Mohon tunggu...
Mutia Saka Andini
Mutia Saka Andini Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223010023 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

27 November 2024   10:52 Diperbarui: 27 November 2024   14:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tb 2 Prof. Apollo
Tb 2 Prof. Apollo

Lakon Wayang dalam "Serat Tripama/Tripomo": Tiga Ksatria Teladan

Serat Tripama karya KGPAA Mangkunegara IV mengajarkan tentang nilai kepemimpinan melalui cerita tiga ksatria utama dalam pewayangan, yaitu Bambang Sumantri (Patih Suwanda), Kumbakarna, dan Adipati Karna. Ketiga tokoh ini dipilih karena kisah hidup mereka sarat akan keteladanan yang relevan bagi pemimpin. Mereka menggambarkan pengorbanan, kesetiaan, dan tekad yang kuat, meskipun masing-masing memiliki jalan hidup dan tantangan yang berbeda.

1. Bambang Sumantri/Patih Suwanda: Teladan Guna, Kaya, dan Kemauan Keras

Bambang Sumantri, juga dikenal sebagai Patih Suwanda, adalah sosok yang merepresentasikan kemampuan (guna), kekayaan (kaya), dan kemauan keras (purun). Ia dikenal sebagai seorang ksatria dengan kemampuan luar biasa, baik dalam strategi perang maupun kecerdasan. Namun, kisah hidupnya tidak lepas dari konflik batin yang menggambarkan perjuangan seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya.

  • Latar Belakang: Bambang Sumantri adalah seorang ksatria yang setia kepada rajanya. Ia rela melakukan apa saja demi mempertahankan kehormatan kerajaan.
  • Tantangan: Salah satu tantangan terbesar dalam hidupnya adalah adiknya sendiri, Sukrasana, yang digambarkan sebagai raksasa. Meskipun Sukrasana berpenampilan buruk, ia sangat setia kepada Bambang Sumantri. Konflik ini menggambarkan dilema pemimpin dalam menghadapi tanggung jawab terhadap orang-orang yang berada di bawah naungannya.
  • Pelajaran: Dari kisah Bambang Sumantri, kita belajar tentang pentingnya kemampuan, kekayaan batin, dan tekad dalam menjalankan tanggung jawab. Namun, ini harus diimbangi dengan kebijaksanaan dan pengendalian diri agar tidak terjebak dalam kesalahan yang merugikan orang lain.

2. Kumbakarna: Simbol Cinta Tanah Air

Kumbakarna adalah adik Rahwana, raja Alengka, dalam epik Ramayana. Meskipun ia berasal dari pihak yang dianggap sebagai antagonis, Kumbakarna dikenal sebagai sosok yang mencintai tanah airnya dengan sepenuh hati. Ia rela berkorban demi membela negaranya, meskipun harus melawan keyakinannya sendiri.

  • Latar Belakang: Kumbakarna adalah seorang raksasa yang memiliki hati mulia. Ia tidak setuju dengan tindakan Rahwana yang menculik Dewi Sinta, tetapi sebagai saudara, ia tetap mendukung negaranya ketika dalam bahaya.
  • Tantangan: Kumbakarna menghadapi dilema moral yang besar. Ia harus memilih antara setia kepada tanah airnya atau menentang tindakan kakaknya yang dianggap salah. Akhirnya, ia memilih untuk berjuang membela negaranya meskipun sadar bahwa itu akan berakhir dengan kematian.
  • Pelajaran: Dari kisah Kumbakarna, kita belajar tentang pengorbanan tanpa pamrih dan cinta terhadap tanah air. Seorang pemimpin harus memiliki cinta yang mendalam kepada bangsanya dan siap berkorban demi kebaikan bersama, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang berat.

3. Adipati Karna: Simbol Kesetiaan dan Keteguhan Janji

Adipati Karna, dalam epik Mahabharata, adalah salah satu tokoh paling tragis yang dikenal karena kesetiaan dan keteguhannya dalam menepati janji. Ia adalah putra Kunti, ibu dari Pandawa, yang dibuang sejak lahir. Meskipun Karna memiliki hubungan darah dengan Pandawa, ia justru memihak kepada Kurawa karena rasa terima kasih kepada Duryodhana, yang telah memberinya kehormatan.

  • Latar Belakang: Adipati Karna tumbuh sebagai anak dari seorang kusir. Ia mengalami diskriminasi sepanjang hidupnya karena status sosialnya. Namun, ia berhasil menjadi seorang ksatria yang tangguh dan dihormati.
  • Tantangan: Karna dihadapkan pada pilihan sulit antara kesetiaan kepada Duryodhana, yang telah memberinya tempat, atau bergabung dengan saudara-saudaranya, Pandawa. Ia memilih untuk tetap setia kepada Duryodhana, meskipun itu berarti harus melawan darah dagingnya sendiri.
  • Pelajaran: Karna mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan, keteguhan, dan menepati janji, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang berat. Pemimpin harus memiliki integritas dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka pegang.

Ajaran Kepemimpinan dari "Tripama"

Kisah tiga ksatria ini memberikan pelajaran penting tentang kepemimpinan yang ideal. Beberapa nilai utama yang dapat diambil dari cerita mereka adalah:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    14. 14
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun