Artinya? Zaman dulu, Pekalongan pernah jadi tempat hidup para badak dan (mungkin) binatang langka lainnya. Sedih juga sebenarnya tahu fakta bahwa badak-badak itu telah punah dan tak meninggalkan banyak catatan.Â
Setelah menikmati cerita soal badak dan tugu MylPaal, kami kemudian menuju ke gedung besar berarsitektur kolonial. Bangunan tersebut merupakan rumah Eks Residen (Bakorwil) Pekalongan.Â
Saat ini, bangunan tua tersebut tak terpakai dan tak terawat. Pak Dirham mengatakan bahwa lukisan yang ada di dalamnya hilang dicuri oleh orang tak bertanggungjawab.
Ironisnya, tak ada tindak lanjut untuk mencari keberadaannya. Sedih sekali mendengar kenyataan mengenai "Aset Berharga" Pekalongan itu hilang begitu saja.Â
Sekitar pukul 17.00 (meleset dari jadwal yang direncanakan), kami kembali ke aula Museum Batik. Kami berdiskusi dan tanya jawab mengenai apapun yang berhubungan dengan trip tipis tadi.Â
Ketika sesi diskusi dibuka, salah satu peserta yakni seorang guru sejarah bernama Bu Wardah tertarik mengetahui lebih lanjut kegiatan Jelajah Sejarah beserta komunitasnya.Â
Guru SMA tersebut bermaksud mengajak siswa-siswanya mengenal langsung sejarah lokal melalui komunitas atau orang yang ahli pada bidang tersebut. Kebetulan Pak Dirham merupakan pegiat sejarah Pekalongan.Â
"Siswa-siswa di sekolah kalau saya tanya sejarah Kota Pekalongan, rata-rata mereka gak tahu, bahkan tugu MylPaal termasuk peninggalan sejarah saja, belum banyak yang paham gitu. Sayang kan kalau siswa tahu sejarah nasional dan dunia, tapi gak paham sejarah lokal"
Dari diskusi, saya jadi berpikir, meskipun siswa-siswi belajar sejarah di sekolah, tapi belum tentu mereka paham sejarah lokal yang ada di kota mereka.Â