Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Tatkala Mendengar Pengalaman Horor Simbah, Begitu Menyenangkan

24 Juli 2024   07:03 Diperbarui: 26 Juli 2024   09:45 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu, sekitar pukul 10 malam, bapak simbah mendengar bahwa di desa sebelah ada pagelaran wayang kulit karena kepala desa mau menikahkan anaknya. Simbah bilang kalau beliau masih berusia 7 tahunan. Masih kelas 1 SD. 

Nah, perjalanan dari rumah menuju lokasi memang gak dekat guys, membutuhkan waktu 1,5 jam dengan jalan kaki. 

Sebenarnya, bapak simbah punya sepeda onthel, hanya saja, karena jalannya tak rata dan naik ke atas, bakal kesulitan jika naik sepeda. 

Singkat cerita sampailah keduanya di sebuah gapura desa yang ditandai oleh pohon bambu dan beringin. You know guys! Menurut simbah, beliau dan bapaknya melihat anak-anak kecil bergelantungan di pohon bambu, lantas meloncat ke beringin. 

Mereka bergerak seperti monyet-monyet gitu. Tapi itu bocah-bocah bayi. Takut, simbah akhirnya minta digendong bapaknya. Si bapak cuma menyuruh simbah menutup mata dan diam. 

Bapak simbah termasuk orang yang berani. Ketika salah satu bocah (mungkin tuyul kali ya) mendekati, beliau langsung bilang dengan suara keras untuk tak mengganggu karena hanya ingin nonton wayang.

Ternyata, itu berhasil. Bocah-bocah itu masih bergelantungan, tapi tak mengganggu perjalanan keduanya. Mereka membiarkan simbah dan bapaknya lewat.

Kalau kata simbah, bapaknya memang pemberani. Pernah ketemu "Mbak-Mbak berambut panjang" di jalan, malah dibentak, di suruh minggir. 

Pokoknya tiap ketemu hantu, langsung didekati dan dimarahi. Wow, sekali lah bapaknya simbah memang. Kalau saya mungkin sudah lari terbirit-birit hehehe

Itulah dua pengalaman horor yang dibagikan simbah. Sebenarnya, beliau cerita banyak, tapi saya hanya berbagi dua saja. Memang, saya akui bahwa kota kelahiran simbah, Kebumen, bukan kota ramai ketika saya kecil. 

Apalagi di zaman simbah, rumah-rumah masih jarang, transportasi cuma mengandalkan sepeda dan dokar, jalanan masih berupa tanah bukan aspal. Jelas bahwa suasana masih wingit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun