Mohon tunggu...
Omar HakimMaulani
Omar HakimMaulani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cosmopolitan

Intelligence is the capacity to receive, decode and transmit information efficiently. Stupidity is blockage of this process at any point. Bigotry, ideologies etc. block the ability to receive; robotic reality-tunnels block the ability to decode or integrate new signals; censorship blocks transmission.

Selanjutnya

Tutup

Book

Keunggulan Anjing Atas Kebanyakan Mereka yang Memakai Baju

14 Mei 2023   12:17 Diperbarui: 14 Mei 2023   12:36 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Kalau ada satu buku yang perlu dibaca memasuki tahun politik ini, maka buku itu adalah "Fadl al-kilb 'al man labisa al-thiyb," karya Ibnu al-Marzubn (w. 921 M) yang kemudian diterjemahkan dan di-edit oleh G. R. Smith dan Abdel Haleem ke dalam bahasa Inggris dengan judul "The book of the superiority of dogs over many of those who wear clothes", kitab tentang keunggulan anjing-anjing atas kebanyakan dari mereka yang memakai baju. 

Buku terjemahannya terbit pada bulan Januari 1978 oleh penerbit Aris & Phillips, Oxford, Inggris. Bukunya sendiri sudah jarang yang jual, kalaupun ada harganya mahal sekali. Tetapi, pembaca tidak usah kuatir karena kita dapat meminjam e-book-nya di beberapa online library di internet, tinggal google saja.

Siapa yang tidak tertarik membaca buku dengan judul seperti ini? Apalagi, penggemar anjing seperti saya. Isi bukunya pun menyiratkan bahwa, pada jamannya, memelihara anjing di kalangan masyarakat Arab adalah hal yang lazim. 

Memang, ada perbedaan pandangan mengenai hukum memelihara anjing dalam Islam, dan penyunting buku ini mengakuinya. Tetapi, ada pernyataan dari Imam Malik bin Anas bahwa ada sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. yang memelihara anjing. Bahwasanya, Al Quran menyebutkan ada binatang anjing yang bersama dengan 7 pemuda dalam surat Al-Kahfi menunjukkan bahwa anjing adalah binatang istimewa, karena setiap binatang yang disebut dalam al-Quran adalah spesial. 

Doa ketujuh pemuda yang bersama anjing itu pun dikabulkan Allah, menandakan ada kesalah pahaman kebanyakan muslim terhadap anjing. Khaled Abou el Fadl dalam bukunya "The Beauty of Islam", di salah satu babnya membahas kesalah-pahaman kebanyakan muslim terhadap anjing, termasuk membahas pendapat mazhab Maliki terhadap anjing, merupakan yang paling ramah di antara mazhab yang lain. 

Di lain kesempatan, Abou el Fadl menyarankan kepada orang-orang muslim untuk memanfaatkan anjing pelayan untuk orang-orang muslim yang cacat. Untuk kalangan politisi memanfaatkan anjing sebagai pernyataan politik sudah sering dilakukan. Misalnya, Presiden Erdogan yang pernah diterpa isu "islam garis keras" dari lawan-lawan politiknya, dia tidak perlu membantahnya dengan kata-kata bahwa ia seorang yang moderat, cukup dengan menggendong anjing di depan kamera, maka gugurlah tuduhan-tuduhan itu.

Sebenarnya, saya sudah lama membaca buku ini. Hanya kemudian diingatkan kembali, gara-garanya ada sepasang aparatur pemerintah daerah mendatangi usaha istri saya baru-baru ini. Ada saja masalah yang dipermasalahkan mereka. Ini bukan yang pertama kali, dan dari saya kecil sudah sering mendengar istilah "kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah."  

Mungkin, ini yang dimaksud oleh Ibnu Khaldum bahwa yang ditaklukkan meniru yang menaklukkan. Ketika penjajahan berakhir, mereka para penjajah pulang ke negerinya hanya membawa badan dan barang-barang mereka, sedangkan sistem pemerintahan dan hukum-hukumnya mereka tinggalkan yang kemudian diisi dan dilanjutkan oleh orang-orang bangsa sendiri. Bisa jadi, budaya ini yang diteruskan turun temurun oleh sebagian aparatur negara kita, memperlakukan masyarakat sebagai obyek. Puisi ini kelihatannya tepat dibacakan di depan mereka:

You have acquired qualities that are inferior to the dog's.
The dog is fashioned to provide help and defence.
He is faithful and keeps to what you would expect him to do,
protecting the whole neighbourhood.

He gives voluntarily, not by compulsion.
He cures you of your anger and rescues you from distress.
If you were like him you would not be like
a burning oven on my heart

Terjemahannya:
Kamu telah mencapai derajat kualitas yang lebih rendah daripada anjing.
Anjing dijadikan untuk memberikan bantuan dan pembelaan.
Ia setia dan menjaga apa yang diharapkan darinya
melindungi keseluruhan lingkungan

Dia memberi dengan sukarela, bukan dengan paksaan.
Dia menghilangkan marah dan melepaskan sedih.
Bila kamu sepertinya, kamu tak akan bagaikan
tungku api yang menyala di jantungku (hatiku).

Puisi di atas hanya salah satu dari puluhan puisi dan cerita yang ia kumpulkan dan koleksikan ke dalam kitab keunggulan anjing-anjing atas kebanyakan dari mereka yang memakai baju. Koleksi ini terinspirasi oleh percakapan antara Ibnu al-Marzubn dan sahabatnya pada abad ke-10 Masehi di Baghdad. Diantaranya, mereka merenungkan merosotnya standar moral umat manusia dengan bernostalgia ke masa lalu di mana seseorang masih dapat mengandalkan loyalitas dan persahabatan antar sesama manusia. Sedangkan, buku yang ia susun bertujuan menunjukkan sifat-sifat alami anjing yaitu setia, ramah dan kukuh membela tuannya, juga keahlian, kesabaran, budi luhur, akal yang luar biasa dan kegunaannya yang istimewa.

Buku ini memberi gambaran yang berbeda antara anjing pemburu (ras Saluki) dan anjing biasa, biarpun keduanya memberikan contoh nilai-nilai kebajikan yang lambat laun hilang dari umat manusia. Pada masyarakat Arab Bedouin anjing ras murni Saluki mengambil peranan penting dalam puisi-puisi terutama yang menggambarkan perburuan atas oryx, sejenis antelop dengan tanduknya yang lurus dan sangat berbahaya. Tradisi ini sudah ada sejak sebelum islam diperkenalkan kepada mereka. 

Kaum Bedouin di Semenanjung Arab berburu oryx baik untuk makanan, sekalian juga untuk kegairahannya. Ketika Al-Quran turun, termasuk di dalamnya ayat yang memuji perburuan, dengan demikian memastikan bahwa anjing-anjing seperti ras Saluki tetap mempertahankan posisi pentingnya dan bahkan sudah dianggap bagian dari keluarga. Dalam diskusi mengenai makanan yang halal untuk Muslim, termasuk yang digigit oleh anjing pemburu, QS 5:4 menjelaskan: Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah, "Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.

Sedangkan, kisah anjing-anjing yang heroik, yang setia dan rela berkorban, diberi penghargaan berupa hak-hak istimewa seperti yang dimiliki manusia. Beberapa diperbolehkan bebas berkeliaran dalam ruang rumah tangga yang biasanya dibatasi, ada yang menjadi teman minum, dan ada juga yang dibuatkan monumen pada makamnya. Berbeda dengan anjing ras Saluki yang dijadikan teman berburu, masyarakat Arab memanfaatkan anjing-anjing lainnya untuk menjaga rumah, hewan peliharaan, dan dijadkan teman bermain. Berikut salah satu kisah di buku ini:

Baik anjing, maupun kucing mengenal tuannya dengan baik dan tanggap apabila disebut namanya dan mengetahui di mana rumah mereka. Mereka mempunyai tempat khusus dan merasa menjadi bagian dari rumah. Bila diusir, mereka akan kembali. Bila lapar, mereka akan menahan dengan sabar dan bila diperlakukan buruk, mereka legowo saja. Di antara sifat-sifat baik anjing adalah dia datang, menemui, dan menatap mata tuannya, menyayangi tuannya dan datang mendekatinya. Kadang kala anjing bermain dengan tuannya dan juga dengan anak-anak tuannya dengan menggigit main-main tanpa menyakiti atau meninggalkan bekas gigitan, biarpun dia mempunyai gigi taring yang tentu saja bisa meninggalkan bekas apabila digigitkan ke batang pohon.

Beberapa cerita yang dikisahkan Ibnu al-Marzuban adalah mengenai anjing-anjing yang menyelamatkan jiwa pemiliknya. Contohnya, dia meriwayatkan atas seorang pegawai pemerintah dari Nishapur yang membagi kisahnya di suatu waktu ketika dia dan anjingnya pulang dari suatu perjalanan di mana ia diserang dan dirampok. Tangan dan kaki si pegawai diikat dengan kencang dan dibiarkan untuk mati di jurang yang kering. Dia menerangkan seperti ini:

Saya melepaskan semua harapan untuk selamat. Tinggal anjing ini duduk dengan saya, tapi kemudian dia pergi meninggalkan saya. Tidak berapa lama, dia kembali membawa sepotong roti dan menaruhnya di depan saya. Saya makan sepotong roti itu dan perlahan-lahan merangkak menuju tempat yang ada air yang mana saya minum. Anjing itu menemani saya sepanjang malam, melolong hingga pagi. Saya tertidur. Saya tidak melihat anjing itu, tetapi tidak berapa lama ia datang membawa sepotong roti untuk saya makan. Saya melakukan hal yang sama dengan hari pertama dan kemudian, pada hari ke tiga dia pergi. Saya berkata pada diri sendiri, "Dia pergi untuk membawakan saya sepotong roti." Tidak lama dia kembali dengan sepotong roti dan melemparkannya ke saya. Belum sempat saya selesaikan makan roti itu, anak laki-laki saya berdiri di atas saya sambil menangis. Anakku berkata, "Apa yang ayah lakukan di sini? Apa yang terjadi?" Dia menunduk dan membuka ikatan di tangan saya dan membawa saya keluar dari jurang.  Saya bertanya padanya, "Siapa yang membawamu ke sini dan bagaimana kamu tahu saya ada di sini?" Jawabnya, "Anjing itu datang ke kami setiap hari, lalu kami beri ia sepotong roti seperti biasa, tetapi ia tidak memakannya. Biasanya, dia selalu bersamamu dan kami kaget melihatnya kembali tanpa ayah. Dia akan memuat roti di mulutnya, tetapi tidak memakannya, lalu pergi berlari. Kami terkejut dengan perilakunya, lalu saya mengikutinya sampai menemukan ayah." Ini adalah cerita saya dan juga mengenai anjing itu.

Ibnu al-Marzuban memberikan banyak kisah seperti ini, mengenai anjing-anjing yang setia melindungi tuannya, atau juga sangat berdedikasi sehingga tidak mau pergi dari sisi makam tuannya, ketika mereka telah meninggal. Kisah lainnya memuji anjing-anjing yang bagus untuk berburu atau menjaga rumah. Banyak kisah yang mencatat kegunaan anjing-anjing di malam hari, ketika mereka bangun dan menjaga dari orang-orang yang mencoba melanggar masuk lingkungan rumah. Seorang dari Madinah, bahkan menuliskan sebuah puisi khusus untuk anjingnya yang bernama Muq, memuji kemampuannya seperti tentara jaga:

O Muq, may you never taste the misery life can bring!
May you never have to drink muddy water!
His compact head is like a seed mill
and his claws can tear bellies to pieces!
HIs silence shows anger, his barking ferocity;
even if he is hungry, he will not be lured into friendship.
His intention is to bit and his assault is death itself;
anyone passing through his territory will be overwhelmed!
He springs into action faster than the sword and lance;
he is more effective than arrows and javelins.
The dreaded Turks, the Daylami,
the Zanj after them, also Byzantine generals --
This whole host, if they pass into his territory,
will he scatter!
Or if any army of heroes passes by him,
then their she-camels crouch down in fear of him.

Terjemahannya:
O Muq, semoga kamu tidak pernah merasakan derita kehidupan!
Semoga kamu tidak pernah harus minum dari air lumpur!
Kepala padatnya seperti pabrik penggilingan biji
dan cakarnya dapat merobek perut terpotong-potong!
Diamnya menunjukkan amarah, gonggongannya garang;
walau dia lapar, dia tidak tergoda melakukan pertemanan.
Tujuannya adalah menggigit, dan serangannya adalah kematian;
siapa saja yang melewati wilayahnya akan kewalahan!
Dia beraksi lebih cepat daripada pedang dan tombak;
dia lebih ampuh daripada panah dan lembing.
Mengejar orang-orang Turk, Daylami, Zanj yang ditakuti, juga jenderal-jenderal Romawi-
Seluruh tentara ini, bila melewati wilayahnya,
akan dia hamburkan!
Atau jika ada pasukan tentara melewati dia
maka unta betina mereka akan berjongkok ketakutan akannya.

Kitab tentang keunggulan anjing-anjing atas kebanyakan dari mereka yang memakai baju ditutup dengan sebuah kisah sedih yang melibatkan seekor anjing yang melidungi seorang anak kecil dari serangan seekor ular:

Seorang teman memberitahuku bahwa istri dari salah satu temannya wafat dan meninggalkan seorang anak kecil laki-laki. Dia juga mempunyai seekor anjing yang dia pelihara secara pribadi. Suatu hari, dia meninggalkan anaknya di rumah bersama sang anjing dan pergi untuk urusannya. Selang berapa lama dia pulang dan menyaksikan sang anjing di beranda rumah dengan wajah dan keseluruhan moncongnya penuh tetesan darah. Lelaki itu berpikir bahwa sang anjing telah membunuh anaknya dan memakannya. Sebelum dia masuk ke dalam rumah, dia menyerang anjing itu dan membunuhnya. Lalu, di masuk ke dalam rumah dan menemukan anak laki-lakinya sedang tertidur dalam kasur ayunan. Di sisi kasur ada bangkai ular sepanjang papan kayu yang telah dibunuh sang anjing dan sebagian sudah dimakannya. Lelaki itu pun penuh dengan penyesalan dan memberi penguburan yang layak kepada anjingnya.

Dengan buku ini, Ibnu al-Marzuban sangat antusias menunjukkan banyaknya sifat-sifat  baik yang dimiliki anjing, dan dia menyebut anjing sebaga teman terbaik manusia. Seperti kata penyair di jamannya:

O you who hate dogs! Listen to me;
pay attention and do not close your mind to what I say.
The dog -- note well -- is reckoned
to have five noble qualities:
He protects those who are good to him; he shows loyalty
to those who keep him for the hunt and for guarding;
He keeps an eye on his master's baggage, even when
brave men are afraid to speak out.
He is a help to the man who imitates barking from afar,
seeking protection through the nearness of the dog, when
evening comes.

Terjemahannya:
O kamu yang membenci anjing! Dengarkan aku;
perhatikan baik-baik dan jangan menutup pikiran dari apa yang aku katakan.
Sang anjing, catat baik-baik, diperhitungkan
memiliki lima kualitas mulia:
Dia melindungi mereka yang baik kepadanya; dia menunjukkan kesetiaan
kepada mereka yang memeliharanya untuk berburu dan menjaga;
Dia mengawasi barang-barang tuannya, sekalipun ketika
para pemberani takut berbicara tegas
Dia adalah bantuan untuk manusia yang menirukan gonggongan dari jauh,
mencari penjagaan melalui kedekatan dengan sang anjing, ketika
malam tiba.

Sebagai penutup, sebagaimana karya-karya yang diterjemahkan, maka ada hal-hal yang hilang dalam proses penerjemahannya. Dari judul asli buku ini, kita sudah mengetahui bahwa ini sebuah buku seni sastra, karena judulnya saja berbentuk sajak yang berirama, kata kilab yang artinya anjing dipasangkan dengan kata thiyab yang artinya baju. Memang, kita tidak bisa menikmati
nilai seni sajak Arab di buku terjemahan ini, tapi paling tidak kita dapat menikmati kisah-kisah menarik masyarakat Arab-Persia di abad ke-10.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun