Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Tatkala Mendengar Pengalaman Horor Simbah, Begitu Menyenangkan

24 Juli 2024   07:03 Diperbarui: 26 Juli 2024   09:45 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat, dua kisah legend simbah sewaktu masih kecil, mengenai kuda tanpa kepala dan bocil-bocil bergelantungan di pohon beringin pada tengah malam, kurang lebih begini ceritanya, 

Simbah saya dulu sering membantu bapaknya berdagang daging kerbau. Usia beliau sekitar 14 tahun. Setiap hari, pukul 3 pagi, beliau terbiasa naik turun gunung menuju pasar. 

FYI, menurut simbah, di zaman itu tak ada transportasi mesin sama sekali, yang ada sepeda onthel atau dokar (delman) kalau beruntung. 

Nah, ketika masuk ke area pemakaman Belanda, simbah mendengar ada suara langkah kaki kuda, kayak delman gitu lho, tahu kan? Simbah senang, karena berarti beliau bisa dompleng alias ikut naik. 

Ditunggu bermenit-menit di pinggir jalan tanah, dokar itu tak kunjung lewat. Kadang suara gemerincing dan tapak kaki terdengar, kemudian, sayup-sayup menghilang. 

Penasaran, didatangi-lah suara yang mengarah pada samping pohon beringin dekat pemakaman Belanda. Betapa kagetnya simbah tatkala mendapati ada kuda beserta kereta, tapi kuda tak memiliki kepala.

Melihat itu, jelas, simbah kaget minta ampun. Beliau pingsan di tempat dan ditemukan oleh warga yang mau ke sawah, sekitar pukul 6 pagi. Sejak saat itu, ketika menuju pasar, simbah pasti selalu dibersamai orang lain. 

Mendengar cerita simbah, saya dan lainnya begitu antusias. Bahkan sampai begadang menuju pagi, hanya untuk mengulik pengalaman-pengalaman yang lain. 

Wajar saja, itu hari terakhir simbah berada di Pekalongan untuk bersilaturahmi di Hari Raya. So, jadi momen pertemuan dan sharing yang menyenangkan bagi saya dan saudara.

Cerita lain dari simbah, 

Simbah dan bapaknya merupakan pecinta wayang kulit. Wajar, hiburan orang zaman dulu memang wayang kulit, bukan konser musik seperti sekarang hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun