Mohon tunggu...
Mutiara Rosna
Mutiara Rosna Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Harus Pergi

27 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berusaha untuk menyatakan perasaan ini, aku tidak seberuntung orang-orang yang dikejar dan diperjuangkan oleh pengerannya. Bahkan aku yang mengejar dan menyatakan perasaanku untuk sang pangeranku.

[Ara, selama ini kamu kemana? Coba dari dulu kamu ungkapin ke aku mungkin kita sudah komitmen sampai sekarang, tapi kamu malah sama cowok lain] balasnya yang membuatku hancur.

Aku tidak menyangka dia setega itu, kenapa dia harus menungguku datang padanya? Bukankah seharusnya lelaki yang datang pada perempuan untuk menyatakan perasaannya, dan berjuang mendapatkan cinta itu? tapi kali ini aku yang berada di posisi itu.

[Kak, salahkah aku jika memalingkan cintaku dari kamu yang kuanggap mustahil untukku dapatkan?] tulisku untuknya dengan air mata yang terbendung lagi

[Kalau sekarang aku tidak bisa komitmen sama kamu, tapi kalau kamu mau grow up bareng aku boleh kok, kamu fokus dulu sama pendidikan kamu, karier kamu. Aku fokus juga dengan karier aku, kalau kita berjodoh pasti disatukan kembali diwaktu yang tepat. Jika masa kita berproses kamu menyukai yang lain, silahkan kamu hampiri cinta kamu. Begitu juga dengan aku, aku berhak memilih] Balasnya yang membuatku semakin sesak

Aku tidak meminta komitmen darimu, aku hanya meminta kepastian, adakah aku dihatimu?

Haruskah aku putar kembali waktu untuk mendapatkan cintamu kembali, agar kamu menjadi milikku? Aku merasakan bagaimana berjuang sendiri, merasakan cinta yang sepihak, mencintainya tanpa memiliki hatinya. Aku masih dijadikan opsi olehnya, sementara ia telah kujadikan sebagai tujuanku. Berkali-kali aku disadarkan oleh teman terdekatku tapi aku memilih bertahan, hingga dititik aku sangat merasakan sakitnya cinta yang sedang kujalani.

[Sakit banget ya mencintai sendiri] tulisku untuk tamara sahabatku

[Sakit memang, makanya jangan dilanjuti kalau dia enggak mau sama kamu, nanti kamu yang capek] balasnya untukku

[Iya capek banget, tapi aku maunya dia gimana dong] tulisku dalam keadaan tak berdaya, air mataku pun enggan untuk turun, dadaku begitu sesak

[Sudah berhenti ya, jangan dipaksa lagi. Kamu cantik, baik, pintar, wonder woman, wanita mandiri pasti bakal ada yang mencintaimu dengan tulus. Jadi tidak usah lagi memikirkan dia yang tidak menginginkanmu] pesan dari sahabatku yang menyadarkanku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun