulang dan menyaksikan sang anjing di beranda rumah dengan wajah dan keseluruhan moncongnya penuh tetesan darah. Lelaki itu berpikir bahwa sang anjing telah membunuh anaknya dan memakannya. Sebelum dia masuk ke dalam rumah, dia menyerang anjing itu dan membunuhnya. Lalu, di masuk ke dalam rumah dan menemukan anak laki-lakinya sedang tertidur dalam kasur ayunan. Di sisi kasur ada bangkai ular sepanjang papan kayu yang telah dibunuh sang anjing dan sebagian sudah dimakannya. Lelaki itu pun penuh dengan penyesalan dan memberi penguburan yang layak kepada anjingnya.
Dengan buku ini, Ibnu al-Marzuban sangat antusias menunjukkan banyaknya sifat-sifat  baik yang dimiliki anjing, dan dia menyebut anjing sebaga teman terbaik manusia. Seperti kata penyair di jamannya:
O you who hate dogs! Listen to me;
pay attention and do not close your mind to what I say.
The dog -- note well -- is reckoned
to have five noble qualities:
He protects those who are good to him; he shows loyalty
to those who keep him for the hunt and for guarding;
He keeps an eye on his master's baggage, even when
brave men are afraid to speak out.
He is a help to the man who imitates barking from afar,
seeking protection through the nearness of the dog, when
evening comes.
Terjemahannya:
O kamu yang membenci anjing! Dengarkan aku;
perhatikan baik-baik dan jangan menutup pikiran dari apa yang aku katakan.
Sang anjing, catat baik-baik, diperhitungkan
memiliki lima kualitas mulia:
Dia melindungi mereka yang baik kepadanya; dia menunjukkan kesetiaan
kepada mereka yang memeliharanya untuk berburu dan menjaga;
Dia mengawasi barang-barang tuannya, sekalipun ketika
para pemberani takut berbicara tegas
Dia adalah bantuan untuk manusia yang menirukan gonggongan dari jauh,
mencari penjagaan melalui kedekatan dengan sang anjing, ketika
malam tiba.
Sebagai penutup, sebagaimana karya-karya yang diterjemahkan, maka ada hal-hal yang hilang dalam proses penerjemahannya. Dari judul asli buku ini, kita sudah mengetahui bahwa ini sebuah buku seni sastra, karena judulnya saja berbentuk sajak yang berirama, kata kilab yang artinya anjing dipasangkan dengan kata thiyab yang artinya baju. Memang, kita tidak bisa menikmati
nilai seni sajak Arab di buku terjemahan ini, tapi paling tidak kita dapat menikmati kisah-kisah menarik masyarakat Arab-Persia di abad ke-10.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H