Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Masihkah Ada Jalan Pulang bagi Para Orang Utan?

9 Juli 2024   17:06 Diperbarui: 14 Juli 2024   16:54 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Seekor orangutan tengah berjemur di tempat rehabilitasi Samboja Lestari yang dikelola Yayasan Borneo Orangutan Survival di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (31/8/2019). (KOMPAS/SUCIPTO)

Seandainya kamu orang utan yang merantau, lantas ketika kembali ke kampung halaman, kamu tak bisa menemukan rumahmu, bagaimana perasaanmu?

***

Ketika mudik hari raya datang, tiap orang yang memiliki kampung halaman akan melepas rindu pada orang tua, anak, saudara dan sebagainya. 

Mereka telah menunggu di beranda rumah, sembari menyiapkan kehangatan dalam bentuk sambutan. 

"Nak, akhirnya kamu pulang, mari berkumpul bersama keluarga"

Tapi bagaimana dengan seekor orang utan yang tak memiliki tempat tinggal? Setelah terusir oleh mesin-mesin eskavator, ia sudah tak lagi memiliki rumah untuk ditinggali. 

Tak ada suara bahagia sesama orang utan layaknya manusia menyambut manusia saat mudik. Tak ada lagi makanan-makanan asli hutan yang bisa mereka cari. 

Yang ada, para orang utan menemukan pepohonan ambruk, balok kayu bercecer, deru mesin eskavasi hingga hamparan tanah coklat yang terlihat luas bak lapangan sepak bola. 

Orang utan dan hutan yang rusak (sumber : twitter Amazing Nature) 
Orang utan dan hutan yang rusak (sumber : twitter Amazing Nature) 

Mereka tak bisa apa-apa. Menangis pun tak bisa karena semua rumah-rumah itu telah hancur berantakan. Orang utan tak bisa seperti manusia yang mampu memviralkan keresahan mereka. 

Ketika lapar, mereka hanya bisa menahan seadanya. Menunggu keajaiban hingga bisa menemukan buah maupun biji-bijian yang tersisa. 

Beberapa waktu lalu, viral sebuah video dua orang utan berbadan kurus  berjalan di area pertambangan di wilayah Kutai Timur. 

Tubuh induk dan anak orang utan tersebut sangat memprihatinkan. Seolah memperlihatkan bahwa mereka kekurangan makanan. Videonya bisa dilihat di sini,


Bagaimana? Menyedihkan bukan melihat keduanya berada dalam kondisi tinggal tulang dan kulit. Pertama kali menemukan video tersebut, saya menangis keras. Sedih rasanya membayangkan usaha mereka dalam mencari makanan dan tempat tinggal.

Induk orang utan tersebut sudah dievakuasi oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim. Namun yang lebih menyesakkan hati, anak dari orang utan itu tak ditemukan keberadaannya. Apakah ia telah mati? Entahlah.

Manusia merupakan makhluk yang diberi akal oleh Tuhan. Diberi kesempatan untuk menjadi khalifah di bumi. Harusnya kelestarian alam bergantung pada aktivitas manusia. Mungkin, seandainya mereka sadar. 

Sampai kapan keserakahan manusia membuat makhluk lain kehilangan rumah dan juga tempat mereka mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup?

Hutan, Sumber Makanan dan Obat bagi Orang Utan

Hutan memberi banyak hal, baik itu makanan hingga obat-obatan pada orang utan. Masih ingat sebuah postingan mengenai Rakus, orang utan yang mengobati sendiri lukanya? 

Rakus merupakan satu dari sekian banyak orang utan yang memanfaatkan tanaman-tanaman di hutan untuk mengobati bagian pipinya yang cedera. 

Foto Rakus yang mengalami luka (Foto ARMAS / PROYEK SUAQ via manilatimes.net)
Foto Rakus yang mengalami luka (Foto ARMAS / PROYEK SUAQ via manilatimes.net)

Para peneliti di Taman Nasional Gunung Leuser mengamati luka yang dialami Rakus sejak Juni 2022. Menurut peneliti yang dikutip dari detik.com, lukanya sembuh dalam kurun waktu 5 hari. 

Sebulan setelahnya, luka di pipi Rakus hilang tanpa bekas. Ini merupakan keajaiban perilaku hewan yang memanfaatkan tanaman untuk penobatan secara mandiri. Pertanyaannya sekarang, 

Bagaimana bila tempat Rakus (hutan) untuk mencari obat rusak karena ulah manusia? 

Jujur saja, saya tak bisa membayangkan nasib Rakus dan hewan-hewan lainnya yang sangat bergantung pada eksistensi hutan. Hutan menyediakan makanan, obat-obatan dan pepohonan sebagai tempat bernaung. 

Selain memanfaatkan tanaman, orang utan juga berperan membentuk regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian saat makan. Buah-buhan maupun pun biji-bijian yang dibuang akan tumbuh menjadi tanaman-tanaman baru.

Jika hutan sebagai habitat orang utan rusak akibat pembangunan dan penebangan liar, masihkah ada jalan pulang bagi mereka? Mungkin seandainya mereka manusia, mereka akan berkata,

"Maaf Nak, rumah kita telah hilang. Kita tidak punya rumah untuk pulang"

Mari turut serta melindungi orang utan dan mendukung kelestarian mereka melalui tulisan maupun tindakan. Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun