Mohon tunggu...
Mutia Saka Andini
Mutia Saka Andini Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223010023 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

27 November 2024   10:52 Diperbarui: 27 November 2024   14:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngandhar-andhar Angehudhuk, Kandhane Nora Kaprah: Seorang pemimpin harus berbicara dengan logika yang jelas, tidak sembarangan, dan tetap rendah hati. Ucapan seorang pemimpin mencerminkan kebijaksanaannya.

  • Anggung Gumrunggung: Menghindari kesombongan adalah ajaran utama. Kesombongan dianggap sebagai perilaku bodoh dan tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin.

  • Lumuh Asor Kudu Unggul: Pemimpin yang sejati tidak menunjukkan arogansi tetapi tetap unggul dalam tutur kata dan perilakunya.

  • 4. Etos Pemimpin: Teguh, Serius, dan Melawan Kejahatan

    Serat Wedhatama menekankan bahwa seorang pemimpin harus kuat dan kokoh dalam menghadapi tantangan, termasuk melawan sifat buruk seperti angkara murka. Ini berarti pemimpin wajib berjuang untuk keadilan dan menghindari perilaku yang melenceng dari moral. Ajaran ini juga menyiratkan pentingnya integritas dalam kehidupan seorang pemimpin.

    Relevansi dengan Dunia Modern

    Nilai-nilai kepemimpinan dari Serat Wedhatama memiliki relevansi yang kuat dengan kepemimpinan di era modern. Dalam konteks organisasi atau pemerintahan, pemimpin yang sadar akan tanggung jawabnya (eling lan waspada) dan mampu mendengar aspirasi rakyatnya (nggugu karepe priyanggga) akan lebih sukses menciptakan harmoni. Selain itu, kemampuan untuk berbicara dengan bijak dan menjaga kerendahan hati (ngandhar-andhar angehudhuk) sangat diperlukan di dunia yang penuh dengan tantangan komunikasi global.

    Konsep lumuh asor kudu unggul atau rendah hati tetapi tetap kompeten juga dapat menjadi prinsip dasar bagi setiap pemimpin masa kini, baik dalam lingkungan bisnis, pendidikan, maupun sosial. Pemimpin yang sombong atau tidak peduli pada bawahannya cenderung kehilangan kepercayaan dari timnya.

    Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama: Sebuah Refleksi Etika dan Nilai

    Serat Wedhatama adalah salah satu mahakarya sastra Jawa yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV (1853-1881). Karya ini mengandung panduan hidup yang mendalam, terutama dalam hal kepemimpinan dan etika, yang hingga kini tetap relevan. Ajaran yang terkandung dalam teks ini menekankan pada nilai-nilai moral, spiritualitas, dan bagaimana seorang pemimpin ideal harus bersikap terhadap dirinya sendiri, rakyatnya, dan kehidupan secara keseluruhan.

    Pada slide yang ditampilkan, terdapat sejumlah poin penting terkait nilai-nilai kepemimpinan yang disarikan dari Serat Wedhatama. Poin-poin ini memberikan panduan mendasar tentang karakter pemimpin yang baik, yang dapat dibagi menjadi tiga aspek utama: kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi, dan kepatuhan terhadap etika.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    14. 14
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun